Libur lebaran telah usai, para pekerja dan pelajar akan mempersiapkan diri untuk menjalani rutinitas biasa. Banyak orang akan mulai bangun pagi lebih cepat. Jika biasanya, bisa kompromi terhadap waktu, sekarang tidak bisa lagi karena banyak pekerjaan yang sudah menunggu untuk dikerjakan.
Dalam masa-masa ini, kebanyakan orang akan merasa malas atau tidak bersemangat. Pikiran dan bayangan mereka masih tertinggal di masa liburan kemarin sehingga ketika membayangkan sebuah rutinitas yang akan dikerjakan, tidak ada kesenangan yang tersisa. Namun, ini tidak berarti untuk semua orang, hanya beberapa orang saja.
Tetapi, mari kita memandang dari sudut penglihatan yang lain. Jika sekarang kita masih menganggap bahwa rutinitas sehari-hari kita adalah hal yang sangat membosankan, maka sekarang mari kita lihat itu sebagai hal yang disyukuri.Â
Bayangkan Anda tidak menghindari rutinitas, melainkan tidak sabar untuk mengulang rutinitas yang dulu. Anda rindu dengan meja kantor saja, rindu dengan tangga, kursi, kondisi, dan suasana di tempat kerja Anda. Dengan demikian, mungkin Anda akan merasa bersemangat untuk bekerja.
Saya merupakan salah satu orang yang belum berhasil menanamkan pola pikir tersebut. Jujur, saya juga merasa tidak bersemangat setelah mengetahui bahwa masa libur telah usai dan masa kerja akan terbit. Namun, saya terus mencoba melihat sisi yang lain.Â
Salah satunya adalah keteraturan hidup. Secara garis besar, saya boleh dikategorikan sebagai orang yang teratur. Setiap kegiatan yang hendak saya kerjakan, pasti saya tulis terlebih dahulu. Saya mencoba untuk membagi waktu sebaik mungkin.
Menentukan waktu untuk makan, mandi, olahraga, tidur, dan yang lainnya. Namun, jika masa liburan sudah datang, semua rencana dan peraturan hidup saya mulai melonggar. Saya mulai merasa baik-baik saja jika menunda sebuah hal. Saya berpikir "masih banyak waktu" atau "kan, besok masih bisa", dan yang lainnya. Penundaan itu terus berjalan hingga tidak ada tugas yang dapat diselesaikan.
Demi mengembalikan keteraturan yang dulu saya miliki, saya membutuhkan sebuah rutinitas. Sebenarnya yang hendak saya tunggu bukanlah rutinitas, melainkan masa-masa bagi saya mengatur kehidupan saya dengan lebih baik. Ketika keteraturan kehidupan saya sudah terlihat, hal tersebut cukup memuaskan bagi saya.
Tampaknya, rutinitas perlu dipandang dengan lebih baik lagi. Kasihan ia, jika dipandang sebagai sebuah hal yang menjijikkan, yang menciptakan kesedihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H