Sampai sekarang, aku masih sering membandingkan diriku dengan orang lain. Dulu, aku sempat berpikir bahwa tindakan membandingkan ini hanya terjadi di anak remaja usia 16-19 tahun karena pada masa itu, aku juga sering membandingkan diri. Namun, aku salah.
Ternyata hal tersebut masih berlanjut hingga sekarang. Yang berubah hanyalah objek dan hal yang dibandingkan. Jika dulu, pada masa kuliah dan sekolah  hal yang dibandingkan adalah kepintaran, sedangkan sekarang hal yang dibandingkan adalah profesionalitas dan tingkat pendapatan. Selain itu, kebahagiaan dan harta juga sering dibandingkan.
Sejujurnya, aku paham betul bahwa ini sangat berbahaya, namun selalu ada waktu ketika tindakan membandingkan ini tidak direncanakan, melainkan timbul secara alami.Â
Sebagai contoh, ketika aku melihat rekan kerjaku bekerja dengan sangat produktif, aku langsung membandingkan hal tersebut. Aku langsung merasa bahwa aku tidak seproduktif itu dan aku merasa bahwa aku tidak sebaik dan sebagus dia.Â
Jika diulas lebih dalam, maka banyak alasan yang bisa aku gunakan untuk tidak membandingkan diriku dengan rekan kerja itu. Contohnya adalah jenis pekerjaan kami. Meskipun memiliki profesi yang sama, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa pekerjaanku dan pekerjaannya sama dan mirip.Â
Selain itu, waktu. Ada banyak perbedaan jumlah waktu di antara kami. Bisa saja, di hari ini aku memiliki waktu luang yang lebih sedikit dibandingkan dengan dia sehingga dia sudah merancang banyak hal untuk dilakukan. Sebenarnya,, masih banyak hal-hal lain yang mempengaruhi.
Untungnya, sekarang aku sudah menyadari itu. Walaupun belum sepenuhnya dapat mengendalikan, namun aku tetap belajar. Ketika hal-hal seperti itu terjadi, tindakan yang langsung aku lakukan adalah tetap berpikir bahwa tidak baik membandingkan diri dengan orang lain.Â
Aku juga langsung menanamkan pemikiran bahwa aku punya tugas, cita-cita, kompetensi, keahlian yang berbeda. Sehingga tidak ada yang perlu dibandingkan.
Sampai sekarang, aku masih menganggap tindakan membandingkan sebagai tindakan yang kurang baik. Walaupun di luar sana, sudah ada beberapa orang yang berani mengatakan bahwa tidak selamanya tindakan ini menjadi tindakan yang buruk. Mungkin, mereka sudah mampu mengendalikan diri mereka sehingga mereka pun dapat menarik hal yang lebih positif dari tindakan membandingkan ini.
Aku rasa, bukan hanya aku yang mempergumulkan hal ini. Pasti banyak orang di luar sana yang sedang mengalami hal yang sama. Lalu, apakah aku punya saran? Tidak. Aku tidak akan menyarankan apa pun. Silakan mencari penyelesaian sendiri. Aku tidak tahu apa yang sedang kalian pergumulkan, aku tidak tahu juga masalah kalian, jadi aku tidak cocok memberikan saran pada kalian semua. Intinya, pada masa-masa sekarang, apalagi pada umur 18-25, mungkin tindakan membandingkan masih sering dilakukan. Tapi, coba sadari dulu, lalu pelan-pelan perbaiki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H