Faishal mencontohkan permintaan customer yang ingin dibuatkan patung emas atau kunci rumah dari emas. Hal tersebut menunjukkan saat ini perak dan emas bisa diaplikasikan ke bermacam-macam barang, tidak sebatas perhiasan. “Kita harus peka dan harus bisa membuatkan permintaan customer,” kata Faishal.
Permintaan secara custom tersebut menurut Faishal harus sesuai dengan gambar yang diberikan pembeli. Sebaiknya tidak melebihkan atau mengurangkan. “Di mata saya setelah produk itu jadi terlihat jelek. Kita berasumsi, kalau dibaguskan orang akan suka. Belum tentu seperti itu,” ujar Faishal.
Faishal mengibaratkan dirinya seperti konsultan yang harus bisa melayani semua permintaan customer. Ia bersedia melayani sekalipun menghabiskan waktu sampai 4 jam hanya untuk membuat 1 cincin.
Ide yang bermunculan itu ditulis. Dengan demikian Faishal semakin memahami model perhiasan yang disesuaikan dengan karakter pemakainya.
Prospek usaha perhiasan ke depannya dipandang Faishal akan tetap ada selama manusia terutama wanita belum punah di muka bumi ini atau turun temurun. Meskipun ada perempuan yang kurang menyukai perhiasan, setidaknya ia memiliki beberapa koleksi di lemarinya seperti cincin kawin. “Bayi perempuan tidak mungkin tidak dipakaikan anting,” kata Faishal.
Dari sisi gender, kini baik perempuan maupun laki-laki menggemari perhiasan. Sementara itu kelas menengah atas cenderung membeli perhiasan untuk koleksi. Berbeda dengan kelas menengah bawah yang membeli perhiasan untuk dijual lagi. “Ada pasarnya masing-masing,” tutur Faishal.
Faishal menawarkan produknya dengan harga paling murah Rp 50 ribu untuk batu sampai Rp 1 miliar. Ia memandang nilai perhiasan itu tidak terbatas.
Selain pemasaran secara offline Faishal juga memanfaatkan pemasaran secara online melalui website (www.tukangperhiasan.com) dan social media (Facebook dan Instagram). Dalam pandangan Faishal, social media harus diperkuat dengan website yang juga harus diperkuat dengan offline.
Pemasaran secara offline tidak hanya melalui toko juga pameran rutin. Silver 999 pernah mengikuti Trade Expo Indonesia tahun 2016 sampai 2018 dan Inacraft tahun 2014 sampai 2017. “Akhir-akhir ini saya melihat pasar lagi lesu. Lebih baik biayanya disaving untuk pemasaran yang lain. Kita harus realistis, jangan gengsi dengan pesaing dan jangan dipaksakan kalau tidak mampu. Saya memilih menghubungi pelanggan-pelanggan lama atau menawarkan ke buyer-buyer asing,” ujar Faishal.