Berawal dari keprihatinan melihat perjuangan orangtua sebagai peternak sapi, sosok ini menciptakan sebuah alat yang terbukti menjadi solusi untuk permasalahan yang dialami banyak UKM.
Amanat orangtua mendorong Hadi Apriliawan memproduksi mesin pengawet susu yang dikenal dengan susu listrik (Sulis). Bertahun-tahun keluarganya yang sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi menghadapi permasalahan yang sama di Desa Sragi, Banyuwangi. Susu yang diperah pada pagi hari menjadi basi pada sore harinya karena tidak dilakukan pengawetan.
Mau tidak mau peternak harus menyetor susu dengan harga murah ke industri besar karena kualitasnya berkurang. Susu yang basi dan tak laku dijual terpaksa dibuang sia-sia. "Harga tersebut tidak menutupi ongkos merumput dan ongkos pegawai," tutur Hadi yang ditemui penulis pada pertengahan Desember lalu di Malang, Jawa Timur.
Hingga Hadi membaca salah satu artikel di jurnal internasional Jepang yang menyatakan, sushi mentah yang dikonsumsi orang Jepang sebelumnya diberi perlakuan kejut listrik (pulse electric field). Tujuannya membunuh bakteri yang terkandung di sushi tersebut. "Bakteri di daging bisa mati, tentu di susu juga bisa," kata Hadi.
Selama 2,5 tahun Hadi melakukan penelitian, trial error hingga mencapai frekuensi dan tegangan tertentu yang bisa menurunkan bakteri pada susu sekecil mungkin. Bakteri itu yang membuat makanan cepat membusuk.
Semakin sedikit bakteri dalam suatu produk semakin lama umur simpannya. "Kami uji coba dan mendapat masukan dari peternak itu sendiri. Kekurangan segera diperbaiki di workshop kami untuk mendapat hasil yang bagus," ujar Hadi yang lahir di Banyuwangi, 21 April 1989.
Keberhasilan yang diraih saat ini bukanlah tanpa kendala. Dalam proses penggarapan tidak sedikit hambatan yang ditemui, diantaranya penolakan dari dosen yang awalnya menilai Sulis tidak masuk akal. Selain itu anggota tim yang berganti-ganti. "Saat diberi perlakuan kejut listrik bakteri tidak turun melainkan naik. Kesalahan frekuensi dan tegangan berkali-kali kami alami," ujar Hadi yang selanjutnya berkolaborasi dengan beberapa mahasiswa jurusan teknik elektro untuk membantunya.
Jika memenangkan kompetisi tentunya memunculkan keingintahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan. Tak hanya itu hadiah kompetisi berupa uang bisa digunakan sebagai dana penelitian.
Secara garis besar Sulis merupakan invensi pengawetan susu dengan mengandalkan aliran listrik. Hasilnya susu yang lebih sehat dan tahan lama. Sulis mampu memperpanjang usia susu dari dua hari menjadi dua minggu.
Sulis menggunakan stainless steel atau baja anti karat dengan standar food grade sehingga makanan atau minuman aman dikonsumsi. Kerangkanya dilas dengan sistem argon yang lebih rapi dan halus dibandingkan las biasa. Perakitan Sulis membutuhkan waktu 5 hari.
Susu yang mengalir di pipa akan diberi tegangan listrik sebesar 50.000 volt selama 5 menit. Cukup cepat bukan? Cara tersebut menjadi pengganti suhu tinggi pada tahap pasteurisasi biasa. "Tembakan listrik, loncatan elektronik itu menimbulkan lubang di dinding sel termasuk ion sehingga perlahan bakteri pecah," ujar Hadi, penerima penghargaan Technopreneurship Pemuda 2011 dari Kementerian Riset dan Teknologi.
Sementara itu Sulis tidak akan merusak nutrisi susu serta tidak mengubah warna dan aroma susu. Susu pun tetap segar seperti pertama kali diperah.
Mandiri
Hadi menyatakan, Sulis merupakan penemuan pertama di Indonesia. Sebagian besar konsumen ditargetkan kepada usaha pengolahan susu. Namun berdasarkan riset yang dilakukan, Sulis bisa diaplikasikan pada segala macam cairan, misalnya air mineral, jus, sirup, teh sampai kecap.
Selain memperpanjang daya tahan cairan, keunggulan Sulis lainnya adalah mempertahankan kandungan gizi seperti mineral, vitamin, dan protein. Pasalnya Sulis tidak menggunakan panas yang tinggi.
Hadi menyampaikan, Sulis sangat bermanfaat untuk peternak khususnya di seluruh Indonesia yang masih bergantung dengan industri. Umur simpan susu yang lama dengan kualitas yang terjaga mendorong peternak memasarkan secara mandiri dengan harga yang jauh lebih tinggi dari patokan harga industri. Efeknya pendapatan peternak meningkat dan kehidupan keluarga peternak terangkat.
Hadi mencontohkan Sulis yang diminati kalangan peternak di Malang. Banyaknya permintaan mendorong Hadi untuk memproduksi dan mempromosikan Sulis ke pasar yang lebih luas dengan harga bervariasi.
Seorang pemilik peternakan skala medium merasa terbantu dengan Sulis. Usaha yang telah dirintis lebih dari 10 tahun akhirnya bisa memproduksi minuman susu murni. Sebelumnya ia menjual susunya ke industri besar dengan harga murah.
Permasalahan kualitas susu perahan menjadi hal yang dilematis bagi para peternak. Melalui Sulis kini susu bisa bertahan hingga satu minggu tanpa harus disimpan di lemari pendingin. Informasi mengenai Sulis yang terkenal di kalangan peternak di Malang perlahan-lahan tersebar ke peternak lainnya dari mulut ke mulut.
Industri Dalam NegeriÂ
Bermula dari penelitian di bangku kuliah, pada 2013 Hadi mendirikan PT MaxZer Solusi Steril yang berlokasi di Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Ia bertekad mengkomersialisasikan teknologi tepat guna tersebut agar lebih berdaya untuk masyarakat.
Hadi fokus pada produksi sementara partnernya fokus pada bisnis. Cara tersebut dinilai tepat sebab Hadi bukan lulusan ekonomi.
Didukung 150 karyawan di 5 pabrik, PT MaxZer memiliki visi membangun generasi  muda yang inovatif untuk kemajuan bangsa Indonesia. Beragam sambutan diterima Hadi saat memperkenalkan Sulis ke pasar. Ada orang yang kaget karena mengira akan tersetrum ketika mengkonsumsi susu. Reaksi tersebut malahan memunculkan rasa penasaran sehingga orang tertarik membeli.
Guna mempromosikan Sulis dan produk-produk turunannya, PT MaxZer aktif berpameran baik itu diundang kampus maupun dinas atau kementerian terkait. Selain itu dilakukan  presentasi teknologi di hadapan buyer atau juri kompetisi sebagai sarana perkenalan dan sosialisasi. PT MaxZer juga menggiatkan tim marketing secara offline dan online (website dan media sosial).
PT MaxZer menjual produk dengan harga mulai dari Rp 10 juta bergantung pada permintaan customer. Harga tersebut lebih terjangkau oleh peternak dibandingkan mesin pasteurisasi untuk mensterilkan susu. Oleh karena itu kapasitas produksi setiap bulannya kadang naik bahkan kadang turun. Untuk memenuhi kebutuhan customer Sulis telah dikembangkan dalam ukuran 10 liter, 50 liter, 100 liter, dan 1000 liter.
Saat ini produk PT MaxZer telah menjangkau wilayah di luar Malang, seperti Bali, Surabaya, dan Jakarta serta luar negeri, seperti Thailand, Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat. Sementara itu usaha peternakan susu di Bogor, Cisarua, Â Ciwidey, hingga Boyolali telah menggunakan Sulis.
Total PT MaxZer telah melayani lebih dari 100 home industry dan industri skala besar. "Bahan bakunya disupply dari dalam negeri, yakni Malang, Surabaya, dan Jakarta," tutur Hadi.
Keunggulan lainnya yang ditawarkan PT MaxZer adalah ketersediaan spare part dan service rutin. Keunggulan tersebut merupakan cara memenangkan persaingan terutama dengan produk dari luar negeri yang sejenis. "Ada jaminan kualitas produk PT MaxZer," tutur Hadi.
Ketika ditanya mengenai rencana menambah pasar baru, Hadi menjelaskan pihaknya selalu membuka peluang selebar-lebarnya bagi siapa pun yang ingin bekerja sama. Tentunya kerja sama tersebut berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat. Apalagi  prospek ke depannya semakin luas.
Potensi UKM
Faktanya inovator di bidang teknologi menghadapi problematika mengkomersialisasikan karya ciptanya. Untuk itu Hadi mendorong pemuda mengambil peluang yang ada. Kondisi tersebut lantaran teknologi yang semakin maju yang membuat sumber daya manusia (SDM) mumpuni semakin sulit dicari.
Memang tidak mudah dan butuh waktu. Oleh karena itu pemuda harus mempersiapkan banyak hal. "Fokus pada bidang yang digeluti sampai jadi besar. Kalau kita fokus sukses akan menjemput," ujar Hadi.
Hadi ingin semakin banyak penemuan kreasi anak muda yang memenuhi kebutuhan masyarakat, tidak berhenti sebatas laporan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya anak bangsanya. Oleh karena itu pemuda harus terus berprestasi, berinovasi, dan pantang menyerah.
Melihat persoalan tersebut sejak dini Hadi telah bekerja sama dengan beberapa supplier yang bisa mendukung usahanya, dari segi teknologi maupun otomatisasi. Namun demikian semua itu kembali ke pasar. Di satu sisi industri butuh efisiensi dan efektivitas sementara di sisi lain dikhawatirkan UKM kerepotan mengoperasikan alat yang terlalu canggih.
Teknologi Sulis yang sederhana membuatnya mudah dioperasikan. Dibandingkan mesin pasteurisasi biasa yang menggunakan pemanas dengan daya sampai 1500 watt, Sulis terbilang hemat energi dengan daya 90 watt.
Hadi memandang potensi di daerah sangat besar. UKM mempunyai bahan baku yang tidak dimiliki orang kota. Bahan baku dengan sentuhan teknologi diyakini bisa menghasilkan produk dengan nilai jual yang lebih besar.
Hal tersebut dinilai lebih menghasilkan ketimbang hanya menjual bahan baku. "Jika petani, peternak, atau nelayan diberikan edukasi mengenai pembuatan suatu produk dan penjualannya akan menghasilkan potensi yang luar biasa" ujar Hadi.
Disinggung mengenai suka duka menjalani usaha, Hadi mengungkapkan rasa syukurnya karena Sulis telah memberi manfaat untuk masyarakat terutama UKM. Terkadang Hadi diliputi kecemasan saat pesanan mesin sedikit sebab ia harus menghidupi banyak karyawan. "Pengusaha harus menguasai ilmu manajemen keuangan sampai manajemen produksi," tutur Hadi yang sering mengikuti diklat untuk menambah ilmu.
Permasalahan datang silih berganti. Kuncinya adalah fokus di solusi, bukan masalah dan bersabar. Hadi mengakui bulan Januari sampai Maret biasanya permintaan turun. Namun keandalan tim marketing di lapangan membuat usaha tetap hidup.
Tantangan lain yang dihadapi Hadi dalam membina usahanya adalah manajemen SDM terkait loyalitas karyawan dan pengembangan teknologi. Usaha tidak boleh stagnan. Ekspansi itu sangat penting sehingga usaha tetap bertahan.
Ke depannya Hadi berencana mensinergikan 5 pabrik dari aspek manajemen operasional hingga kinerja SDM guna memperoleh hasil yang lebih maksimal. Untuk itu ia masih menata SOP yang tepat. "Target jangka panjangnya minimal ada 100 cabang seperti ini," kata Hadi yang melanjutkan pendidikan ke jenjang master di jurusan bioteknologi.
Lilin-lilin Kecil
Atas usahanya yang tak kenal lelah Hadi dianugerahi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards (SIA) Tahun 2015 di bidang teknologi. Ia mengaku penghargaan tersebut mengubah cara pandangnya dalam mengelola usaha dan menjadi media promosi yang bagus.
Selain itu pasar semakin yakin pada produknya dan memunculkan prestise tersendiri. "Semoga SIA terus menemukan lilin-lilin kecil dari tiap daerah sehingga lilin-lilin yang bergabung itu bisa membangun Indonesia tercinta," ujar Hadi yang pernah ditipu investor hingga ratusan juta rupiah.
Astra secara konsisten memberikan dukungan dan bantuan dalam proses pengembangan Sulis. Secara tidak langsung cara tersebut berhasil meningkatkan profit penjualan Sulis dan mesin lainnya berikut produk jadinya.
SIA merupakan langkah nyata Grup Astra untuk berperan aktif dalam peningkatan kualitas masyarakat Indonesia. Penghargaan tersebut juga diharapkan memberi nilai tambah bagi pemuda yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.Â
Hadi berharap Sulis khususnya dan PT Maxzer umumnya bisa memberi kemaslahatan kepada UKM hingga penjuru Indonesia bahkan dunia. Jumlah UKM yang terus bertambah dipercaya membuka prospek PT MaxZer yang selebar-lebarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H