Prioritas pembangunan melalui UMKM diharapkan menjadi instrumen  ekonomi yang berkeadilan. Dengan demikian mampu memberikan kesejahteraan yang lebih merata.
UMKM merepresentasikan 99,99% pelaku usaha tanah air. Kesejahteraan yang lebih merakyat. Konsekuensi tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang membawa harapan yang cukup besar. Saat ini terbukti kemajuan teknologi mampu mengantarkan sebagian masyarakat, terutama kalangan millenial mengembangkan profesi yang sebelumnya tidak ada. Mereka cukup memanfaatkan gadget dalam menjalankan bisnisnya.
Kontribusi UMKM berpotensi tinggi karena populasinya yang cukup besar, sebanyak 62,92 juta pelaku usaha berdasarkan data tahun 2017. Rinciannya, 62,10 juta usaha mikro, 757.090 usaha kecil, dan 58.627 usaha menengah. Sementara itu data tahun 2016 menunjukkan terdapat 61,65 juta UMKM. Rinciannya, 60,86 juta usaha mikro, 731.047 usaha kecil, dan 56.551 usaha menengah. Mereka berpotensi melakukan gerakan yang membuat perekonomian Indonesia tumbuh.
UMKM patut dipertimbangkan untuk menjadi penopang perekonomian. Total penyerapan tenaga kerja pada 2017 sebanyak 120,26 juta yang terdiri dari 107,23 juta usaha mikro, 5,7 juta usaha kecil, dan 3,73 juta usaha menengah. Sementara itu total penyerapan tenaga kerja pada 2016 sebanyak 116,27 juta yang terdiri dari 103,83 juta usaha mikro, 5,4 juta usaha kecil, dan 3,58 juta usaha menengah.
UMKM memiliki pangsa pasar yang sangat besar di Indonesia, terutama UMKM yang berorientasi ekspor. UMKM diharapkan bisa memproduksi barang substitusi impor yang selama ini memberatkan neraca dagang yang masih menjadi PR besar pemerintah.
Kaum millenial optimis memandang masa depan dan mengembangkan pilihan profesi yang sangat beragam, kreatif dan terkesan santai tapi produktif. Hal tersebut terjadi karena mereka  sangat akrab dengan teknologi informasi yang menjadi lifestyle sekaligus profesi. Pada 2014 jumlah wirausaha di Indonesia sebesar 1,65%. Angka tersebut jauh dari Malaysia (5%) dan Singapura (7,2%). Seiring dengan perkembangan teknologi, pertumbuhan wirausaha baru meningkat sangat signifikan.
Pada 2016 rasio kewirausahaan Indonesia mencapai 3,1% yang melampaui ukuran daya saing global. Melalui gerakan yang masif dilakukan kementerian dan lembaga didukung stakeholder dan akses pembiayaan untuk pelaku usaha dalam bentuk crowdfunding atau fintech, optimis pada 2019 rasio tersebut mengalami peningkatan.
Belajar dari Krisis
Ekonomi AS tetap kuat sementara perkembangan ekonomi negara-negara berkembang dan Eropa lebih rendah dari perkiraan awal. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dunia akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Ekonomi dunia yang sedikit melemah berdampak ke korporasi.
Supply chain kelas menengah termasuk UMKM juga berpotensi terdampak. Berbeda dengan tahun 1998 ketika UMKM relatif tidak tersentuh dengan nilai tukar. Mereka tidak memiliki pinjaman dalam bentuk valuta asing sehingga terisolasi dari gejolak nilai tukar.
Indonesia dengan berbagai pelaku usahanya telah banyak belajar dari berbagai krisis yang menyebabkan siklus bisnis melemah, yakni krisis 1998, 2003, 2005, dan 2008. Krisis tersebut menyebabkan pelaku usaha relatif responsif dalam situasi krisis apapun. Mengacu pada kondisi tersebut, banyak pihak meyakini tahun ini Indonesia bisa tumbuh 5,3%. Ketika ekonomi suatu negara itu baik biasanya diikuti inflasi.
Terkait kebijakan ekonomi, segmen pengusaha besar, pengusaha menengah maupun pengusaha kecil memiliki daya tahan yang baik terhadap perubahan. Perubahan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi memberikan dampak kepada emerging market melalui jalur finansial dan capital market. Di negara manapun upaya menjinakkan inflasi dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga. Ketika terjadi kenaikan suku bunga, masyarakat cenderung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk investment.Â
Indonesia sebagai salah satu eksportir barang-barang primer terkena dampaknya, terlebih impor yang cukup kuat. Pasalnya ada permintaan barang di dalam negeri mengingat daya beli masyarakat Indonesia yang relatif terjaga. Kontribusi pertumbuhan konsumsi rumah tangga 5,1%. Padahal 2-3 tahun lalu  4,9%. Konsumsi rumah tangga yang tumbuh di atas 5% mengindikasikan daya beli masyarakat terpelihara dengan baik.
Terdapat tiga sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi, yakni sektor pertanian, manufaktur (industri), dan perdagangan besar, kecil maupun menengah. Tiga sektor tersebut menyerap kredit terbesar, artinya ekonomi Indonesia berjalan pada tracknya. Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup terhambat karena dampak harga batu bara. Daerah dengan pertumbuhan kredit yang kuat dipastikan memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Segmen apa yang perlu diwaspadai? Perbankan harus ekstra hati-hati dalam membiayai sektor perdagangan, konstruksi, dan pertambangan. Sektor yang tidak bermasalah menjadi target pasar dalam pembiayaan perbankan. Pulau Jawa relatif stabil karena semua kegiatan ekonomi baik manufaktur maupun jasa ada di sana. Selain itu infrastruktur di Jawa relatif lebih baik dibanding di luar Jawa. Pembangunan ekonomi di luar Jawa juga semakin baik sebagai dampak dari program pemerintah yang tidak jawasentris.
Beberapa hal yang mengganggu pasar Indonesia, sebagai berikut, pertama, disrupsi pasar keuangan dengan keguncangan rupiah. Kedua, perlambatan ekonomi China. Patut dicermati bahwa China adalah mitra dagang paling utama Indonesia dalam produk ekspor maupun impor. Ekonomi China yang melambat akan berefek negatif pada Indonesia. Setiap 1% perlambatan ekonomi China akan mempengaruhi perlambatan ekonomi Indonesia 0,2%. Oleh karena itu pemerintah harus mencari pasar lainnya, seperti Timur Tengah atau Afrika.
Bencana alam juga mengganggu perekonomian. NTB dan Sulawesi Tengah diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak sebagus tahun sebelumnya. Pesta demokrasi juga mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, melalui pembelian bermacam-macam atribut kampanye yang menggerakkan private consumption dan konsumsi rumah tangga.
Kondisi tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi tidak akan terganggu dengan kegiatan politik. Buktinya setiap periode lima tahunan pertumbuhan ekonomi selalu lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun tidak ada kegiatan politik.
Pemberdayaan Ekonomi
Du'Anyam, UMKM pemegang lisensi souvenir resmi Asian Games 2018 bekerja bersama kaum ibu penganyam di enam kecamatan di Flores. Produk Du'Anyam dibuat dari daun lontar. Du'Anyam didirikan dengan latar belakang isu kesehatan. Tahun 2013 tim Du'Anyam menemukan kasus ibu yang mengalami kekurangan gizi.Â
Penyebabnya sangat kompleks, salah satunya adalah kesulitan sosial ekonomi. Masyarakat bergantung pada musim saat bertani. Kalau gagal panen mereka tidak mendapatkan apapun. Akses uang tunai juga sangat terbatas. Sistem barter masih terjadi. Makan saja sulit, apalagi kesehatan. Para ibu terbiasa naik turun bukit ke ladang walaupun hamil 8 bulan.
Di satu sisi tim menemukan kearifan lokal berupa tradisi menganyam dari generasi ke generasi yang belum diberdayakan. Hanya golongan tua yang menjalankan aktivitas tersebut. Di sisi lain pohon lontar tumbuh liar di Flores. Ada potensi menumbuhkan kearifan lokal dan sumber daya alam dengan akses market yang sudah ada.
Selama ini problemnya adalah ketiadaan akses market. Tim Du'Anyam memberikan masukan dalam hal desain. Semula hanya ibu berusia 60-70 tahun yang menganyam, sekarang tim sedang berusaha mencari generasi muda. Tujuannya menambah orang yang menganyam.
Tim Du'Anyam juga melakukan pemberdayaan ekonomi perempuan. Harapannya dengan menganyam, mereka memiliki akses uang tunai yang lebih mudah. Mereka tidak perlu repot-repot bertani menjelang persalinan, cukup menganyam di rumah. Penghasilannya mungkin lebih besar dibanding bertani. Tidak hanya peningkatan ekonomi, juga peningkatan gizi.
Produk Du'Anyam terbagi menjadi living dan style. Produk tersebut tidak hanya dijual retail, juga B2B. Dalam perhelatan Asian Games 2018 diproduksi 60 ribu pieces merchandise yang habis terjual. Rencananya tahun ini dilaunching website Du'Anyam. Website tersebut dilatari daya beli masyarakat terlebih generasi millenial yang sangat signifikan. Melalui website orang lebih mudah mengakses produk Du'Anyam.
Produk Du'Anyam telah diekspor ke beberapa negara, seperti Amerika, Belgia, Korea, Australia, Jepang, dan Denmark. Tentunya cara tersebut sangat membantu ekonomi para ibu. Kini mereka bisa memperoleh penghasilan Rp 1 juta-Rp 1,5 juta.
Tidak hanya di Flores, Du'Anyam juga melakukan ekspansi pasar ke Sidoarjo, Papua (Nabire dengan anyaman dari kulit kayu) dan Berau (anyaman dari rotan). Tujuannya adalah memenuhi kapasitas produksi. Ketika menghadapi permintaan yang tinggi, bisa dialihkan ke daerah lain. Apalagi setiap daerah memiliki ciri khas anyaman masing-masing.
Potensi tersebut dinilai bagus oleh Du'Anyam dalam menampilkan produk-produk lokal Indonesia. Du'Anyam mencoba mengangkat anyaman ke level yang lebih tinggi, contohnya di bidang hospitality atau properti dalam bentuk hiasan dinding di hotel dengan mengangkat budaya Kalimantan.
Awalnya Du'Anyam hanya menjual slipper, sekarang ada 250 item produk dengan fungsi, bentuk, dan konsep yang berbeda. Produk Du'Anyam telah memasuki hotel, corporate, industri, hingga kementerian. Setiap bulan Du'Anyam mampu memproduksi 5.000 pieces.
Mendirikan usaha saja sudah sulit apalagi mendirikan usaha sosial. Peningkatan income itu pasti, tapi peningkatan sosial perlu diraih juga. Visi Du'Anyam pada 2020 adalah brand Du'Anyam lebih dikenal tidak hanya di dalam negeri juga luar negeri. Mimpinya, ketika orang datang ke Indonesia ingin mencari anyaman, brand yang terlintas pertama kalinya adalah Du'Anyam.
Visi lainnya adalah memandirikan 2.000 perempuan secara ekonomi pada 2020 mendatang. Visi tersebut tak lepas dari value Du'Anyam, yakni pemberdayaan perempuan, peningkatan ekonomi, dan peningkatan nutrisi. Kehadiran Du'Anyam langsung di masyarakat setidaknya memberikan harapan untuk hidup. Itu yang membuat Du'Anyam bertumbuh sampai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H