Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film "Gifted Hands:The Ben Carson Story"

12 Maret 2024   21:17 Diperbarui: 13 Maret 2024   11:04 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu film yang menarik serta inspiratif adalah Gifted Hands: The Ben Carson Story. Film yang tayang perdana pada tahun 2009 ini mengisahkan sebuah kisah nyata dari seorang dokter bernama Ben Carson atau Benyamin Carson. Ia adalah seorang dokter yang mengabdi di Johns Hopkins sebagai ahli saraf otak, terutama pada anak-anak. Kisah yang begitu menarik di kemas dalam durasi 1,5 jam. Walaupun demikian, film ini tetap memberikan banyak pelajaran yang berarti.

Ben Carson hidup dalam keluarga yang pas-pas an, bahkan dapat dikatakan mereka hidup kekurangan. Ia hidup bersama dengan ibu dan saudara laki-lakinya. Hidup mereka begitu sederhana, Sang Ibu hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pengurus bayi karena ia memang tidak bersekolah dan tidak bisa membaca.
Walaupun ibunya tidak berpendidikan, namun ia berkomitmen agar setiap anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik. Ia berusaha mengatur keuangan dan pengeluaran mereka. Dengan semangat yang menggebu-gebu, sang Ibu juga terus berjuang untuk melakukan apapun agar anak-anaknya bisa serius belajar.

Awalnya Ben dianggap sebagai siswa yang bodoh di kelasnya, namun dengan dukungan Ibu, ia dapat menjadi yang terpintar di sekolahnya. Walaupun sering diejek oleh teman sekolahnya, hal itu tidak membuatnya menjadi terpuruk. Ibunya terus mendukung walaupun ketika mendidik kedua anaknya, Ibunya merasakan kegelapan yang suram karena sang suami selingkuh. Namun, pada saat itu, sang ibu memilih untuk datang ke dokter dan berusaha untuk memulihkan keadaannya.
Akhirnya, Ben pun lulus SMA dan melanjutkan pendidikannya di Yale University sebagai mahasiswa kedokteran. Dalam menjalankan pendidikannya, banyak tantangan yang ia hadapi, salah satunya adalah pelajaran kimia. Namun, Ben beruntung karena memiliki pendukung. Ia punya seorang ibu dan seorang pacar yang selalu mendukungnya. Dengan dukungan tersebut, ia pun akhirnya lulus dan di terima di Johns Hopkins. Di sinilah ia baru memulai perjalanan dan cerita hidupnya.

Dengan usaha dan kerja keras, Ben dipandang berkompetensi menjadi seorang dokter saraf, bahkan ia juga berani untuk menolong orang lain. Alasannya untuk menjadi seorang dokter saraf adalah karena ia menganggap otak dan saraf sebagai hal yang ajaib dan istimewa, ia ingin mempelajari hal tersebut lebih dalam. Setelah melewati berbagai pengalaman yang hebat, Ben harus berhadapan dengan sebuah permasalahan. Anak kembar yang dikandung oleh istrinya tidak dapat terselamatkan dan ia harus berusaha untuk merelakan hal tersebut. Namun, untungnya duka tersebut tidak bertahan lama. Lagi-lagi, ia punya banyak pendukung di belakangnya.

Puncak film berada pada saat Ben diminta untuk melakukan sebuah operasi yang sangat sulit. Operasi tersebut bertujuan untuk memisahkan dua anak kembar kraniopasus. Tentu, hal ini sangat menantang karena tidak banyak operasi seperti ini yang berhasil menyelamatkan keduanya. Namun, dengan perjuangan, akhirnya ia pun menerima untuk membantu. Ia terus belajar dan belajar, awalnya ia ragu dapat melakukannya, namun sebelum operasi dilakukan, secara tidak sengaja, ia menemukan ide-ide yang cemerlang untuk menyukseskan operasi tersebut. Hingga pada akhirnya, dengan melewati durasi 22 jam untuk operasi, ke dua anak kembar tersebut selamat dan dapat hidup dengan baik.
Cerita ini sangat menginspirasi. Ben yang tidak pernah menyerah dan selalu menyerahkan semuanya kepada Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap pergumulannya. Dari film ini juga, terlihat bahwa dukungan keluarga sangat memberikan pengaruh pada tumbuh kembang anak, dan satu hal lain yang dapat dipelajari adalah bahwa kita harus mau untuk membantu sesama dan menyerahkannya kepada Tuhan. Tuhan itu hadir dan akan selalu bersama-sama dengan umatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun