
Editor in Chief of Gagas Media serta penulis Life Traveler dan Studying Abroad, Windy Ariestanty menyampaikan kesan yang paling melekat setelah membaca buku ini adalah  kekhasan berbahasa yang dipertahankan.  Keunggulan buku ini menurut Windy adalah mampu mempertahankan kenangan orang yang pernah atau belum pernah ke Papua. Akan terbayang percakapan mereka sehari-hari ketika duduk di para-para pinang. "Warna Mop Papua dalam tulisan ini kental sekali, seakan mereka di depan saya dan menceritakan kisah mereka," ujar Windy.
Ketika bicara tentang lokalitas, menerbitkan buku untuk orang lokal adalah suatu terobosan. Tidak perlu bermimpi menerbitkan buku yang didistribusikan ke seluruh Indonesia. "Orang Papua butuhnya apa. Jangan paksakan selera nasional," tutur Windy.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI