[caption id="attachment_347276" align="aligncenter" width="448" caption="Lokasi makam Mbah Kramat di Pantai Widuri Pemalang. (foto: albaddal)"][/caption]
By. Masykur A. Baddal - Memasuki hari kedua perjalanan menyusuri pantai utara pulau Jawa. Ternyata tidak membuat tim yang tergabung dalam Jejak Para Riser Kompasiana menjadi lelah dan loyo. Padahal, belasan jam telah mereka habiskan sepanjang perjalanan siang dan malam bersama Datsun Go+, menyusuri rute yang telah ditentukan oleh panitia, dan akan berakhir di kota Tegal Jawa Tengah, sebagai lokasi Check Point pertama.
Kota Pemalang, adalah tujuan selanjutnya yang akan dikunjungi oleh Tim 3 Jejak Para Riser pada hari kedua. Pemilihan kota tersebut tentu saja bukan tanpa sebab. Pemalang adalah salah satu kota religius yang ada di sepanjang jalur pantura. Daerah ini juga menyimpan kekuatan ekonomi besar sebagai daerah penghasil ikan laut. Dimana selama ini hasilnya rutin diekspor ke ibukota dan berbagai belahan dunia lainnya.
[caption id="attachment_347279" align="aligncenter" width="448" caption="Sumur Mbah Kramat yang diyakini airnya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. (foto: albaddal)"]
Sebagai daerah religius, keberadaan makam Syeikh Maulana Syamsuddin atau lebih dikenal warga dengan panggilan Mbah Kramat, yang diyakini sebagai seorang Waliyullah, senantiasa menjadi penyejuk bagi warga sekitar. Mereka sangat menghormati lokasi makam tersebut. Berdasarkan informasi dari juru kunci makam, ada ratusan penziarah setiap minggunya datang untuk berkunjung ke makam Mbah Kramat. Mereka tidak saja berasal dari daerah sekitar, bahkan banyak juga yang datang dari luar pulau Jawa dan negeri tetangga.
[caption id="attachment_347285" align="aligncenter" width="448" caption="Suasana di areal makam tenang dan sejuk, karena berada tepat di bibir pantai Pemalang. (foto: albaddal)"]
Kisah dan perjalanan hidup Syeikh Maulana Syamsuddin atau Mbah Kramat secara lengkap, yang diyakini sebagai penyebar Islam utama di daerah Pemalang itu agak  susah ditemukan. Sebab tidak ada literatur khusus yang membahasnya secara terperinci. Namun dari berbagai kisah yang menyebar di lingkungan murid serta pengikutnya, ulama yang hidup antara abad ke 17 hingga 18 Masehi ini, memang benar dimakamkan di desa Sugih Waras pantai Widuri Pemalang, Jawa Tengah.
Syeikh Maulana Syamsuddin adalah seorang santri alim dan penyabar, yang berguru kepada seorang ulama besar di Jawa Timur. Suatu waktu ia diutus oleh gurunya untuk pergi ke Pemalang. Saat dalam perjalanan meunuju Pemalang, Syeikh Maulana Syamsuddin dirampok dan dibunuh oleh sekawanan penjahat, karena mengira buntalan besar yang ia bawa berisi barang berharga. Namun ternyata buntalan tersebut berisini kitab agama serta perlengkapan ibadah lainnya. Karena kesal, lalu jasadnya di lempar begitu saja ke dalam laut lepas. Konon dari kisah para ulama dan waliyullah lainnya, jasad Syeikh Maulana Syamsuddin diangkat oleh Nabi Cahidir a.s dari dasar laut, kemudian diletakkan di tepi pantai di bawah sebatang pohon. Warga setempat yang mengenal sosok mayat itu, lalu membawanya ke desa Sugih Waras tempat ia tinggal selama ini, serta dimakamkan disana. Demikian sepenggal kisah Mbah Kramat.
Di area pemakaman Mbah Kramat, disamping bangunan mesjid sederhana, juga terdapat sebuah sumur tua, yang digali sendiri oleh Mbah Kramat dulunya. Meskipun letaknya berada di bibir pantai namun airnya tidak asin. Konon air sumur tersebut dapat menyembuh berbagai penyakit yang diderita warga.
Sebagai lokasi cagar budaya yang dilindungi undang-undang, sudah seharusnya pemerintah pusat maupun daerah memperhatikan lokasi pemakaman Mbah Kramat tersebut. Yaitu dengan membangunan aneka prasarana di lokasi makam. Namun nyatanya, hingga saat ini belum ada aksi kongkrit dari pemerintah untuk mengelola secara layak lokasi tersebut, kecuali hanya dalam bentuk janji-janji belaka selama masa kampanye. Padahal masyarakat yang datang rutin ke pemakaman tersebut berjumlah ratusan orang. Bahkan ada yang menginap disana, karena datang jauh dari luar daerah.
Untuk menuju ke lokasi makam Mbah Kramat, patokannya adalah pantai Widuri, yaitu pantai terindah yang berada di wilayah Pemalang. Pantai Widuri juga menjadi pusat rekreasi mingguan keluarga, bagi penduduk daerah tersebut, yang berjarak dari jalan utama pantura sekitar 10 km.