Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setangkai Tangis di Pucuk Hidup

7 Februari 2023   15:30 Diperbarui: 7 Februari 2023   15:30 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akankah suaraku kan berkutip

Setelah jantung tertusuk duri

Setelah jiwa sudah di pintu mati

Apakah tangisku kan berseru

Pada kaki yang penuh darah

Berjalan, mencetak pola sengsara

Cetakan hina bagi manusia

Apakah mataku kan tega

Pada tangan yang tak bergerak lagi

Karena lelah dengan udara neraka

Aku kini berdiri

Di antara hidup dan mati

Tak tahu siapa yang pasti

Hanya diam, dan berharap seseorang

Datang dan tegap berdiri

Merintih

Meminta ampun

Meminta ampun

Meminta ampun sekuat mungkin

Hanya tangisan

Dan air mata

Yang terus mengalir

Hingga membanjiri segala dosa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun