Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menerima Pendapat Orang Lain

29 April 2023   13:56 Diperbarui: 29 April 2023   14:06 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya, manusia perlu diajarkan untuk dapat menerima pendapat orang lain akan dirinya. Sebab, manusia tidak akan pernah bertumbuh jika tidak ada orang lain di sekelilingnya. Memang benar jika manusia bisa menelisik dirinya sendiri dan mungkin bisa mempelajari dirinya sendiri, tetapi tetap saja bahwa penilaian dan pandangan orang lain juga selalu dibutuhkan.

Inilah yang terus aku permasalahkan dengan diriku sendiri. Terkadang, rasa menolak untuk belajar dari perkataan orang lain itu cukup besar. Ini bukan perkara "selalu memperhatikan pendapat orang lain", tapi ini perkara kekerasan hati. Aku tahu kalau terus mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat orang lain kepada kita secara terus menerus bukanlah hal yang baik. Tapi seperti yang tadi disampaikan, kita tidak sedang membicarakan hal-hal itu, kita sedang membicarakan keegoisan dan kesombongan.

Yang saya teliti dari permasalahan saya ini adalah saya terlalu sombong, terlalu percaya diri, dan terlalu lemah. Saya merasa bahwa apa yang mereka katakan kepada saya tidak pernah benar dan apa yang saya katakanlah yang paling benar. Saya selalu terlalu percaya bahwa yang saya lakukan di hidup ini adalah benar dan tidak ada satupun yang salah dan saya terlalu lemah.

Sebetulnya hal ini muncul karena saya tidak ingin direndahkan. Saya tidak ingin dipandang bodoh dan tolol, dan hal ini menunjukkan bahwa pemikiran saya masih kolot. Saya masih menganggap bahwa masukan adalah sebuah hinaan. Padahal, tidak seperti itu. Jujur, saya memang memiliki pengalaman buruk mengenai direndahkan, dan saya pernah dalam situasi seperti itu, sehingga sekarang saya terus berjuang agar tidak diperlakukan seperti itu lagi, namun saya jatuh ke ekstrem yang salah.

Lalu, apa yang akan saya lakukan? Ya kalau bisa, reset sedikit cara berpikir saya. Coba sapu dan pel sehingga hal yang tidak penting segera dibuang jauh-jauh. Memang tidak mudah, tapi, dicoba saja dulu. Sesekali memberanikan diri untuk dikritik, walaupun sakit, tapi itu bagus. Dimana-mana, kebanyakan obat juga pahit dan tidak enak, tetapi menyembuhkan

Tambahan : Foto itu adalah sebuah foto keluarga yang sedang bermain di pantai. Saya senang melihat bagaimana ayahnya menggendong putrinya yang sedang menangis, ibunya yang sedang menghibur anaknya itu,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun