Market Millenial
Produk  Du'Anyam terbagi menjadi living dan style. Produk tersebut tidak hanya  dijual retail, juga B2B baik di company maupun hotel yang penyerapannya  lebih besar dan penjualannya kontinu. Beberapa produk yang telah  dihasilkan Du'Anyam, diantaranya bags, clutches, indoor slippers, sampai  wallet. Du'Anyam juga bekerja sama dengan brand seperti Cotton Ink dan  Contempo agar bisa diterima market millenial. Selain itu usaha tersebut  pernah tampil di Jakarta Fashion Week 2014 dan meraih INACRAFT Awards  2018 Category Natural Fibers.
Visi Du'Anyam pada 2020 adalah  menjadi top supplier kerajinan anyaman yang unik, berkualitas, dan  berdampak sosial. Tidak hanya masyarakat Indonesia yang mengenalnya,  juga masyarakat di negara lain. Selain itu Du'Anyam ingin memberdayakan  2.000 perempuan perajinan dan meningkatkan pendapatan sebanyak 30%.  Tentunya dengan mengedepankan tiga pilar, yakni pemberdayaan perempuan,  peningkatan kesehatan, dan promosi budaya.
Tidak hanya di Flores,  Du'Anyam juga melakukan ekspansi pasar ke Sidoarjo, Papua (Nabire dengan  anyaman dari kulit kayu) dan Berau (anyaman dari rotan). Tujuannya  adalah memenuhi kapasitas produksi. Ketika menghadapi permintaan yang  tinggi, bisa dialihkan ke daerah lain. Apalagi setiap daerah memiliki  ciri khas anyaman masing-masing. Potensi tersebut dinilai bagus oleh  Du'Anyam dalam menampilkan produk-produk lokal Indonesia. Du'Anyam  mencoba mengangkat anyaman ke level yang lebih tinggi, contohnya di  bidang hospitality atau properti dalam bentuk hiasan dinding di hotel  dengan mengangkat budaya Kalimantan. "Demand handicraft, home decor itu  selalu ada. Ini kesempatan untuk UMKM," kata Juan.
Rencananya pada  Januari 2019 mendatang dilaunching website Du'Anyam. Website tersebut  dilatari daya beli masyarakat terlebih generasi millenial yang sangat  signifikan. Melalui website orang lebih mudah mengakses produk Du'Anyam.  Produk Du'Anyam telah diekspor ke beberapa negara, seperti Amerika,  Belgia, Korea, Australia, Jepang, dan Denmark. "Tentunya cara tersebut  sangat membantu ekonomi para ibu. Kini mereka bisa memperoleh  penghasilan Rp 1 juta-Rp 1,5 juta," kata Juan.
Bertumbuh
Juan  menyampaikan, selama kurang lebih lima tahun berdiri Du'Anyam telah  melewati banyak tantangan. Mengapa Du'Anyam mampu memenuhi pesanan  minimum 500 bahkan 2.000 pieces produk untuk hotel misalnya? Semua itu  melalui proses. Sebenarnya setiap UKM punya kesempatan yang sama untuk  menjadi pemegang lisensi merchandise Asian Games 2018 atau event  lainnya. Semuanya kembali kepada keuletan tim dan persiapan SDM.
Menyinggung  kendala permodalan yang kerap dialami UKM, Juan menyarankan UKM mencoba  project-project kecil. Ia mencontohkan project hotel atau corporate  yang telah ditempuh Du'Anyam. Strateginya adalah mencoba di atas limit  kapasitas usaha. Meskipun ada beberapa kekurangan, semua itu akan bisa  ditangani dengan baik. "Harapannya 70% produk Du'Anyam bisa terserap  oleh pengunjung Asian Games," kata Juan.
Juan  memandang kendala terbesar adalah shipping. Pasalnya Du'Anyam bekerja di  remote area. Apalagi saat ekonomi bergejolak, harga shipping menjadi  fluktuatif, misalnya pengiriman dari Berau ke Jakarta. Tantangan yang  dihadapi UMKM tersebut perlu dipecahkan dengan pikiran kreatif dan  global. "Melalui kehadiran kami langsung di masyarakat setidaknya mereka  punya harapan untuk hidup. Itu yang membuat Du'Anyam bertumbuh sampai  sekarang," ujar Juan.