Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pesan untuk Napi

27 Desember 2022   16:35 Diperbarui: 27 Desember 2022   16:53 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, saya melakukan pelayanan ke salah satu lapas narkoba yang berada di tempat saya tinggal.  Tentu saja, saya tidak sendirian, saya bersama dengan beberapa orang dari gereja saya. 

Dan sebetulnya, saya hanyalah pendukung  atau jemaat yang bergabung dalam pelayanan ini. Yang saya lakukan hanya datang dan mengikuti ibadah yang sudah dipersiapkan Pendeta sebelumnya.

Ini bukanlah pelayanan pertama saya ke lapas. Sebelumnya, saya juga sudah pernah melakukan pelayanan di berbagai lapas, namun berbeda dengan tempat saat ini. 

Mungkin, sama dengan orang-orang pada umumnya, lapas dianggap sebagai tempat yang menyeramkan. Bahkan, beberapa teman saya takut dan ragu jika diajak untuk melakukan pelayanan di sana, tapi ketika saya masuk, yang saya temukan adalah orang-orang yang terkurung dalam sebuah tempat. Tidak banyak perbedaan yang terlihat antara narapidana dengan kami (pengunjung). 

Ketika berinteraksi dengan mereka, saya juga diperlakukan dengan baik sehingga muncul dalam benak saya bahwa narapidana juga manusia, jadi tidak perlu ditakuti atau bahkan di jauhi. Mereka memang pernah berbuat salah, namun yang sekarang mereka rasakan adalah hukuman dari perbuatan yang salah itu.

Kembali ke laptop. Ketika beribadah. Banyak hal yang bergulat dalam pikiran saya. Saya memikirkan bagaimana orang-orang yang tidak pernah ke penjara memandang mereka para narapidana. 

Saya membayangkan bagaimana saya dulu takut bertemu dengan narapidana, dan saya membayangkan bagaimana kehidupan mereka di dalam lapas. Selain itu, saya juga akhirnya berpikir tentang dosa. 

Dalam pikiran saya, apakah mereka adalah para pendosa besar sehingga mereka didisiplinkan dalam lapas atau bagaimana? 

Pikiran-pikiran itu terus menggerogoti pikiran saya. Terutama bagian dosa. Saya merasa bahwa setiap orang juga berdosa, namun mereka yang dihukum di sana adalah mereka yang ketahuan berdosa. Atau ketahuan melakukan dosa yang merugikan masyarakat.

Namun di luar dari ketahuan ataupun tidak ketahuan, semua orang berdosa. Termasuk saya, Pendeta yang berkhotbah dan teman-teman yang lainnya. Bahkan, ketika saya mengikuti ibadah di hari ini, saya merasa bahwa mungkin saya lebih berdosa daripada mereka. Tetapi, yang saya rugikan bukan manusia, melainkan Tuhan. Saya merasa bahwa saya juga harus dipenjara dengan segala kekeliruan yang saya buat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun