Lain di puncak Bukit Tursina, lain pula di puncak Gunung Galunggung, yang mempunyai ketinggian hampir sama yaitu 2.160m dpl. Pendakaian ke puncak Galunggung terasa lebih mudah, sebab pemerintah setempat telah membuat jalan serta anak tangga hingga ke puncak teratas Galunggung. Belum lagi suasana hijau di sekeliling perjalanan, seolah menambah semangat untuk mendakinya hingga sampai kepuncak tertinggi.
[caption id="attachment_348480" align="aligncenter" width="336" caption="Tetap semangat hingga ke puncak Galunggung. (dokpri)"]
Sebenarnya di Bukit Tursina bisa saja dipasangi anak tangga dari batu-batu alam, serta pegangan besi di kiri kanannya untuk mempermudah para pendaki menuju ke puncak. Apalagi tekstur tanahnya berupa karang gunung yang kokoh, tentu akan lebih mudah membuat tangga diatasnya dibanding tanah licin dan pasir seperti karakter tanah di Galunggung. Tapi entahlah, dari ratusan tahun lalu hingga saat ini jalan pendakaian menuju ke puncak Tursina ya tetap saja sama, ndak ada perubahan.
[caption id="attachment_348481" align="aligncenter" width="410" caption="Menikmati teh manis panas dan pop mie rebus di puncak Galunggung. (dokpri)"]
Pada kesempatan ajang ujicoba kendaraan Datsun Go+ dalam misi Jejak Para Riser beberapa waktu yang lalu, penulis beserta anggota tim lainnya berkesempatan menaklukkan puncak Gunung Galunggung. Di tengah keadaan cuaca hujan gerimis dan dingin mencekam, akhirnya semua anggota tim dengan berbagai upaya, berhasil juga mencapai puncak teratas.
Kabut tebal serta tiupan angin kencang semakin membuat suasana hening dan mencekam. Belum lagi sambaran kilat dan suara petir terus membahana di langit lepas, semakin membuat hati menjadi kecut dibuatnya. Di saat perasaan risau tidak menentu, maka kenangan lama enam tahun yang lalu seolah kembali menjelma, yaitu saat berada diatas puncak Bukit Tursina. Pasti jika ditemani segelas teh hangat dan pop mie rebus rasa bawang goreng, dijamin suasana pun akan berbeda.
[caption id="attachment_348482" align="aligncenter" width="410" caption="Suasana di puncak tertinggi Galunggung. (dokpri)"]
Tidak jauh berbeda dengan di Bukit Tursina. Di puncak Galunggung juga banyak terdapat cafe dadakan yang juga dijalankan oleh penduduk setempat. Lucunya, apakah ini karena faktor kebetulan, hampir semua dagangan yang dijajakan adalah mirip. Dengan tersenyum penuh makna merasakan realitas tersebut, penulis pun langsung memesan makanan persis seperti pesanan di Bukit Tursina enam tahun yang lalu, yaitu teh panas manis dan pop mie rasa bawang goreng. Pastinya dengan harga yang jauh lebih murah.
Seketika, cuacapun seolah berubah semakin ekstrem, gemuruh dan petir datang dan menyambar berderu-deru silih berganti, belum lagi kabut pekat tiba-tiba menjadi semakin tebal dan dingin mencekam. Hebatnya, makanan istimewa tersebut seketika merubah suasana hati. Ternyata menikmati makanan hangat di tengah perasaan lapar, lelah dan galau dengan kondisi alam sekitar yang ekstrem, membangkitkan kenikmatan tersendiri. Makanan yang biasa-biasa saja berubah menjadi super lezat, adrenalin pun terasa terpacu.
Tempat boleh berbeda, tantangan alam sekitar boleh semakin dahsyat. Yang jelas menikmati kuliner hangat di tempat yang paling ekstrem sekalipun, akan memberikan efek luar biasa bagi dalam diri kita. Adrenalin tubuh tertantang disana. Makanan yang sehari-hari biasa saja, malah berubah menjadi luar biasa. Penasaran....? hayyu dicoba atuh....
Salam Nguliner Ekstrem