Mohon tunggu...
Masykur A. Baddal
Masykur A. Baddal Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger dan Vlogger

.:: Berbagi untuk kemajuan bersama, demi kemajuan bangsa ::....\r\n\r\nApapun kegiatan anda ini solusinya : https://umatpay.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bersama Datsun Go+ Menjelajahi Belantara dan Pegunungan Aceh

18 April 2015   20:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terbebas dari Cot Panglima, selanjutnya kami harus meniti dengan hati-hati di sepanjang kaki Gunung Berapi Geureudong, dengan hamparan padang rumput luas serta bau alam yang menusuk dan segar. Hari itu memang terlihat jalanan sangat sepi, sejak berangkat dari kota Bireun kami hanya berpapasan dengan 3 kendaraan saja, terkadang membuat nyali ciut juga, namun the show must be going on...

Jurang dan kelok "Si Enang-enang" adalah tantangan paling mendebarkan dari keseluruh rute yang kami lalui. Maklum, banyak sekali kendaraan yang terpeleset ke dalam jurang terjal nan dalam tersebut. Sekali terpeleset, maka tidak ada ampunan lagi, sudah dipastikan seluruh penumpangnya akan tewas, kecuali ada keajaiban Ilahi.

Kondisi jalan di Enang-enang nyaris tidak ada perubahan sejak puluhan tahun yang lalu. Malah saat kami melewatinya, kondisi jalan saat itu sangat memprihatinkan. Badan jalan sepanjang jurang terjal penuh dengan retak-retak. Sedangkan palang besi pembatas dengan mulut jurang, dalam kondisi sangat mengenaskan, serasa semakin menambah keangkeran rute tersebut. Kemudian, setelah memasang gear di posisi dua, kami pun melintas sangat hati-hati dengan maksimal kecepatan hanya 20km/jam.

Datsun Go+, seolah dapat merasakan perasaan penumpangnya, dengan ulet dan mantap, semua tikungan patah dan menukik dapat dilahap dengan gampang. Ternyata mesin 1.2L yang diusungnya sangat klop dengan besar bodi kendaraan tersebut. Si Enang-enang pun kami lewati dengan mantap. Selanjutnya harapan kami adalah segera sampai ke kota Takengon, untuk nyeruput Kopi Gayo yang rasanya sangat aduhai.

Tepat Jam 19.30 WIB, kami sampai dengan selamat di kota dingin Takengon yang berada di ketinggian +/- 2150 DPL, yaitu negeri tempat asalnya Kopi Terbaik Dunia. Sambutan hangat dari Bapak Syukri Muhammad Syukri seorang Kompasianer senior, membuat kami lupa akan lelahnya perjalanan panjang yang telah dilalui. Satu hal yang membuat penulis terkesima, ternyata Segelas kopi Gayo ukuran jumbo terlihat fresh dan masih hangat sudah menanti di meja. Sebelum mulai nyeruput kopi Gayo, penulis sempat melihat speedo meter si Datsun Go+, eh..ternyata perjalanan panjang itu mencatat efesiensi BBM yang sangat kontras, yaitu 17km/liter. Dahsyattt..........

Salam Kopi Gayo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun