Perubahan perilaku publik juga menjadi persoalan serius. Perilaku tersebut terkait dengan ketidakpedulian masyarakat yang tinggi terhadap sampah plastik. Persoalan lainnya adalah tanggung jawab produsen terhadap produk dan kemasan dari plastik yang dihasilkan.
Semua pihak perlu berjalan simultan dan melakukan gerakan baik bersama, antara lain meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam pengolahan sampah, mendorong perubahan perilaku publik yang sangat masif, serta mendorong peningkatan peran dan tanggung jawab para produsen.
Persoalan sampah plastik itu masalah kultur, perilaku yang bisa dimulai dari diri sendiri. Saat ini awareness masyarakat terbilang tinggi. Pasalnya banyak beredar video dokumenter yang membangkitkan kepedulian komunitas. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, harus bersama masyarakat.
Plastik adalah benda yang mudah ditemukan di manapun secara cuma-cuma, di supermarket, minimarket, pasar bahkan warung dekat rumah. Masyarakat pun terbiasa dengan kantong plastik.
Masyarakat beranggapan efek kantong plastik belum terasa. Apalagi keberadaan petugas kebersihan yang mengangkut sampah.
Indonesia adalah negara penghasil atau penyumbang sampah plastik lautan dunia terbesar nomor dua di dunia setelah China. Miris. Negara besar dengan lautan yang luas tapi sampahnya banyak.
Sampah sudah menjadi masalah dunia, termasuk Indonesia. Sampah butuh waktu yang lama untuk terurai, bahkan sampai ratusan tahun.
Sampah plastik yang paling banyak dihasilkan atau ditemukan di Indonesia adalah sampah botol minuman kemasan dari warung sampai retail besar, sampah kantong kresek dari supermarket atau pasar, dan sampah sedotan plastik. Tanpa disadari sampah plastik semakin bertumpuk.
Pengolahan sampah yang buruk di daratan akan berujung ke lautan. Dampaknya akan kembali ke manusia.
Bagaimana wujud cinta kita kepada lingkungan? Merujuk kepada tiga sampah itu, caranya mudah. Namun banyak orang yang menilai sulit karena kebutuhan akan plastik dan kemudahan mendapatkannya. Sebagai contoh, kita bisa dengan mudah membeli minuman di warung jika haus atau di menggunakan sedotan plastik di restoran.
Konsumen harus mengontrol sampah plastik. Selain pemerintah, ritel berperan penting sebagai pihak terdepan dalam mengedukasi konsumen tentang pentingnya mengurangi kantong plastik.
Berikut tiga tips mengurangi sampah plastik yang bisa dimulai dari diri sendiri:
1. Bawa botol minuman ke manapun.
Saat kecil orangtua selalu membekali kita dengan kotak makanan dan botol minuman. Cara itu dinilai bisa mengurangi sampah botol minuman kemasan. Pasalnya botol minuman bisa dicuci dan dipakai berulang kali. Bawa juga kotak makanan sehingga tidak perlu menggunakan plastik atau styrofoam. Ingat, plastik itu mengandung bahan yang berbahaya untuk tubuh.
2. Bawa kantong belanja.
Kantong belanja tersebut bisa dipakai berkali-kali ke manapun. Kantong belanja juga bisa dipakai di banyak kesempatan, seperti ke kampus atau belanja.
3. Gunakan sedotan stainless atau sedotan bambu.
Sedotan adalah sampah yang paling banyak ditemukan di laut dan sering dimakan hewan-hewan laut. Bagaimana cara mengurangi sampah itu? Pertama, minum langsung dari gelas. Kedua, beli sedotan stainless atau bambu yang bisa dibeli di banyak toko online. Jenis sedotan tersebut tidak ada bedanya dengan  sedotan plastik.
Sedotan stainless atau sedotan bambu bisa dipakai berulang kali dan bisa dicuci. Dengan cara tersebut kita bisa menikmati minuman tanpa menghasilkan sampah. Kita bisa mengatakan langsung kepada pelayan di restoran atau rumah makan untuk tidak memberikan sedotan plastik.
Tiga tips tersebut diharapkan mampu menggiring masyarakat menjalani zero waste lifestyle atau gaya hidup yang tidak menghasilkan sampah sedikit pun. Awalnya memang sulit tapi perlahan kita pasti bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H