Seiring dengan jam terbang yang semakin bertambah masyarakat mampu memproduksi perhiasan dengan standar yang bagus. Kualitas hasil karya mereka naik level dari skala pasar tradisional.
Perluasan pasar perhiasan mendorong Faishal menambah wilayah binaan ke desa yang lain. “Modal dari Astra saya gunakan untuk membina mereka. Selain itu dana Rp 150 juta dari pemerintah Australia dipakai untuk membangun sentra di Pujon, Kabupaten Malang,” ujar Faishal.
Total terdapat tiga wilayah binaan Faishal, yaitu Kota Batu, Kabupaten Malang (Bululawang dan Pujon), dan Kabupaten Pasuruan (Bangil). Jumlah perajin di masing-masing wilayah bervariasi. Ada wilayah dengan 20 perajin, ada pula wilayah dengan 136 perajin. “Indonesia memiliki kekuatan tenaga kerja yang melimpah,” tutur Faishal.
Di wilayah tersebut sebenarnya sudah ada satu atau dua orang yang berpengalaman sebagai perajin, selebihnya perajin baru. Masing-masing wilayah binaan mampu mengerjakan pesanan sebanyak 1 kg perhiasan emas dan 9-10 kg perhiasan perak per bulannya.
Sistem pun ditetapkan, para perajin boleh mengerjakan pesanan dari orang lain. Namun mereka harus tetap mendahulukan pesanan dari Faishal. “Mereka dibayar berdasarkan perhiasan yang dibuat,” tutur Faishal yang memasok bahan baku dari Kota Malang.
Faishal memilih orang desa, bukan orang kota dengan pertimbangan ada waktu kosong dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore sebelum mereka bekerja kembali. Waktu yang sebenarnya produktif tersebut biasanya digunakan untuk tidur atau bersantai. Berbeda dengan orang kota dengan aneka kesibukan sepanjang hari.
Selain itu Faishal melihat desa adalah masa depan. Kekayaan Indonesia ada di desa. Produksi pun dikerjakan di desa. Berbeda halnya dengan kota yang tak ubahnya etalase.
Prospektif
Toko Silver 999 sekilas tak berbeda dengan rumah-rumah di kiri kanannya. Ketika penulis memasuk garasi terlihat peralatan perajin. Memang tidak banyak sebab Faishal memusatkan pengerjaan perhiasan di wilayah-wilayah binaannya.
Menapaki ruang tamu terlihat etalase beragam perhiasan, seperti cincin, kalung, dan anting. Saat memandang ke bawah, terlihat tegel 90-an yang masih dipertahankan. Nilai lebih yang belum tentu dimiliki usaha lain.