MengendalikanÂ
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Sidartawan Soegondo menjelaskan, diabetes merupakan penyakit progresif yang tidak bisa sembuh. Untuk mengontrol atau mengetahui diabetes terkendali atau tidak dilakukan  pemeriksaan  HbA1c. Itulah yang menjadi parameternya. Diabetes tidak bisa sembuh tapi bisa dikendalikan. Orang tidak mengetahui bahwa dirinya penyandang diabetes. Tidak ada keluhan dan tidak dilakukan pemeriksaan. Maluku Utara dan Kalimantan Barat merupakan daerah dengan prevalensi diabetes paling tinggi. "Tahun 2015 setiap enam detik satu orang meninggal akibat diabetes. Ada 43% orang yang meninggal karena diabetes berusia di bawah 70 tahun," kata Prof. Sidarta.
Prof. Sidarta menyampaikan, mengapa orang Papua mengalami diabetes? Lifestyle-nya berubah. Dahulu mereka bekerja di gunung, sekarang di kantor. Dahulu makanannya umbi, sekarang nasi. Dulu orang di kota selalu berjalan kaki, sekarang memilih naik ojek atau  angkot. Bahkan lebih banyak jumlah motor dibanding  manusia. Aktivitas fisik kita atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) kurang. Itulah  hal-hal yang membuat orang yang seharusnya tidak sakit menjadi sakit. "Dulu kita mau makan, ibu harus ke pasar, belanja, masak. Sekarang ibu tidak ke pasar, tapi makanan ada, cukup dengan memesan melalui aplikasi," ujar Prof. Sidarta, pendiri Persatuan Edukator Diabetes Indonesia.
0Â Advanced issues foundâ–²
Â
Mengobati penyakit diabetes itu  tidak mudah karena penyebabnya  banyak sehingga obatnya banyak. Setiap orang mempunyai indikasi yang berbeda karena penyebabnya tidak hanya satu. Ada orang yang terlambat datang ke dokter, ada yang cepat. Ada yang sudah komplikasi, ada yang belum. Maka obatnya pun berbeda. Karena diabetes tidak bisa disembuhkan, kita hanya bisa menurunkan gula darah agar tidak terjadi komplikasi. Komplikasi terbagi menjadi  microvascular (pembuluh darah kecil) dan macrovascular (pembuluh darah besar). Komplikasi macrovascular terjadi pada otak, jantung, dan kaki. Contoh komplikasi macrovascular, kalau jantung tersumbat, jantung berhenti.
Komplikasi microvascular terjadi misalnya pada ginjal yang menyebabkan  cuci darah. Penyandang  diabetes harus tahu manfaat obat yang dikonsumsinya, akibat jika konsumsi obat berlebih, akibat jika tidak konsumsi  obat, hingga tindakan yang dilakukan jika ada  efek  samping. Menariknya, menurut Prof. Sidarta, penyandang diabates itu banyak tapi dokternya sedikit.  Indonesia hanya memiliki  100 dokter spesialis  yang mengurus 10 juta penyandang diabetes. Dari 100 dokter itu, Kalimantan hanya punya 1 dokter spesialis, Sulawesi Utara (4), Makassar (3), Medan (3), Padang (2), Palembang (2), sampai Pekanbaru (1).
Pada 2014  61% golongan menengah yang hidupnya mapan mengalami perubahan lifestyle. Mereka mengendarai mobil dan mengkonsumsi  fastfood. Apa yang kita lakukan menghadapi fenomena tersebut? Kalau kita mau mencegah komplikasi maka  harus assesment faktor risiko. Bila faktor risikonya semakin banyak, anjurkan pasien tersebut periksa gula darah. Dengan demikian bisa dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang  lebih cepat. Gejala diabetes itu  tidak menakutkan, menakutkan setelah komplikasi. Kalau  mau mencegah diabetes,  kita harus hidup sehat. Parameternya berat badan. Menjaga  berat badan, menjaga makanan,  dan melakukan aktivitas fisik. "Kalau belum terkena diabetes, jangan sampai kena. Kalau sudah kena, jangan sampai komplikasi," kata Prof. Sidarta, ketua bidang pelatihan dan pendidikan Persatuan Diabetes Indonesia.
Pesan Prof. Sidarta tersebut mengingatkan saya pada kisah seorang ibu yang memiliki diabetes. Rumahnya yang cukup dekat mendorong saya mengunjunginya di suatu sore. Ibu enam anak itu menceritakan, kala muda beliau membantu suami dengan menjual baju dari rumah ke rumah secara kredit. Tak jarang ibu itu disuguhi teh hangat atau es teh setiap bertandang ke rumah pembeli yang memiliki relasi baik dengannya. Bertahun-tahun beliau menjalani pekerjaan tersebut. Hingga di masa pensiun ibu itu didiagnosa diabetes. Kakinya terpaksa diamputasi akibat komplikasi. Setelah 1,5 tahun terbaring lemah di ranjang akibat diabetes, beliau tutup usia.  Semoga kisah ibu itu tak  menambah daftar panjang mereka yang meninggal akibat diabetes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H