Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Diary

Masalah

17 Januari 2022   17:18 Diperbarui: 17 Januari 2022   17:55 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan di dunia ini memang terbagi menjadi dua. Dalam versi saya, ada permasalahan yang tidak terdeteksi dan masalah yang bisa dideteksi. Ini tergantung pada setiap orang. 

Tentu saja, orang-orang yang sering menghadapi masalah, ia akan lebih peka pada setiap permasalahan yang ada sehingga kekuatannya untuk menerawang permasalahan akan lebih hebat dibandingkan dengan orang-orang yang terus berada di dalam zona nyaman. 

Namun, sebelum itu hal yang perlu diketahui adalah bahwa membandingkan diri dengan orang lain secara rutin tidaklah bagus. Takutnya, akan masuk ke dalam fase yang mengerikan, seperti tidak mencintai diri sendiri.

Hari ini, ada permasalahan yang terjadi di hidup saya. Pada hari sebelumnya, saya juga memiliki permasalahan, namun permasalahan di hari ini cukup menempel sehingga saya hendak mengabadikannya dalam bentuk tulisan ini. 

Permasalahannya dimulai di pagi hari, ketika jarum pendek jam dinding belum sampai di angka 10, salah satu murid saya sakit. Saya tidak tahu benar penyakit apa yang sedang menghampirinya, namun ia terlihat kesakitan. 

Ia mendeteksi bahwa ia mengalami penyakit amandel, saya yang jarang mengetahui nama itu. Tidak terlalu paham bagaimana meredakannya. Sehingga, langkah yang saya lakukan adalah hanya memberi semangat baginya. Sambil memperhatikannya, saya melanjutkan pembelajaran sehingga anak-anak yang lain tidak terbengkalai hanya karena satu temannya.

Setiap menit, saya mencoba untuk melihat ke arahnya, mencoba memastikan bahwa ia tidak semakin memburuk. Pada penglihatan pertama dan kedua, semua tampaknya baik-baik saja. 

Namun, lama kelamaan ia semakin menderita. Saya mendekatinya, mencoba menawarkan bantuan berupa membawanya pulang, namun ia menolak. 

Saya yang tidak terlalu pandai dalam hal membujuk, menyetujui keputusannya. Namun, karena saya sudah tidak tega melihatnya, akhirnya dengan pelan, saya membujuknya untuk pulang dan untuk tidak mengkhawatirkan pembelajaran hari ini. Dengan muka yang pucat, akhirnya ia pulang.

Bagi saya, itu adalah hal yang sangat berkesan. Saya belum pernah mendapati hal seperti itu. Sehingga saya juga tidak terlalu pandai untuk memberikan pertolongan. Namun, pada akhirnya semuanya sudah terkendali dengan baik.

Permasalahan kedua terjadi di siang hari. Ketika saya hendak memulai pembelajaran di kelas. Tiba-tiba, aplikasi dan komputer yang hendak saya gunakan tidak berfungsi dengan optimal. 

Di depan murid-murid yang baru saya temui, hal itu cukup membuat saya gugup. Saya tidak dapat berpikir dengan jernih lagi, tetapi saya tetap berusaha agar semuanya berjalan dengan lancar. Dengan segala kekuatan yang ada, akhirnya pembelajaran tersebut selesai dengan akhir yang mengerikan. Akhir di mana ketika saya memberikan mereka tugas, namun tugas tersebut tidak dijelaskan dengan baik. Menyedihkan memang.

Saya tidak tahu harus belajar apa dari pengalaman saya hari ini. Namun, saya tahu bahwa ketika di masa depan, saya menemukan hal yang hampir sama dengan permasalahan hari ini. 

Saya mungkin tidak akan merasakan kepanikan yang sama dengan hari ini. Permasalahan tadi pagi itu cukup menghancurkan hari saya. Setelah permasalahan-permasalahan yang tadi, saya menjadi tidak terlalu fokus dengan pekerjaan saya.

Kesimpulannya, hidup itu penuh dengan kejutan. Ada kejutan yang berbungkus kebahagiaan berisi kebahagiaan juga. Namun, ada juga kejutan yang berbungkus kesialan namun berisi keindahan juga. Untuk itu, melanjutkan kehidupan perlu diperjuangkan. Jangan menyerah hanya karena hadiah yang didapat adalah hadiah berbungkus kesialan. 

Baik kesialan ataupun kebahagiaan, itu akan memberikan hal baik bagi kita, JIKA KITA MEMBERIKAN RESPONS YANG BAIK juga. Kita manusia, ciptaan Tuhan yang paling pintar, jadi mari menggunakan kepintaran itu dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun