[caption id="attachment_298923" align="aligncenter" width="640" caption="Ternak kambing hasil kreasi santri di Pondok Nurul Ikhlas, Situbondo. (foto: Albaddal)"][/caption]
By. Masykur A. Baddal - Sejak era sebelum kemerdekaan RI, Pondok Pesantren sudah menjadi sumber ilmu dan innovasi masyarakat desa di berbagai pelosok tanah air. Para santri yang belajar disana, tidak hanya diharuskan belajar tentang seleuk beluk agama Islam saja. Namun, mereka juga dituntut untuk berpikir kreatif menciptakan penemuan lainnya demi mempermudah aktifitas hidup dan ekonomi masyarakat di sekitar mereka. Sehingga jangan heran, jika peran santri di berbagai wilayah nusantara sangat dominan, sebab mereka dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat sekitar.
Beberapa waktu yang lalu, Kompas cetak juga pernah menurunkan sebuah liputan eksklusif, sekitar ide kreatif di sebuah pondok pesantren Blitar Jawa Timur. Santri di Pondok Pesantren Nurul 'Ulum Blitar, dengan ide kreatifnya telah mampu merubah kotoran tinja para santri yang jumlahnya ratusan itu, menjadi gas metan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari menggantikan fungsi gas elpiji yang tergolong mahal harganya.
Tinja yang sebelumnya merupakan problema di kawasan santri tersebut, malah dijadikan solusi kelangkaan energi untuk pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. Otomatis, hasil dari kreatifitas tersebut, lingkungan pun menjadi sehat manfaat pun didapat.
[caption id="attachment_298924" align="alignright" width="300" caption="K.H. Samsuri sedang memberikan pelatihan pembuatan pakan ternak unggulan kepada para santri. (foto: Albaddal)"]
Bertolak dari semangat kerja dan kreatifitas santri di Pondok Nurul 'Ulum, penulis beberapa hari yang lalu telah melakukan pengamatan langsung ke sebuah pondok pesantren kecil yang berada di Desa Ketah Suboh, Situbondo Jawa Timur. Di Pondok Nurul Ikhlas desa Ketah Suboh, para santri dilatih untuk menciptakan sebuah gagasan peternakan modern, yaitu dengan menciptakan pakan ternak hasil teknologi permentasi.
Hebatnya, hasil beberapa kali eksperimen yang telah mereka lakukan, terbukti bahwa pakan ternak permentasi tersebut mampu menaikkan bobot kambing secara signifikan. Berkisar antara 2.5kg-3.5kg per-minggu. Sehingga secara ekonomis dalam rentan waktu hanya 2 bulan saja, para santri telah mampu menaikkan 20kg bobot masing-masing kambing yang dipeliharanya. Jika harga per-kilogram daging kambing adalah Rp. 50.000, maka setiap 2 bulan santri di pondok tersebut sudah mampu mendulang keuntungan sebesar Rp. 30juta dari dari 30 ekor kambing yang dipelihara, yang sebelumnya hanya dibeli dengan harga Rp. 600.000/ekor.
Bukan itu saja, santri di Pondok Nurul Ikhlas juga telah merancang sebuah kandang kambing ideal, yaitu dari segi desain, mirip kandang ternak ayam broiler, walaupun masih tampak sederhana. Sehingga semua limbah ternak dapat dimanfaatkan secara ekonomis.
Uniknya, teknis peternakan kambing yang dilakukan oleh para santri tidak menimbulkan bau menyengat seperti umumnya ternak kambing di desa-desa. Sehingga hal ini memungkinkan bagi siapa saja untuk membuat kandang kambing dalam lokasi rumahnya, tanpa harus khawatir dengan bau menyengat. Belum lagi manfaat ekonomis secara bisnis dari hasil ternak kambing tersebut, yang harganya terus meningkat setiap saat.
Anda berminat untuk mencobanya....? Hayuuuuu....rame-rame kita jadi peternak kambing modern.
salam
www.masykurabdullah.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H