Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Trashion Akasia, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kepedulian Lingkungan

14 Juni 2019   16:22 Diperbarui: 12 September 2019   12:20 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghargaan atas usaha dan jerih payah yang telah diberikan para kader. (foto dokumentasi pribadi)
Penghargaan atas usaha dan jerih payah yang telah diberikan para kader. (foto dokumentasi pribadi)
Bank Sampah Harapan Ibu beroperasi pada hari Sabtu dan Minggu di rumah Aan. Karena keterbatasan tempat, pada sore hari sampah itu segera dijual ke pelapak. Sementara itu pada hari Senin sampai Rabu di tempat yang sama berlangsung kegiatan PAUD yang juga dijalankan secara sukarela.

Para kader tak lelah melakukan sosialisasi kepada masyarakat di kegiatan arisan atau posyandu mengenai bahaya penggunaan styrofoam misalnya. Bahan tersebut merupakan pencetus berbagai penyakit, seperti ISPA, kanker, sampai autis.

Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur pernah memberikan bantuan berupa timbangan digital, komposter, dan tempat sampah kepada Bank Sampah Harapan Ibu. Semuanya kembali ke kepedulian masyarakat. "Terkadang di pot tanaman pinggir jalan masih ditemui sampah," tutur Aan.

Aan menilai kepedulian masyarakat terhadap sampah semakin berkurang. Sementara itu saat ini tidak semua kader di RW 02 mau menjadi nasabah bank sampah. "Ketika saya masih menjadi ketua PKK semua kader wajib menjadi nasabah. Sekarang tidak semuanya, kembali ke kesadaran masing-masing. Dari 90 kader sekarang hanya 10 kader yang terlibat. Itupun tidak bisa rutin diandalkan. Mereka bergantian," ujar Aan yang beberapa kali diundang ke daerah untuk memberikan pelatihan perihal lingkungan.

Aan juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap perubahan iklim dengan cuaca yang sangat ekstrim sampai polusi dari kendaraan atau pabrik. Untuk itu para kader tidak berhenti bergerak termasuk melakukan edukasi di sekolah. Harapannya, anak-anak sebagai penerus bangsa bisa menyampaikan kepada masyarakat perihal pengelolaan sampah. "Mudah-mudahan pendidikan ini bisa tertanam di pikiran mereka sehingga tercipta lingkungan yang bersih, hijau, sehat, dan nyaman," ujar Aan.

Bank Sampah Harapan Ibu memiliki 272 nasabah. Angka itu belum mencapai 50% jumlah KK di RW 02 yang mencapai 1.800-an. Aan menegaskan, hanya ada 200 bank sampah padahal tercatat 660 RW di Jakarta Timur. "Jumlah tersebut termasuk bank sampah di sekolah. Kendalanya, tidak semua orangtua mengijinkan anaknya membawa sampah ke sekolah. Padahal sampah itu masih bernilai," ujar Aan.

Sehubungan dengan fakta tersebut, Aan diajak menjadi pemateri Magang Terampil (Magil) bagi siswa SMP. Beliau membiasakan anak-anak untuk peduli lingkungan. Mereka diajarkan mengenai kompos, bank sampah, sampai lubang biopori. Ajakan tersebut tidak lepas dari keterlibatan Aan di beberapa organisasi, seperti Forum Masyarakat Peduli Lingkungan dan Jakarta Aksi Lingkungan Indah.

Aan juga aktif di bank sampah induk tingkat kota yang berlokasi di Pinang Ranti. Bank sampah tersebut menampung sampah non organik dari 10 kecamatan. Selanjutnya sampah dijual ke pelapak besar dan pabrik.

Perhatian Pemerintah

Para kader yang tergabung dalam Trashion Akasia membuat produk daur ulang di rumah masing-masing. Dengan demikian mereka tetap bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Walaupun terkendala waktu, para kader menyempatkan diri mengadakan pertemuan bersama.

Tersedia lima mesin jahit yang mendukung proses pengerjaan. Semuanya merupakan pemberian dari pihak-pihak lain, salah satunya Unilever.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun