Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menuju Keunggulan Ekonomi Indonesia 2019

20 November 2018   15:10 Diperbarui: 20 November 2018   19:33 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prioritas pembangunan melalui koperasi dan UMKM diharapkan menjadi instrumen  ekonomi yang berkeadilan. Dengan demikian mampu memberikan kesejahteraan yang lebih merata.

Demikian paparan yang disampaikan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi pada Diskusi Panel 'Proyeksi Perekonomian 2019, Tantangan dan Peluang bagi KUKM'. Diskusi yang diselenggarakan pada 7 November 2018 tersebut juga menghadirkan Corporate Secretary&Chief Economist BNI Ryan Kiryanto dan Business Development&Sales Officer Du'Anyam Juan Firmansyah. Zabadi mengemukakan, Kemenkop UKM ingin mendorong masyarakat berkoperasi, bukan mendirikan koperasi. Dengan kata lain masyarakat diajak menjadi anggota koperasi sehingga koperasi memiliki sumber daya manusia yang cukup berkualitas. "Selain itu menghimpun sumber daya ekonomi yang dimiliki anggota," tutur Zabadi.

Pada umumnya koperasi yang berkembang bagus merupakan koperasi dengan jumlah anggota yang besar. Pasalnya kekuatan koperasi adalah anggota yang berpartisipasi aktif. Harapannya melalui konsep memasyaratkan koperasi dan mengkoperasikan masyarakat, pelayanan kebutuhan masyarakat dilakukan melalui koperasi. "Produktivitas dan efisiensi masyarakat yang berhimpun pun menjadi lebih tinggi," kata Zabadi.

Zabadi optimis terhadap perkembangan koperasi dan UMKM. Secara makro terjadi suatu pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni kontribusi koperasi terhadap PDB yang mengalami peningkatan dari 1,71% pada 2014 menjadi 3,69% pada 2016. Fakta tersebut menunjukkan reformasi total koperasi yang digaungkan presiden dan menteri. Terjadi rehabilitasi dan reorientasi koperasi dengan penekanan pada kualitas koperasi. Konsekuensinya Kemenkop UKM mulai menyusun database koperasi. Ternyata banyak sekali koperasi yang sesungguhnya tidak aktif. "Pembubaran 40 ribu koperasi yang tidak aktif nyatanya tidak menyurutkan gerakan koperasi di Indonesia," kata Zabadi.

Perkembangan teknologi informasi membentuk keunggulan ekonomi yang mengharuskan setiap komunitas mengikuti prinsip dan nilai yang telah dijalankan koperasi. Zabadi mencontohkan  Gojek dan Bukalapak dengan spirit ekonomi berbagi. Mengacu kepada paham koperasi sebagai sebuah semangat, Gojek dan Bukalapak merupakan salah satu wujud koperasi yang lahir di tengah masyarakat. Kini orang mencapai sukses tidak hanya mengandalkan dirinya, juga memberi perhatian kepada orang lain seperti yang dilakukan Gojek. Tukang ojek yang sebelumnya merasa marjinal setelah bergabung dengan Gojek terangkat harga dirinya. "Tukang ojek sekarang menjadi sebuah side job yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat," kata Zabadi.

Kalau kita mampu memberikan penjelasan yang tepat, Zabadi meyakini gerakan koperasi pada 2019 akan semakin baik. Di sisi UMKM, Kemenkop UKM akan mendorong pendataan UMKM secara online. UMKM merepresentasikan 99,99% pelaku usaha tanah air. Kesejahteraan yang lebih merakyat. Konsekuensi tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang membawa harapan yang cukup besar. Saat ini terbukti kemajuan teknologi mampu mengantarkan sebagian masyarakat, terutama kalangan millenial mengembangkan profesi yang sebelumnya tidak ada. Mereka cukup memanfaatkan gadget dalam menjalankan bisnisnya.

Kaum millenial optimis memandang masa depan dan mengembangkan pilihan profesi yang sangat beragam, kreatif dan terkesan santai tapi produktif. Hal tersebut terjadi karena mereka  sangat akrab dengan teknologi informasi yang menjadi lifestyle sekaligus profesi. Pada 2014 jumlah wirausaha di Indonesia sebesar 1,65%. Angka tersebut jauh dari Malaysia (5%) dan Singapura (7,2%). Seiring dengan perkembangan teknologi, pertumbuhan wirausaha baru meningkat sangat signifikan. Pada 2016 rasio kewirausahaan Indonesia mencapai 3,1% yang melampaui ukuran daya saing global. Melalui gerakan yang masif dilakukan kementerian dan lembaga di bidang pemberdayaan koperasi didukung stakeholder dan akses pembiayaan untuk pelaku usaha dalam bentuk crowdfunding atau fintech, Kemenkop UKM optimis pada 2018 rasio tersebut mengalami peningkatan.

Belajar dari Krisis

Ryan menjelaskan, ekonomi AS tetap kuat sementara perkembangan ekonomi negara-negara berkembang dan Eropa lebih rendah dari perkiraan awal. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dunia akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Ekonomi dunia yang sedikit melemah berdampak ke korporasi. Supply chain kelas menengah termasuk UKM juga berpotensi terdampak. Berbeda dengan tahun 1998 ketika UKM relatif tidak tersentuh dengan nilai tukar. Mereka tidak memiliki pinjaman dalam bentuk valuta asing sehingga terisolasi dari gejolak nilai tukar.

Indonesia dengan berbagai pelaku usahanya telah banyak belajar dari berbagai krisis yang menyebabkan siklus bisnis melemah, yakni krisis 1998, 2003, 2005, dan 2008. Krisis tersebut menyebabkan pelaku usaha relatif responsif dalam situasi krisis apapun. Mengacu pada kondisi tersebut, Ryan meyakini tahun depan Indonesia bisa tumbuh 5,3%. Ketika ekonomi suatu negara itu baik biasanya diikuti inflasi.

Terkait kebijakan ekonomi, segmen pengusaha besar, pengusaha menengah maupun pengusaha kecil memiliki daya tahan yang baik terhadap perubahan. Perubahan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi memberikan dampak kepada emerging market melalui jalur finansial dan capital market. Di negara manapun upaya menjinakkan inflasi dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga. Ketika terjadi kenaikan suku bunga, masyarakat cenderung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk investment. Indonesia sebagai salah satu eksportir barang-barang primer terkena dampaknya, terlebih impor yang cukup kuat. Pasalnya ada permintaan barang di dalam negeri mengingat daya beli masyarakat Indonesia yang relatif terjaga. "Kontribusi pertumbuhan konsumsi rumah tangga 5,1%. Padahal 2-3 tahun lalu  4,9%. Konsumsi rumah tangga yang tumbuh di atas 5% mengindikasikan daya beli masyarakat terpelihara dengan baik. Rakyat prasejahtera dibantu Bansos untuk menjaga power to buy-nya mereka," ujar Ryan.

Menurut Ryan, ada tiga sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi, yakni sektor pertanian, manufaktur (industri), dan perdagangan besar, kecil maupun menengah. Tiga sektor tersebut menyerap kredit terbesar, artinya ekonomi Indonesia berjalan pada tracknya. Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup terhambat karena dampak harga batu bara. Daerah dengan pertumbuhan kredit yang kuat dipastikan memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Segmen apa yang perlu diwaspadai? Perbankan harus ekstra hati-hati dalam membiayai sektor perdagangan, konstruksi, dan pertambangan. Sektor yang tidak bermasalah menjadi target pasar dalam pembiayaan perbankan. Pulau Jawa relatif stabil karena semua kegiatan ekonomi baik manufaktur maupun jasa ada di sana. Selain itu infrastruktur di Jawa relatif lebih baik dibanding di luar Jawa. "Pembangunan ekonomi di luar Jawa juga semakin baik sebagai dampak dari program pemerintah yang tidak jawasentris," kata Ryan.

Ryan mengemukakan beberapa hal yang mengganggu pasar Indonesia. Pertama, disrupsi pasar keuangan dengan keguncangan rupiah. Kedua, perlambatan ekonomi China. Patut dicermati bahwa China adalah mitra dagang paling utama Indonesia dalam produk ekspor maupun impor. Ekonomi China yang melambat akan berefek negatif pada Indonesia. Setiap 1% perlambatan ekonomi China akan mempengaruhi perlambatan ekonomi Indonesia 0,2%. Oleh karena itu pemerintah harus mencari pasar lainnya, seperti Timur Tengah atau Afrika.

Bencana alam juga mengganggu perekonomian. NTB dan Sulawesi Tengah diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak sebagus tahun sebelumnya. Pesta demokrasi juga mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, melalui pembelian bermacam-macam atribut kampanye yang menggerakkan private consumption dan konsumsi rumah tangga. "Yakinlah, pertumbuhan ekonomi tidak akan terganggu dengan kegiatan politik. Buktinya setiap periode lima tahunan terjadi pertumbuhan ekonomi selalu lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun tidak ada kegiatan politik," ujar Ryan.

Pemberdayaan Ekonomi

Du'Anyam, UKM pemegang lisensi souvenir resmi Asian Games 2018 bekerja bersama kaum ibu penganyam di enam kecamatan di Flores. Produk Du'Anyam dibuat dari daun lontar. Du'Anyam didirikan dengan latar belakang isu kesehatan. Tahun 2013 tim Du'Anyam menemukan kasus ibu yang mengalami kekurangan gizi. Penyebabnya sangat kompleks, salah satunya adalah kesulitan sosial ekonomi. Masyarakat bergantung pada musim saat bertani. Kalau gagal panen mereka tidak mendapatkan apapun. Akses uang tunai juga sangat terbatas. Sistem barter masih terjadi. Makan saja sulit, apalagi kesehatan. "Kita melihat ibu-ibu di sana sudah terbiasa naik turun bukit ke ladang walaupun hamil 8 bulan," kata Juan.

Di satu sisi tim menemukan kearifan lokal berupa tradisi menganyam dari generasi ke generasi yang belum diberdayakan. Hanya golongan tua yang menjalankan aktivitas tersebut. Di sisi lain pohon lontar tumbuh liar di Flores. Ada potensi menumbuhkan kearifan lokal dan sumber daya alam dengan akses market yang sudah ada. Selama ini problemnya adalah ketiadaan akses market. Tim Du'Anyam memberikan masukan dalam hal desain. "Semula hanya ibu berusia 60-70 tahun yang menganyam, sekarang kami berusaha mencari generasi muda. Tujuannya menambah orang yang menganyam," ujar Juan.

Tim Du'Anyam juga melakukan pemberdayaan ekonomi perempuan. Harapannya dengan menganyam, mereka memiliki akses uang tunai yang lebih mudah. Mereka tidak perlu repot-repot bertani menjelang persalinan, cukup menganyam di rumah. Penghasilannya mungkin lebih besar dibanding bertani. Tidak hanya peningkatan ekonomi, juga peningkatan gizi.

Produk Du'Anyam terbagi menjadi living dan style. Produk tersebut tidak hanya dijual retail, juga B2B. Dalam perhelatan Asian Games 2018 diproduksi 60 ribu pieces merchandise yang habis terjual. Rencananya pada Januari 2019 mendatang dilaunching website Du'Anyam. Website tersebut dilatari daya beli masyarakat terlebih generasi millenial yang sangat signifikan. Melalui website orang lebih mudah mengakses produk Du'Anyam. Produk Du'Anyam telah diekspor ke beberapa negara, seperti Amerika, Belgia, Korea, Australia, Jepang, dan Denmark. "Tentunya cara tersebut sangat membantu ekonomi para ibu. Kini mereka bisa memperoleh penghasilan Rp 1 juta-Rp 1,5 juta," kata Juan.

Tidak hanya di Flores, Du'Anyam juga melakukan ekspansi pasar ke Sidoarjo, Papua (Nabire dengan anyaman dari kulit kayu) dan Berau (anyaman dari rotan). Tujuannya adalah memenuhi kapasitas produksi. Ketika menghadapi permintaan yang tinggi, bisa dialihkan ke daerah lain. Apalagi setiap daerah memiliki ciri khas anyaman masing-masing. Potensi tersebut dinilai bagus oleh Du'Anyam dalam menampilkan produk-produk lokal Indonesia. Du'Anyam mencoba mengangkat anyaman ke level yang lebih tinggi, contohnya di bidang hospitality atau properti dalam bentuk hiasan dinding di hotel dengan mengangkat budaya Kalimantan. "Demand handicraft, home decor itu selalu ada. Ini kesempatan untuk UMKM," kata Juan.

Awalnya Du'Anyam hanya menjual slipper, sekarang ada 250 item produk dengan fungsi, bentuk, dan konsep yang berbeda. Produk Du'Anyam telah memasuki hotel, corporate, industri, hingga kementerian. Setiap bulan Du'Anyam mampu memproduksi 5.000 pieces. Juan menilai, mendirikan usaha saja sudah sulit apalagi mendirikan usaha sosial. Peningkatan income itu pasti, tapi peningkatan sosial perlu diraih juga. Visi Du'Anyam pada 2020 adalah brand Du'Anyam lebih dikenal tidak hanya di dalam negeri juga luar negeri. "Ketika orang datang ke Indonesia ingin mencari anyaman, brand yang terlintas pertama kalinya adalah Du'Anyam," ujar Juan.

Visi lainnya adalah memandirikan 2.000 perempuan secara ekonomi pada 2020 mendatang. Visi tersebut tak lepas dari value Du'Anyam, yakni pemberdayaan perempuan, peningkatan ekonomi, dan peningkatan nutrisi. Juan memandang kendala terbesar adalah shipping. Pasalnya Du'Anyam bekerja di remote area. Apalagi saat ekonomi bergejolak, harga shipping menjadi fluktuatif, misalnya pengiriman dari Berau ke Jakarta. Tantangan yang dihadapi UMKM tersebut perlu dipecahkan dengan pikiran kreatif dan global. "Melalui kehadiran kami langsung di masyarakat setidaknya mereka punya harapan untuk hidup. Itu yang membuat Du'Anyam bertumbuh sampai sekarang," ujar Juan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun