Manusia adalah ciptaan yang lemah. Berbeda dengan Pencipta, manusia hanya bisa menurut pada setiap hal yang diberikan oleh Tuhan. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Jika diizinkan untuk memilih, tentu saja manusia dengan sadar memilih kebahagiaan daripada kesedihan dan penderitaan, namun itu tidak berarti bahwa kesedihan akan lenyap dari hidup ini. Manusia harus siap untuk menerima keduanya.
Sama seperti Syalimah, seorang ibu rumah tangga dari keluarga yang sederhana miskin, harus kehilangan suaminya. Awalnya, Zamzami, suami tercintanya hendak memberikan sebuah kejutan untuk Syalimah. Dirinya yang hidup sederhana merasa tidak pantas untuk mendapatkan sebuah kejutan. Ia menganggap bahwa kejutan hanya untuk orang-orang berada saja. Namun, walaupun demikian, Syalimah tetap bahagia. Ia merasakan perasaan yang sebelumnya tidak pernah ia temui sebab ia tak pernah mendapat kejutan. Kata-kata Zamzami itu punya kuasa yang besar pula.
Syalimah tentu merasa bahagia karena mendapatkan sepeda baru dari suaminya. Ia sempat lupa waktu ia pernah meminta sepeda itu, namun ia kembali teringat bahwa sebelum anak bungsu mereka lahir, Syalimah pernah mengatakannya kepada Zamzami. Sambil memadang sepeda baru itu, Syalimah mulai membayangkan keluarga mereka bersepeda bersama ke pasar malam dan bisa menghabiskan waktu bersama. Syalimah membayangkan bahwa hidup keluarganya akan berlangsung dengan sempurna. Hingga, Sirun, lelaki yang bekerja dengan Zamzami mendatangi rumah mereka
Sirun membawa kabar yang sangat mengerikan. Ia mengatakan bahwa Zamzami telah tertimbun ditanah longsor ketika melakukan penambangan. Hati Syalimah tidak karuan, dalam hati ia hanya berharap Zamzami tidak tertimbun sambil terlentang, sebab potensi untuk meninggal sangat tinggi. Setelah melakukan pencarian, Syalimah menemukan tangan Zamzami. Namun, tangan itu menunjukkan ketakutan Syalimah. Zamzami tertimbun dengan posisi terlentang. Kabar itu sempat  menggugurkan kebahagiaan Syalimah, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi sebab Zamzami, masih hidup walaupun dengan wajah yang sangat pucat.
Gambaran ini adalah gambaran yang lumrah dalam kehidupan manusia. Ada waktu ketika kita mendapatkan kesenangan, namun disusul kesedihan dengan begitu cepat. Namun, apa yang dapat kita lakukan? Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan yang menentukan semuanya. Manusia hanya dan harus belajar untuk menerima dan mensyukuri semuanya. Pada dasarnya, setiap kesedihan yang diberikan oleh Tuhan itu dapat membuat kita menjadi pribadi yang lebih tangguh jika kita bisa menghadapinya dengan baik dan berjuang. Penderitaan tidak selamanya menjadi hal yang buruk, kita harus bisa memandang bahwa itu baik untuk kita juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H