Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nostalgia bersama KAI Commuter

4 September 2023   22:28 Diperbarui: 4 September 2023   22:29 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Rel Listrik, urat nadi transportasi Indonesia. Sumber: kontan.co.id

Transformasi KAI Commuter ke arah yang lebih baik patut diacungi jempol. Banyak perubahan yang terjadi, dari yang sebelumnya ada sekarang tiada, dari yang dulu belum ada kini dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama.

‘Stasiun Kota, Jayakarta, Mangga Besar, Sawah Besar, Juanda,…’ Urutan nama stasiun itu tertulis rapi dalam buku. Dua dekade telah berlalu. Kala itu aku menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi negeri di Depok. Perkuliahan dimulai jam 8 pagi saban harinya. Untuk itu aku harus menaiki kereta yang berangkat jam 6 pagi dari Stasiun Kota.

Tidak ada pilihan lain. Kereta Rel Listrik (KRL) adalah satu-satunya moda transportasi yang mampu mengantarkanku dari rumah di utara Jakarta menuju Depok yang berada di provinsi lain.

Kecepatan adalah faktor utamanya, mengingat saat itu bus (patas) membutuhkan waktu yang lebih panjang ketimbang KRL. Jangan kalian bayangkan beragamnya moda transportasi seperti sekarang ini dengan segala kemudahan yang ditawarkan. Faktor lainnya adalah biaya. Aku harus berhemat, karena ayah sudah memasuki masa pensiun.

Menjadi rutinitas yang terasa otomatis bagiku. Anker atau anak kereta, sapaan untuk mahasiswa pengguna KRL, adalah status baru yang kusandang. Meninggalkan rumah jam setengah enam pagi, menumpang mikrolet menuju stasiun, hingga menaiki KRL. Aku pun terbiasa merasakan bermacam-macam suasana dalam kereta.

Salah satu kejadian unik di KRL adalah keberadaan kambing yang mengembik dengan dedaunan di sekelilingnya. Tak heran di jaman itu KRL biasa disebut kereta sayur atau kereta kambing. Pasalnya, orang-orang dari Bogor membawa sayur-sayuran atau hasil bumi lainnya hingga kambing untuk dijual di Jakarta.

Kejadian unik lainnya adalah keberadaan pengemis dan penyapu lantai KRL. Saat itu belum ada petugas kebersihan bahkan petugas keamanan seperti sekarang. Tak jarang terjadi penjambretan perhiasan atau handphone.

Menurutku, kondisi KRL dengan pintu dan jendela yang terbuka memungkinkan pelaku kejahatan menjalankan aksinya. Lebih tepatnya, pintu dan jendela itu dibiarkan terbuka karena KRL saat itu belum dilengkapi pendingin ruangan.   

Pemandangan menarik lainnya adalah pedagang yang menyusuri gerbong demi gerbong. Ada penjual buah, kacang, sampai aksesoris seperti jepit rambut dan pouch. Terkadang aku membeli kacang sebagai teman perjalanan sepulang dari kampus.

Setibanya di stasiun, aku menyaksikan penjual pecel dikelilingi penumpang KRL yang ingin mengganjal perut sebelum bekerja. Ada pula penjual minuman dingin yang tak ingin melewatkan kesempatan meraup untung sebanyak-banyaknya. Memang pagi dan sore hari menjadi ladang rejeki bagi mereka yang giat berusaha.

Saat ini kekacauan di stasiun sirna. Aneka store makanan yang mengusung brand lokal maupun internasional berjejer rapi di stasiun. Dalam hal ini termasuk sistem pembelian tiket yang dahulu menggunakan tiket kertas, sekarang berubah menjadi kartu.

Mirisnya, aku pribadi pernah menjadi korban kejahatan. Pagi itu aku membaca materi kuliah dengan penuh konsentrasi. Aku tak sadar ransel yang diletakkan di rak atas ternyata telah raib. Saat itu kereta cukup ramai sehingga si pelaku dengan mudah melancarkan aksinya. Hanya penyesalan yang bisa kuratapi. Seandainya aku lebih berhati-hati mungkin peristiwa ini tidak terjadi.

Prinsip kehati-hatian juga belum terpatri dalam diri pengguna KRL. Kala itu bagaimana mungkin mereka berdesak-desakan menduduki atap kereta. Pasalnya KRL sudah disesaki oleh ratusan manusia. Tidak ada lagi ruang yang bisa dimasuki, terlebih saat jam pergi dan pulang kerja.

Kini kondisi yang memprihatinkan itu perlahan berkurang seiring dengan penambahan armada KRL dan ketepatan waktu dalam pelayanan kepada para pengguna. Walaupun di jam-jam sibuk KRL masih dipenuhi pengguna, mereka tidak perlu berpeluh dan mengeluh. KRL kini sudah dilengkapi penyejuk udara dengan gerbong yang resik dan nyaman.

Petugas selalu sigap membersihkan gerbong setiap KRL mengakhiri perjalanannya. Tak hanya itu, petugas keamanan tak alpa menjaga kedamaian para pengguna selama berada dalam KRL.

Keberpihakan 

Kewaspadaan harus ditanamkan kapan pun dan di mana pun kita berada. Tak dipungkiri, situasi KRL saat ini jauh lebih baik dibandingkan 20 tahun lalu. Namun tak menutup kemungkinan kejahatan akan terus ada. Pelecehan seksual, kasus yang marak terjadi di KRL dengan wanita sebagai korbannya.

Menanggapi keluhan dari pengguna wanita, sejak 2010 tersedia gerbong khusus wanita yang ada di ujung depan dan belakang KRL. Gerbong khusus wanita itu diberi warna pink untuk menandai bahwa gerbong itu hanya diperuntukkan bagi wanita.

Pengguna pria tidak diperkenankan memasuki gerbong khusus wanita. Alhasil jika terlihat pria dengan sengaja atau tidak sengaja menyusup ke gerbong khusus wanita, siap-siap saja disoraki perintah untuk segera berpindah ke gerbong lain.

Inisiatif KRL tersebut nyatanya berefek baik kepada para pengguna wanita dari berbagai usia, status, dan profesi yang berbeda-beda. Ada jaminan keamanan dan keselamatan selama berada dalam KRL. Jamak ditemui gerbong khusus wanita itu dipadati penumpang wanita sementara gerbong lain tampak lengang atau cenderung sepi.  

Keberpihakan KRL kepada perempuan juga terlihat dengan kepedulian para pengguna terhadap ibu hamil, ibu yang membawa anak, lansia, dan difabel. Mereka adalah kelompok prioritas yang harus diberikan tempat duduk.

Keberpihakan KRL terhadap kelompok rentan hendaknya menjadi jiwa yang terus menyemangati pihak manajemen KRL dalam melakukan pelayanan. Berupaya memberikan yang terbaik hingga KRL bisa terus melaju menjadi moda transportasi pilihan utama masyarakat Indonesia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun