Saya baru saja selesai membaca salah satu novel Dee Lestari yang berjudul "Petir". Novel ini merupakan novel ketiga dari seri supernova yang dapat membius setiap pembaca lewat tokoh dan keunikan penulisan Dee
Singkatnya, novel ini bercerita mengenai kehidupan Elektra, sang tokoh utama. Dalam hidupnya, hadir beberapa orang-orang yang unik seperti Watti, Mpret dan teman-temannya, Dedi (sang ayah), dan Bu Sati, wanita misterius yang sepertinya jika dibuat satu novel mengenai dia, akan sangat menarik.Â
Singkatnya juga, Elektra adalah tipe wanita yang unik, yang beda dari yang lain, yang masih tergabung dalam spesies wanita aneh. Spesies wanita yang tidak tertarik dengan fashion, lipbalm, maskara, dan barang-barang lain yang masih sejenisnya.
Namun, di luar segala keanehan dan keunikan Elektra, entah mengapa, aku tertarik padanya. Entahlah, pikiranku karena kagum dengan pribadi tokoh itu, atau mungkin karena aku tidak pernah menemukan orang yang mirip, atau mungkin karena aku ingin memiliki kepribadian seperti dia, atau memang Dee sengaja menjampi-jampiku agar tergila-gila dengan tokoh tersebut. Tapi, yang pasti aku tertarik.
Aku tertarik pada pola pikir Elektra yang terkesan santai. Ia bahkan menjadikan Watti dan segala jalan hidup Watti sebagai sebuah teater yang menarik.Â
Kisah cinta Watti, perpindahan agama Watti, kisah Kang Atam, suami Watti, dan kisah Watti yang tidak mau menerima kekalahan, apalagi dari Elektra. Dia menikmati sikap ambis saudaranya itu. Dalam alur, Elekra juga bertindak sebagai orang yang tidak ambis, namun hidupnya bisa berjalan dengan baik.
Ah, sungguh, sosok Elektra adalah sosok yang kuidam-idamkan selama ini. Aku ingin bertemu manusia seperti itu, aku ingin menjadi seperti itu. Menjalani hidup dengan biasa saja, tanpa banyak ekspektasi, tanpa banyak babibu.
Namun, hal yang tidak kalah menarik adalah tubuh Elektra. Ia memiliki listrik. Sebuah hal yang tidak dapat diterima akal sehat. Namun, dalam novel ini, hal tersebut seperti kotoran burung. Ada, terlihat, tercium, tersentuh, tapi tak ternikmati rasanya. Ia berlistrik, tapi itulah intinya. Sebenarnya itu adalah inti dari segala dunia ini.Â
Melalui listrik itu, ia menjadi berguna, menjadi berkat bagi orang lain, menjadi seorang penolong dan terapi. Ah, aku semakin ingin menjadi seperti dia. Aku ingin berguna bagi orang lain.
Elektra, adalah manusia idamanku. Terserahlah, aku bersedia menjadi suami, istri, budak, orang tua, sugar daddy, pelayannya. Rasanya tidak akan rugi bertemu dengan orang-orang seperti itu