Mohon tunggu...
Coco Nut
Coco Nut Mohon Tunggu... -

Hanya warga negara biasa. Pecinta galapuang pancih. Urang Piaman. Follow: @galapuang_ di Twitter.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gaya Pacaran Anak Muda Minang saat Ini

9 Maret 2014   15:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya bukanlah seorang pemuka adat, cuma seorang bocah yang betah duduk di depan layar komputer sambil menekan-nekan keyboard. Lagipula saya anak zaman modern yang cuma mendapatkan pengetahuan tentang adat-budaya dari buku teks pelajaran yang kini sudah hilang ditelan masa. Tapi karena saya masih punya mata, dan (syukurlah) masih punya hati saya tergerak untuk menuliskan kegundahan hati di sini. Berbagi keluh kesah konon katanya meringankan. Maka barangsiapa yang membaca dan bersedia berkomentar di tulisan pertama saya ini, semoga Tuhan memberkahinya. Aamiin.

Beranjak dari sebuah falsafah kehidupan di tanah kami, tanah Minang yang permai, orang-orang berkata bahwa tanah ini adalah kampung orang-orang yang kuat dengan keislamannya. Menyoal falsafah "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" (selanjutnya saya singkat ABS-SBK) nya itu. Bagi masyarakat Minang, berislam adalah sebuah keniscyaan. Dalam artian, pasti dan tidak bisa tidak. Tidak bisa ditawar-tawar gitu lho. Maka bagi siapapun yang kemudian keluar dari Islam secara otomatis (tanpa perlu surat keterangan) dia sudah dianggap keluar dari masyarakat Minangkabau. Sebab itu jelas, jelas mengangkangi falsafah atau tuntunan hidup masyarakat. Nah, bagaimana kalau yang perlahan-lahan mencabut ABS-SBK dari hatinya. Bagaimana statusnya?

Terkait judul artikel ini, fokus saya pada tulisan pertama ini adalah "gaya pacaran" generasi muda Minangkabau yang konon makin menghawatirkan. Mereka yang disebut-sebut sebagai tumpuan adat itu untuk melakukan hal yang bertentangan dengan falsafah ABS-SBK. Hingga bahkan tidak lagi segan dan takut untuk mengajak pacarnya untuk melakukan hubungan seks. Kalau kita mencari kambing hitam yang paling tepat barangkali akibat pola pergaulan yang salah. Yang sebatas mengandalkan pendidikan berdasarkan apa yang mereka lihat, baca dan tonton dari media televisi, maupun media lainya, termasuk di dalamnya dapat dicermati internet. Disi lain, para orang tua di Minangkabau tidak memberikan batasan yang jelas terhadap pergaulan yang dilakukan oleh anak-anak mereka.[1]

Banyak kasus yang telah terjadi saat anak muda Minang ini tertangkap basah berbuat mesum dengan pacarnya. Kelakuan tidak beradab itu kerap terjadi di berbagai tempat, seperti hotel, tempat kost, tempat wisata, hutan, wc dan bahkan rumah sendiri. Tapi ya yang sering di kawasan-kawasan maksiat yang entah kenapa sampai sekarang belum kelar-kelar pembersihannya. Dari Haluan mengabarkan bahwa beberapa bulan belakangan 8 pasagan, yang masih berstatus mahasiswa, tertangkap basah mesum di sejumlah "pondok baremoh" kawasan Bukik Lampu.[2] *tepokjidat*

Pacaran Dahulu dan Pacaran Sekarang

Saya sebenarnya termasuk orang yang tidak setuju dengan konsep pacaran, tapi menilik tulisan ini bertema demikian agaknya perlu pula saya tuliskan cerita yang saya dapat dari orang tua-tua. Memang sudah kebiasaan adanya kegiatan membanding-bandingkan antara generasi dulu dan generasi sekarang. Dulu, katanya, anak gadis dan anak bujang mana mau jalan beriringin. Si Bujang takut disalak oleh Mamak si gadis, alhasil si Bujang cuma bisa menengok dari jauh. Kerap dia sengaja lewat di depan rumah sang Gadis cuma untuk mencuri pandang. Karena apel kerumah gadis adalah hal tabu dan memalukan. Syukur-syukur kalau rezeki, sebab biasanya sang pujaan hati suka bersembunyi. Alhasil, memandang selendang yang terhampar di jemuran cukuplah mengobati rindunya hati. "Tak nampak orangnya, selendangnya pun jadi" *shy*. Lantas di mana biasanya bertemu? Ya, bisa jadi di surau saat Maulid Nabi misalnya atau di perayaan-perayaan lainnya. Nah, kalau anak muda dulu suka ya langsung lapor, begini lho, lapor mamaknya agar dipinangkan gadis pujaan. Tanpa pacaran dan esek-esek duluan.

Kalau gaya pacarannya anak muda sekarang, tahu lah. Malam-malam masih berani apel anak orang, pakai diajak naik motor pula. Baru pulang kalau jengkrik sudah sakit kerongkongan. Kita tidak tahu apa yang mereka lakukan. Tapi tak adanya sikap malu saat kedapatan boncengan dengan sang pacar sambil pelukan oleh mamaknya itu keterlaluan. Terjadi degradasi moral yang parah semakin senjanya umur bumi. Kalau dahulu anak bujang dan anak gadis tersipu malu saat bertemu, nah sekarang enak-enaknya pegangan tangan, pelukan hingga bahkan hubungan badan.

Apa Penyebabnya?

Saya tentu tidak hanya akan menyudutkan generasi muda terhadap apa-apa yang telah terjadi pada sebagian besar dari mereka. Tentu ada sebab yang melatarbelakangi semua itu. Saya padatkan menjadi tiga sebagaimana berikut:

Pertama, pemahaman lewat pendidikan Islami di rumah tangga tidak berjalan semestinya ditambah minimnya pendidikan agam di luar. Saya katakan RIP ABS-SBK karena memang pendidikan agama yang mendukung falsafah itu sudah dinomor sekiankan. Seorang anak pulang sekolah yang ditanya orang tua biasanya bagaimana sekolahnya, pelajaran matematika dan ilmu umum lainnya. Kalau tidak bagus ya dikursuskan. Sering diiming-imingi dibelikan hadiah ini dan itu kalau-kalau sang anak bisa mendapat prestasi akademik. Tapi pernahkah, dijanjikan dibelikan sepeda (misalnya) kalau sang anak bisa menghafal Qur'an 1 juz?

Kedua, lingkungan pergaulan yang negatif. Orang tua yang protektif sangat telaten memilih lingkungan bagi anak-anaknya. Entah itu pilihan sekolah yang akan dia duduki, pilihan tempat tinggal atau apapun. Sebab, lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi pembentukan karakter seseorang.

Ketiga, adanya niat dan kesempatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sesuatu terjadi karena dipicu oleh keinginan dan adanya kesempatan. Saat iman di dalam hati itu tipis ia akan mudah digoncang oleh bujuk rayu setan sang pemegang rekor makhluk yang tidak pernah berputus asa itu. Bahkan, seorang yang dikatakan sudah beriman tebal pun kadangkala terjemurus apabila permasalahan laki-laki dan perempuan ini. Yang terbaik tentu saja menghindarinya, dan cara terbaik untuk menghindari itu adalah berani untuk tidak pacaran.

Apa Solusinya?

Saya tentu tidak ingin dikatakan orang yang cuma bisa mengkritik tanpa memberikan kontribusi apa-apa. Sebenarnya soal solusi ini sudah sering diperdengarkan di mana-mana. Setidaknya semua solusi itu bisa disimpulkan menjadi satu: kembali dan teguhlah di posisi anda masing-masing! Jikalau anda seorang ayah atau ibu maka anda adalah pemain utama yang bisa menentukan jalannya permainan. Memperbaiki pola mendidik dan menyediakan waktu yang cukup bersama anak. Memantau pergaulannya atau memonitoring perkembangannya hingga beranjak dewasa. Jika anda seorang kakak atau adik, berlakulah seperti seorang saudara yang tidak bosan-bosan mengingatkan, meberi masukan dan segala macam. Jika anda seorang teman, jadilah teman yang baik yang mengajak kepada kebaikan jangan jurtru menjerumuskan pada keburukan. Tetap jaga falsafah "Adat Bsandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" dengan mematrikannya di dalam hati. Si tua yang tengah batuk-batuk itu jangan sampai ia berkalang tanah dan terlupakan. Jangan sampai benar beristirahat dengan tenang, #RIP_ABSSBK.

Penutup

Akhirnya, tulisan ini tidak akan berguna jika tidak dibaca. Jika tergugah sedialah membagikan. Kita adalah para pemain drama. Nasib tidak untuk diratapi. Tapi untuk kita ubah dengan tangan kita sendiri. Semoga bermanfaat dan salam kenal dari saya. Bagi yang berkenan follow twitter @galapuang_ ya.

Padang, 09 Maret 2014

Sang pecinta galapuang pancih.

[1] Riwayat Attubani, Generasi Minangkabau Masa Kini

[2] http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/29180-8-pasangan-mesum-terjaring

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun