[caption id="attachment_176310" align="aligncenter" width="363" caption="Dua pemuda heroik, Mulyadi dan Ibnu Akhyar dengan kostum khas penjara Mesir. (doc: Rijal MY)"][/caption] By. Masykur A. Baddal - Meledaknya bentrok massa antara pasukan anti huru-hara Mesir dengan demonstran pro revolusi di wilayah Abbasea Square pada tanggal 4 Mei 2012 lalu, yang berujung jatuhnya 11 orang korban jiwa dan 200 orang luka-luka, serta 319 orang lainnya diamankan. Ternyata, menyisakan kisah pilu bagi mahasiswa Indonesia di Mesir. Pasalnya, secara tidak terduga dalam sweeping besar-besaran, yang dilakukan oleh pasukan militer Mesir, ada dua mahasiswa Indonesia yang tertangkap bersama orang Mesir, serta beberapa mahasiswa asing lainnya. Peristiwa tersebut bermula, ketika dua orang mahasiswa Indonesia asal Propinsi Aceh sedang melakukan aktifitas belajar bersama koleganya di Mesjid An Nur, yaitu sebuah mesjid termegah di kota tersebut. Sedianya, selesai shalat maghrib berjamaah di mesjid, dua mahasiswa ini langsung pulang ke rumah sewaan mereka yang lumayan jaraknya dari lokasi tersebut. Namun entah kenapa, pada hari itu mereka malah memutuskan untuk belajar bersama sambil menunggu waktu shalat isya tiba. Apalagi sekarang adalah masa ujian mahasiswa Al Azhar, jadi perlu lebih konsen dalam belajar. Tiba-tiba terjadi keributan massa di luar sana. Demonstran yang sebelumnya terkonsentrasi di depan Departemen Pertahanan Mesir wilayah Nasr City, setelah mendapat tekanan dari pasukan huru-hara, massa tergerus hingga sampai ke wilayah Abbasea Square. Karena ribuan massa sudah terfokus di wilayah tersebut, maka terjadilah bentrok massa, dan sweeping ketat oleh aparat kemanan Mesir. Nah di situlah mereka berdua tertangkap, yaitu sewaktu pasukan kemanan melakukan sweeping ke dalam mesjid. Masalahnya semakin memanas, karena militer menemukan beberapa senjata selundupan disitu. Paska penangkapan, mereka berdua masih sempat mengirim sms kepada kawan mereka di luar, setelah itu semua informasi terputus. Tentu saja, kawan yang kebetulan menerima sms tersebut, merasa bak halilintar di siang bolong. Langsung terbayang bagaimana kekerasan dalam penjara Mesir sana, seperti yang dikisahkan dalam film Ayat-Ayat Cinta. Apalagi penangkapan ini berhubungan dengan  keamanan dalam negeri Mesir, pasti akan lebih parah. Selanjutnya, kawan-kawan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Aceh Cairo langsung bergerak cepat, dengan mempublish berita tersebut ke social media, serta menghubungi berbagai pihak yang kira-kira dapat diminta bantuan untuk melepaskan mereka berdua. Termasuk mengontak ke KBRI Cairo, walaupun dalam suasana libur akhir pekan. Setelah diketahui keberadaan mereka di tahanan Mahkamah Militer Mesir, maka semua usaha pembebasan terfokus kesana. Maklum saja, yang namanya berurusan dengan militer pasti harus banyak-banyak berdoa, sabar serta harus siap mengurut dada menahan kekesalan. Apalagi ini menyangkut masalah kemanan nasional Mesir, tentu saja akan lebih pelik. Suasana semakin tegang, setelah mendapat info sms, mereka berdua minta agar kawan-kawannya segera mengusahakan pembebasan secepatnya, karena sudah sehari mereka belum dikasih makan di penjara. Apa sebenarnya yang terjadi disebelah sana? di pojok penjara tempat Mulyadi dan Ibnu Akhyar ditahan? Ternyata mereka merasa nyaman, walaupun harus tahan lapar. Bagaimana mungkin? Hampir semua orang Mesir yang ditangkap bareng mereka berdua, terkagum-kagum dengan kemampuan mereka mengaji mengalunkan Qalam Ilahi, ditambah lagi dengan suara merdu nan fantastis. Malah ada yang menobatkan mereka bagaikan Qari' terkenal Kuwait yaitu Musyari Rasyid, luar biasa. Dengan mendengarkan suara mereka saja sewaktu mengalunkan ayat-ayat suci Al Qur'an, mereka semua merasa tenteram padahal di dalam penjara kumuh loh. Itulah salah satu mukjizat Al Qur'an, menjadi obat jiwa bagi pendengarnya. Hal itu pula yang membuat seorang ahli mekanik pesawat, yang juga korban salah tangkap mati-matian membela mereka berdua supaya segera dibebaskan. Mereka berdua bukan bagian dari kelompok penyelundud senjata ilegal seperti yang dituduhkan oleh militer. Mereka berdua hanya mahasiswa Al Azhar, yang datang ke mesjid untuk beribadah dan mempersiapkan pelajaran mereka, karena sedang menghadapi ujian. Ironisnya, sewaktu pembebasan mereka berdua dikabulkan, semua tahanan merasa bersedih, malah para tahanan minta supaya mereka jangan pergi, mereka rindu dengan alunan merdu Qalam Ilahi dari suara merdu mereka berdua. Tapi perintah harus tetap dijalankan, dengan mengucapkan salam kepada semua tahanan disitu, mereka berdua pun berlalu dengan seragam penjara putih-putih. Menumpang METRO dengan bekal 10 pound Mesir, yang diberikan oleh sipir penjara untuk ongkos kembali ke kontrakan kumuh mereka di pinggiran kota Cairo. Dengan membawa ribuan kenangan berharga yang menjadi bahan renungan dan cerita menarik untuk anak cucu mereka. " Selamat Meraih Kemenangan Adoe Mulyadi dan Adoe Ibnu Akhyar. Rabbuna Ma'akum Daiman.." Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H