Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

#3: Aku Takut Jika Aku Tak Sama dengan mereka

31 Mei 2022   11:36 Diperbarui: 31 Mei 2022   11:47 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini, hal yang terus ada di pikiranku adalah seperti kalimat yang di atas. Memang terasa lucu (bagi orang-orang yang sudah melewatinya), namun sekarang aku belum selesai berjuang dengan hal itu. Aku masih terus takut jika aku tak sama dengan orang lain.

Di bulan-bulan ini, kami melakukan sebuah peristiwa yang cukup melelahkan. Perpindahan kos. Awalnya kami tinggal bersama dengan teman-temanku, namun sekarang kami memilih untuk berpisah. Namun sekarang aku masih tinggal bersama dengan temanku yang lain juga, hanya saja tak sebanyak yang dulu.

Dalam perpindahan ini, tentu akan banyak barang yang hendak di beli untuk keperluan masing-masing. Dan anehnya, setiap kali aku melihat temanku yang membeli barang yang baru, aku menjadi iri. Ingin membeli barang yang sama dengannya, namun takut dikira plagiat dan ikut-ikutan. Hal tersebut tidak hanya terjadi dalam satu hal saja, namun dalam banyak hal. 

Dan aku sangat bergumul selama seminggu penuh. Bingung dengan berbagai hal yang aku rasakan akhir-akhir ini. Aku iri, namun di sisi lain aku sadar bahwa aku tidak sama dengan mereka. 

Dan akhir-akhirnya aku juga merasa bahwa teman itu sering mengejek dan merendahkanku. Dan di sisi lain, aku merasa tidak bisa hidup tanpa mereka. Memang, banyak sekali hal yang terbantu berkat dia, namun aku merasa menjadi orang yang lemah, yang tidak bisa berpisah dengan dia. 

Sehingga aku berusaha untuk sefrekuensi dengannya agar ia tidak meninggalkan aku. Karena mencoba untuk sefrekuensi, akhirnya hal yang aku lakukan adalah menjadi sama dengan dia, membeli barang yang ia beli, melakukan hal yang ia lakukan, dll.

Sangat miris. Pengalaman yang satu ini sungguh menyiksa. Aku tidak menyangka akan semengerikan ini. Aku tidak menyangka bahwa aku akan hidup seperti ini, aku tidak menyangka bahwa aku tidak bisa hidup mandiri, aku tidak menyangka bahwa aku akan hidup bergantung dengan orang lain, aku tidak menyangka bahwa aku akan semenyedihkan ini. Aku tidak menyangka bahwa aku akan selemah ini.

Masa muda yang suram, masa muda yang penuh kebimbangan, masa muda yang tidak mudah sama sekali. Tapi, aku rasa, aku harus mengubah semua ini. 

Aku harus mencoba untuk hidup mandiri. Orang-orang yang saat ini ada di sekitarku, tak akan mungkin terus ada, untuk itu aku harus bisa membuat hidupku secara sendiri. Aku tidak mungkin bergantung pada orang lain terus menerus, aku harus berubah. Walaupun ini sulit, harus aku lalui

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun