Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelusuri Warisan Asian Games 1962

14 September 2018   23:08 Diperbarui: 17 September 2018   01:35 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hotel Indonesia dibangun sebagai sarana penunjang para atlet dari negara lain. (sumber foto: https://travel.kompas.com)

Jalan Thamrin-Sudirman sendiri dibangun sebelum AG, tahun 1949. Fungsinya adalah  menghubungkan Kebayoran Baru yang akan menjadi kota satelit baru mengingat Kota telah dibangun di barat Jakarta dan Jatinegara di timur Jakarta. Kota Satelit Kebayoran Baru dibangun oleh pengembang Central Stichting Wederopbouw yang merupakan perusahaan Belanda.

Hotel Indonesia dibangun sebagai sarana penunjang para atlet dari negara lain. (sumber foto: https://travel.kompas.com)
Hotel Indonesia dibangun sebagai sarana penunjang para atlet dari negara lain. (sumber foto: https://travel.kompas.com)
HI adalah hotel bintang lima pertama di Indonesia dengan luas 25 hektar. Hotel tersebut dibangun sebagai sarana penunjang para atlet dari negara lain, seperti halnya Wisma Atlet di Kemayoran pada AG 2018. HI diresmikan pada 5 Agustus 1962 oleh Presiden Soekarno. Hotel tersebut dirancang oleh arsitek Abel Sorensen  dan istrinya, Wendy yang berasal dari AS. Soekarno mengenal mereka saat mengunjungi markas besar PBB di New York. Beliau terkesima dengan bangunan tersebut. Selanjutnya Soekarno mengajak suami istri tersebut bekerja sama untuk membangun HI. Dalam proses pembangunannya sering terjadi perdebatan di antara mereka. Menariknya, biaya pembangunan HI juga berasal dari pampasan perang Jepang.

HI dibangun dengan huruf T. Soekarno ingin tamu yang menginap bisa bebas melihat suasana di luar dan memperoleh sinar matahari yang cukup. Dahulu HI memiliki 500 kamar, kini hanya 289 kamar. Pasalnya beberapa kamar diperluas. Dari 500 kamar tersebut, tidak semuanya menggunakan AC. Soekarno ingin tamu merasakan iklim tropis. Oleh karena itu ventilasi diperbesar. Allen Atwelt, warga AS yang bekerja di Yayasan Rockefeller menjadi tamu pertama yang menginap di HI. Sementara itu William Land merupakan general manager pertama HI. Soekarno mengakui Indonesia belum memiliki sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengelola hotel sebesar itu.

Dalam pidato peresmiannya, Soekarno mengatakan, 'tunjukkan kepribadian bangsa dalam kebudayaan'. Salah satu ruangan di HI, Bali Room, menjadi pusat kebudayaan Jakarta, dalam hal ini Indonesia. Tokoh besar seperti Teguh Karya, Rima Melati, sampai Titik Puspa pernah mengisi acara di sana. HI sejak dulu terkenal mahal. Tarif menginap per malamnya sebesar Rp 2.400, padahal gaji standar pada saat itu adalah Rp 800 per bulan. Menariknya, nasi goreng adalah makanan termurah dengan harga Rp 1.000, 60 kali lipat dari harga di pasaran.

HI memiliki slogan 'A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together'. Hotel tersebut dibangun dengan sangat canggih yang dibuktikan dengan adanya lift. Dahulu HI dimiliki pemerintah, saat ini dikelola oleh grup Kempinski. Setelah mengalami renovasi selama lima tahun, pada 20 Mei 2009 Hotel Indonesia Kempinski dibuka kembali oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Heroik

Tak jauh dari HI terlihat Patung Jenderal Sudirman yang digambarkan heroik. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan keadaan sehari-hari di Jalan Sudirman. Kawasan tersebut memiliki arus kendaraan yang sangat padat. Jalan Sudirman merupakan jalan protokol seperti halnya Jalan Thamrin. Patung Jenderal Sudirman yang memiliki tinggi keseluruhan 12 meter dikerjakan oleh seniman sekaligus dosen Seni Rupa ITB Sunario. Patung tersebut diresmikan pada 16 Agustus 2003.

Jenderal Sudirman adalah panglima besar, pemimpin pasukan gerilya pada masa perang kemerdekaan (1945-1949). Beliau hijrah sejauh 1.200 km dari Yogyakarta, Jawa Timur dan kembali lagi ke Yogyakarta. Jarak tersebut ditempuh selama kurang lebih satu tahun. Satu hal yang patut dikenang dari sosok Sudirman, dalam kondisi sakit beliau tetap memimpin perang gerilya. Hal tersebut menjadi pembeda dengan tokoh-tokoh besar lainnya.

Nama jalan Thamrin diambil dari tokoh Betawi Mohammad Husni Thamrin yang pertama kali menjadi anggota Volksraad mewakili pribumi. Thamrin menjadi simbol perjuangan rakyat kecil. Namanya juga diabadikan dalam proyek perbaikan kampung di Jakarta atau program MHT. Proyek tersebut mengubah tata kelola kampung menjadi lebih layak. Tidak banyak diketahui orang bahwa ada Museum MH Thamrin di Jalan Kenari. Museum itu tidak memiliki akses kendaraan dan berada di dekat tumpukan sampah.  

*Simbol ketiga, keempat dan kelima bisa dibaca di artikel berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun