Millenial cenderung tidak mau mengambil sesuatu yang berisiko. Solusinya, cari developer yang terpercaya dan track recordnya bagus. Selain itu suami dan istri dengan penggabungan penghasilan dipandang mampu membayar cicilan yang lebih tinggi.
Motivasi Memiliki Rumah
Punya rumah tidak lagi menjadi daftar teratas prioritas generasi millenial. Hunian bukan prioritas utama mereka. Generasi sekarang lebih suka membeli pengalaman. Kita harus mengubah mindset, tidak selamanya kita mengontrak rumah atau tinggal bersama keluarga besar.
Bagaimana caranya mandiri? Harus ada motivasi untuk memiliki rumah. Tanpa motivasi tidak akan ada keinginan atau kemampuan menyisihkan penghasilan untuk uang muka. Sebagai contoh, uang muka rumah seharga Rp 500 juta adalah Rp 100 juta atau 20% nya. Hal tersebut  harus menjadi prioritas utama dari penghasilan.
Strategi lainnya adalah penghasilan dipotong ke instrumen investasi yang lain. Kita harus punya target, misalnya uang muka harus terkumpul dua tahun lagi. Untuk itu investasi yang bisa digunakan misalnya reksadana pasar uang.
Kalau usia Anda 22 tahun dan target memiliki rumah di usia 29 tahun, Anda bisa menempatkan uang tersebut di investasi yang lebih berisiko dengan potensi keuntungan yang lebih tinggi, contohnya reksadana campuran, reksadana saham, saham, atau emas.
Sebenarnya kemampuan orang yang sudah berkeluarga dalam mencicil hanya sepertiga dari penghasilannya. Berbeda dengan lajang yang mampu mencicil setengah dari penghasilannya.
Yuk, selagi masih muda, belum banyak tanggungan, lakukan investasi properti dari sekarang. Lima tahun pertama Anda memang harus mengencangkan ikat pinggang untuk urusan lifestyle. Selanjutnya Anda merasa lebih nyaman.
Investasi Cerdas di Properti
Peningkatan income mendorong  peningkatan kewajiban dan keinginan. Kapan berinvestasi? Berikut empat alasan investasi cerdas di properti untuk hidup yang lebih baik: