Susu yang mengalir di pipa akan diberi tegangan listrik sebesar 50.000 volt selama 5 menit. Cukup cepat bukan? Cara tersebut menjadi pengganti suhu tinggi pada tahap pasteurisasi biasa. "Tembakan listrik, loncatan elektronik itu menimbulkan lubang di dinding sel termasuk ion sehingga perlahan bakteri pecah," ujar Hadi, penerima penghargaan Technopreneurship Pemuda 2011 dari Kementerian Riset dan Teknologi.
Sementara itu Sulis tidak akan merusak nutrisi susu serta tidak mengubah warna dan aroma susu. Susu pun tetap segar seperti pertama kali diperah.
Mandiri
Hadi menyatakan, Sulis merupakan penemuan pertama di Indonesia. Sebagian besar konsumen ditargetkan kepada usaha pengolahan susu. Namun berdasarkan riset yang dilakukan, Sulis bisa diaplikasikan pada segala macam cairan, misalnya air mineral, jus, sirup, teh sampai kecap.
Selain memperpanjang daya tahan cairan, keunggulan Sulis lainnya adalah mempertahankan kandungan gizi seperti mineral, vitamin, dan protein. Pasalnya Sulis tidak menggunakan panas yang tinggi.
Hadi menyampaikan, Sulis sangat bermanfaat untuk peternak khususnya di seluruh Indonesia yang masih bergantung dengan industri. Umur simpan susu yang lama dengan kualitas yang terjaga mendorong peternak memasarkan secara mandiri dengan harga yang jauh lebih tinggi dari patokan harga industri. Efeknya pendapatan peternak meningkat dan kehidupan keluarga peternak terangkat.
Hadi mencontohkan Sulis yang diminati kalangan peternak di Malang. Banyaknya permintaan mendorong Hadi untuk memproduksi dan mempromosikan Sulis ke pasar yang lebih luas dengan harga bervariasi.
Seorang pemilik peternakan skala medium merasa terbantu dengan Sulis. Usaha yang telah dirintis lebih dari 10 tahun akhirnya bisa memproduksi minuman susu murni. Sebelumnya ia menjual susunya ke industri besar dengan harga murah.
Permasalahan kualitas susu perahan menjadi hal yang dilematis bagi para peternak. Melalui Sulis kini susu bisa bertahan hingga satu minggu tanpa harus disimpan di lemari pendingin. Informasi mengenai Sulis yang terkenal di kalangan peternak di Malang perlahan-lahan tersebar ke peternak lainnya dari mulut ke mulut.