Mohon tunggu...
Masykur A. Baddal
Masykur A. Baddal Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger dan Vlogger

.:: Berbagi untuk kemajuan bersama, demi kemajuan bangsa ::....\r\n\r\nApapun kegiatan anda ini solusinya : https://umatpay.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Avicenna, Sang Maestro Kedokteran Dunia

2 Maret 2015   20:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

By. Masykur A. Baddal - Sudah dapat ditebak, pasti minim sekali generasi sekarang ini yang mengenal siapa sosok Avecinna. Walaupun karya serta hasil penemuannya dalam dunia kedokteran, telah menjadi referensi utama kedokteran modern hingga saat ini. Bisa jadi, karena informasi sekitar kepakaran Avicenna dalam dunia kedokteran, sangat sedikit terekspose media. Karena telah didominasi oleh informasi para pakar lainnya dari dunia barat, yang datang jauh setelah Avecinna.

Siapakah Avicenna? Beliau yang juga bernama Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Avecinna, lahir pada tahun 370H/980M di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara, Uzbekistan. Sejak masa kanak-kanak, Avicenna atau Ibnu Sina kecil yang bersuku Tajiks, sudah sangat akrab dengan yang namanya ilmu pengetahuan. Kecerdasannya yang sangat luar biasa, membuat sang ayah dan gurunya kehabisan stok ilmu untuk diajarkan kepada Ibnu Sina kecil. Dan hal ini pula yang membuatnya sangat menonjol dilingkungan masyarakat di kotanya. Akhirnya salah seorang guru Ibnu Sina kecil memberikan masukan kepada sang ayah, supaya Ibnu Sina difokuskan saja belajar dan menimba berbagai macam ilmu, tanpa disibukkan dengan aktifitas lain, yang lazim dilakukan oleh anak-anak seumurannya.

Selanjutnya, Ibnu Sina secara penuh mulai memokuskan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia mampu dengan cepat menguasai beragam ilmu. Meski umurnya masih tergolong begitu belia, Ibnu Sina sudah sangat mahir dalam bidang kedokteran. Sehingga menjadi sangat terkenal di negerinya saat itu.

Puncak kepakaran Ibnu Sina diuji, yaitu saat Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah jatuh sakit, lalu memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya. Setelah sebelumnya, berbagai ahli pengobatan didatangkan dari berbagai penjuru dunia termasuk Eropa. Namun semua gagal dalam memulihkan sang raja kembali.

Di tangan Ibnu Sina, raja tersebut pun menjadi sehat bugar, sehingga Ibnu Sina diangkat menjadi dokter istana. Sebagai pencinta ilmu, kesempatan emas itu tidak disia-siakan oleh Ibnu Sina, sebab kini ia dengan sangat leluasa dapat masuk kapan saja ke perpustakaan istana Samani yang besar, dan menyimpan ratusan ribu koleksi buku-buku luar biasa.

Dalam sebuah karyanya, Ibnu Sina menggambarkan bagaimana kekagumannya terhadap buku-buku yang ia dapatkan dalam perpustakaan Istana Samani raja Nuh bin Mansur. “Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu, aku dengan giat membaca buku-buku itu semaksimal mungkin, serta memanfaatkannya. Sehingga, saat usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu”.

Di samping Imu Kedokteran sebagai fokus utamanya, Ibnu Sina juga menguasai berbagai ilmu lainnya, seperti Metafisika, Filsafat, Musik, Astronomi, Philologi (ilmu bahasa), Syair,  Prosa, dan Agama. Semua ini terangkum dalam karya Ibnu Sina berjudul Kitab al-Syifa. Yaitu buku yang membahas sekitar permasalahan sains dan falsafah.

Kedigdayaan Ibnu Sina dalam Ilmu Kedokteran, tidak hanya terbatas di negeri Bukhara saja, namun menyebar ke berbagai pelosok dunia, dengan berbagai karya fenomenalnya. Seperti buku "Al Qanun fi al-Tibb" (buku yang membahas teori dasar sekitar ilmu kedokteran), telah diterbitkan di Roma pada tahun 1593, sebelum dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggeris dengan judul "Precepts of Medicine". Dahsyatnya, belum sampai ke rentang waktu 100 tahun, buku fenomenal tersebut telah dicetak ke dalam 15 bahasa dunia.

Selanjutnya, pada abad ke-17M, buku tersebut telah dijadikan sebagai bahan rujukan dasar di berbagai univeritas Italia dan Perancis. Bahkan, hingga abad 19M, buku Ibnu Sina masih dicetak ulang dan digunakan luas oleh para dosen dan mahasiswa kedokteran di berbagai belahan dunia.

Tidak hanya sampai disitu, Ibnu Sina juga telah berhasil mencetuskan karya Fenomenal lainnya dalam bidang kedokteran, yaitu sebuah buku yang diberi judul al-Adawiyat al-Qalbiyyah ("The Remedies of the Heart"). Buku tersebut membahas sekitar teori-teori menyangkut dengan dunia kedokteran. Dalam buku itu, Ibnu Sina membahas 760 jenis penyakit, sekaligus dengan teknis penyembuhannya secara medis.

Sosok Ibnu Sina yang religius, tawadhu' dan jenius, adalah gambaran pribadi luar biasa yang sangat langka di era modern saat ini. Penguasaannya dalam berbagai bidang ilmu yang ia dalami, telah menjadikannya sebagai seorang tokoh yang serba bisa, dengan penguasaan cemerlang. Hingga akhir hayatnya, Ibnu Sina telah menelurkan ratusan karya gemilang untuk para penerusnya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun