Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Novel "Perempuan Bersampur Merah" Karya Intan Andaru

12 Maret 2024   20:10 Diperbarui: 12 Maret 2024   21:09 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia punya masa lalu. Begitu juga dengan Sari dan Rama.

Sari, Rama, dan Ahmad adalah tiga manusia yang bersahabat sejak kecil. Semula persahabatan mereka berjalan dengan mulus dan lancar. Namun, semuanya menjadi hancur sejak kejadian pembantaian di tahun 1998. Ayah Sari, yang dianggap sebagai dukun disiksa oleh warga kampung dengan tuduhan bahwa telah menjadi dukun santet yang dapat mengirimkan penyakit kepada orang lain. Sari, yang saat itu masih kecil menjadi trauma dan menjadi ragu untuk percaya kepada warga kampung.

Namun, perjalanan Sari tidak berhenti karena itu saja. Walaupun hari-harinya tidak semulus yang dulu dan sahabatnya Rama menjauh dari mereka berdua, Sari tetap melanjutkan kehidupannya.

Pelan-pelan bersama dengan ibunya, mereka melanjutkan hidup sebagai penjual jajanan pasar. Mereka hidup serba kekurangan dan hal tersebutlah yang mendorong Sari untuk mencari uang tambahan. 

Singkat cerita, Sari bermimpi menjadi seorang penari Gandrung. Sebelumnya, ia tidak pernah bermimpi menjadi seorang penari Gandrung karena itu dipandang tidak baik di masyarakat, namun setelah ia mencobanya, ia menjadi tertarik dan merasa nyaman ketika menari.

Hidup Sari penuh dengan lika-liku. Di momen terakhir ia duduk di bangku SMA, hubungannya dengan Rama menjadi baik kembali. Rama menjanjikan bahwa ia akan datang melamar Sari setelah ia menyelesaikan kuliahnya di Bogor. 

Di tengah-tengah perjalanan kuliahnya, Rama menawarkan agar Sari juga melanjutkan kuliahnya dengan mengambil beasiswa, namun Sari menolak dan memilih untuk tinggal bersama dengan ibunya di kampung.

Ketika waktu kuliah Rama hendak selesai, hubungan Rama dan Sari menjadi terkendala karena Rama tidak memberikan kabar kepada Sari. Awalnya Sari menganggap bahwa Rama mungkin sudah bosan dengannya, namun ternyata, setelah sekian lama, Rama akhirnya datang kembali dan menjelaskan alasannya hilang, Dengan kedatangannya juga, Rama hendak membawa Sari untuk bertemu dengan orang tuanya membicarakan lamaran yang hendak dilaksanakan.

Sari ragu dengan hubungan mereka berdua. Sebab Rama mengetahui bahwa ayah Rama tidak pernah merestui mereka. Ayah Rama tidak pernah suka melihat Sari sejak dari kecil. Sehingga, ketika di hari Sari datang ke rumah Rama, semuanya menjadi kacau, tanpa sengaja, Sari mendengar pembicaraan Rama dengan Ayahnya. 

Ayahnya tidak menyukai Sari karena Sari dianggap sebagai keturunan dukun santet yang membuat adik Rama meninggal ketika kecil. Ia menuduh Bapak Sari yang menyebabkan kematian tersebut. Dengan kabar tersebut, Sari memilih untuk pergi dan tidak mau bertemu dengan Rama lagi. Namun, ketika hendak berangkat meninggalkan kampung halamannya, Rama berlari dan menemui Sari.

Secara keseluruhan, cerita sejarah ini dikemas dengan sangat baik dan runtut. Setiap peristiwa yang terjadi saling berkesinambungan dan tidak membuat pembaca menjadi bingung karena cerita ini menggunakan alur campuran. Kelebihan lainnya adalah setiap tokoh yang dibahas saling berkaitan satu dengan yang lain. 

Sari sebagai tokoh utama juga dijelaskan dengan begitu khas sehingga pembaca dapat membayangkan sosok Sari dalam pikiran mereka. Walaupun cerita tentang Ahmad dan Rama tidak sebanyak Sari, namun tentunya pembaca masih dapat membayangkan sosok Rama dan Ahmad dalam cerita ini.

Namun, yang sedikit disayangkan adalah bagian akhir ceritanya. Memang mungkin cerita ini dikemas dalam bentuk alur gantung, namun akhirnya membuat pembaca bertanya-tanya dengan apa yang terjadi. 

Apalagi setelah terkuaknya misteri yang selama ini mereka cari, tidak ada penjelasan yang lebih detail dari tokoh Rama dan Sari. Selain itu, yang mendapat perhatian juga adalah tidak kentalnya judul dengan isi. 

Pembahasan terkait sampur merah hanya mendapat jatah yang sedikit dalam cerita ini, padahal itu yang menjadi judul dan seharusnya menjadi poin utama, namun sepertinya perlu diberikan ruang yang lebih banyak. 

Memang di bagian akhir, pembahasan mengenai sampur merah kembali diungkit, namun pengungkitan ini menimbulkan beberapa pertanyaan tambahan.

Sebagai pembaca yang baru membaca ini di Maret 2024, buku ini direkomendasikan untuk dibaca oleh umur 15 ke atas karena ada beberapa bagian dan istilah yang cukup sulit untuk dipahami. Sebagai novel sejarah, novel ini memberikan banyak cerita dan bagian yang menarik untuk digali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun