Mohon tunggu...
Si Tiwi
Si Tiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Every sip lightens the day Every word lightens our way

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ku Pikir Kopi

5 Mei 2017   01:14 Diperbarui: 5 Mei 2017   01:18 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup adalah perjuangan, karena kita tahu, tidak ada yang bisa dicapai tanpa berusaha terlebih dahulu. Tinggal seberapa besar usaha yang perlu dilakukan untuk meraih sesuatu, itu kondisi yang membedakan tiap-tiap manusia. Tentu, ada kalanya, kita merasa downakan beban hidup yang terasa terlampau berat. Namun begitu, eksistensi kita hingga hari ini merupakan bukti bahwa sejauh ini kita mampu melalui setiap cobaan yang diberikan sang maha kuasa dalam hidup.

Apa ada hal yang bersifat menyembuhkan sehingga seseorang mampu bertahan di gala kehidupan ini? Ya, setiap orang memiliki macam dan takaran obat dalam manjalani hidupnya. Obat atau penyembuh tersebut memberikan rasa yang menenangkan, membawamu jauh meninggalkan persoalan yang kini bagai tak berarti. Hingga pada akhirnya, rasa nikmat dan kebahagiaan yang kau dapatkan kala itu, berpotensi menjadi adiksi. Apa itu adiksi? Adiksi bermakna suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat berfungsi secara normal jika tidak memenuhi kebutuhan diri tertentu, baik untuk menstimulasi diri ataupun sebagai bentuk pengobatan diri.

Ya, bentuk pengobatan diri dapat menjadi suatu candu. Penyelamatan dari kondisi tertentu. Segala hal yang kau temui dalam hidup, berpotensi menjadi jalanmu keluar. Arti katanya tidak terbatas pada konsumsi zat tertentu saja. Ada yang menjadikan tidur sebagai obat, ada mereka yang crave berbicara dengan seseorang, dan yang taka sing lagi, berobat dengan coklat. Sedangkan bagi saya pribadi, selain berdoa kepada yang maha esa tentunya, coffee just help me out from the burding bricks. Bahkan dulu di waktu terburuknya, sempat sebotol kopi merupakan alasan mengapa saya menunggu hari esok.

Memahami fenomena diri, secara psikologis, saya temukan penjelasannya. Berdasarkan sebuah post yang membahas tentang caffeine1, dikatakan bahwa pengkonsumsian stimulan ini secara rutin dapat membawa dampak positif yang diikuti pula dengan dampak negatif bagi tubuh. Dampak baiknya antara lain meningkatkan kepekaan, konsentrasi, fokus dan atensi. Terdengar begitu bermanfaat bagi mereka yang suka bekerja. Sedangkan sisi buruknya dikatakan dapat menimbulkan rasa gelisah, depresi, mudah emosi, dan adiksi.

Saya pikir, jika yang dikatakan sebagai dampak negatif dari ‘penyembuh’ mu adalah adiksi atau kebutuhan untuk selalu mendapat stimulan tertentu, maka bukankah itu menjadi sebuah paradox? Kita dapat mencapai kondisi stabil atas ‘hal’ ini. Benar bak obat. Sehingga memang pada akhirnya, kita akan terdorong untuk kembali lagi menemui stimulan tersebut. Jika demikian, maka apa yang membuat kata adiksi, penyembuh, dan obat menjadi ambiguousbahkan berbahaya terdengar?

Karena memang kita hidup tidak hanya ditopang kondisi psikologis, namun juga fisik. Kembali ke contoh awal, masih dari posting yang sama, dikatakan bahwa dampak buruk adiksi kopi terhadap fisik adalah munculnya rasa mual, lelah, juga menimbulkan sakit kepala, tremor hingga hipertensi (mengerikan sekali kedengarannya hmmm). Well saya menulispun bukannya tanpa solusi. Kembali saya berburu informasi mengenai dampak atas larutan satu ini. Dari sekian banyak artikel, saya kutipkan satu yang berasal dari seorang nutrisionis. Gillean Barkyoumb, MS, RDN2 mengatakan bahwa pada takaran tertentu, konsumsi kopi dapat justru berlaku baik bagi tubuh, seperti meningkatkan kerja otak dan melindungi tubuh dari radikal bebas. Dikatakan pula bahwa dua cangkir kopi adalah takaran aman intake. Mengkonsumsi dua cangkir kopi dengan rata-rata 90mg per cangkirnya jauh lebih aman dibandingkan konsumsi minuman energi yang mengandung 250mg caffeine per kemasannya.

Atas beberapa pembahasan diatas, maksud penulis adalah untuk menyampaikan pesan bahwa, hey, things are not as bad as it heard you know. You gotta see or maybe experience things yourself in order to feel, then to understand.

Akhir kata, silahkan cari adiksimu. Hal yang bisa membawa ke statedirimu yang lebih stabil. Dan semoga adiksi yang kau pilih tidak akan sampai hati mencampakkanmu di kemudian hari. Ku pikir kopi, tidak buruk.

Refferensi

1https://caffeineandyou.wordpress.com/in-the-body/effects/

2http://www.foodandnutrition.org/Stone-Soup/February-2016/The-Benefits-of-Coffee-Addiction/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun