Haus menggerogoti jiwanya
Haus perhatian
Haus kasih sayang
Haus rasa aman
Haus akan pengakuan dari mulut-mulut licik
Yang menggores hati dengan kelopak mawar
Lelah menggerogoti hatinya
Tak mampu ia berkata tidak pada kata orang lainnya
Ia mengangguk dengan sengaja dan patuh pada semuanya
Demi setitik air penyegar jiwanya
Demi hidup dan senyumannya tidak larut dalam waktu
Ia tak bisa berkata jangan
Pana manusia yang menyakiti hatinya
Ia rela, ia menguatkan diri, ia pasrah
Hanya demi kata-kata penguat hati
Yang timbul dengan lama dan menguap secepatnya
Ia tak mampu menangis, menguraikan cerita dalam air mata
Walau hatinya ditusuk pedang bermata dua
Ia rela, senyuman terus terukir dalam wajahnya
Agar orang lain tak kasihan padanya
Malangnya nasib pria itu
Ia bagai katak mencari telaga penuh buaya
Ia hendak mencari kebahagiaan
Namun kematian menghampirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H