Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Koperasi sebagai Bisnis Kolektiva

20 Agustus 2018   03:48 Diperbarui: 20 Agustus 2018   04:21 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mewujudkan kemajuan perekonomian melalui masjid dengan memanfaatkan segala potensi keumatan dan kemitraan dalam mengelola sistem keuangan berbasis syariah menggunakan teknologi digital  yang bermanfaat bagi pemberdayaan ekonomi umat.

Demikian tujuan pembentukan Koperasi Syariah Baldah sebagaimana disampaikan salah satu pembicara, Ketua Koperasi Baldah Dr. KH I'ie Naseri Muhammad. Pembicara lainnya dalam Forum Diskusi 'Koperasi Zaman Now' pada 26 Juli 2018 lalu adalah Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) Meliadi Sembiring, Asisten Deputi Penyuluhan Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop UKM Bagus Rachman, dan PR Manager Kosakti Amrul Hakim.

Naseri menjelaskan, Koperasi Baldah didirikan pada 19 Februari 2017 di Ponpes Darus Solihin. Koperasi tersebut terinspirasi Gerakan 212. Koperasi Baldah memiliki empat prinsip, sebagai berikut, pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman seolah-olah menolong mereka yang memerlukan. Namun tambahan pada pinjaman tersebut sebetulnya adalah riba. Kedua, riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk. Allah mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang yang memakan riba. 

Ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat bahwa pengambilan bunga dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak dipraktikkan pada masa tersebut. Keempat, Allah dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman.

Indonesia memiliki tidak kurang 800 ribu masjid dari Sabang sampai Merauke. Di Depok sendiri terdapat 1.400 masjid dan mushala. Bagaimana pengelolaan dana dari masjid sebanyak itu? Untuk itu perbankan syariah hadir, menawarkan nilai safety dan bersih dari  riba. Riba diidentikkan sebagai sesuatu yang buruk. Padahal hukum syariah dengan nilai-nilai keislaman memudahkan dan menyamankan kehidupan.

Mengapa semua transaksi di Koperasi Baldah dicatat? Perintah ini wajib hukumnya. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu).

Koperasi Baldah didirikan dengan landasan mengembangkan spirit wirausaha untuk meningkatkan pendapatan jemaah guna memenuhi kebutuhannya. Untuk itu Koperasi Baldah mengadakan program pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid. Sebagai koperasi syariah digital, Koperasi Baldah membuat aplikasi untuk para anggotanya. 

Aplikasi tersebut memuat informasi kinerja guna memudahkan anggota mengetahui kesehatan keuangan koperasi setiap bulannya, pencatatan transaksi secara online yang memudahkan anggota dan unit usaha, serta adanya transparansi keuangan dalam perhitungan SHU untuk seluruh anggota.

 Aplikasi tersebut juga memudahkan anggota berinteraksi dalam rapat anggota tahunan online (tanpa tatap muka). Ke depannya aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembayaran PAM, TV kabel, internet, hingga transaksi e-commerce. "Koperasi zaman now itu tidak dibatasi usia. Terpenting adalah semangat dan kolaborasi karena di semua lini masyarakat ada komunitas. Kolaborasi itu penting untuk arah zaman," ujar Naseri.

Generasi Millenial 

Amrul memandang generasi millenial memiliki dorongan kolektif untuk berusaha. Ada tiga  komponen yang melatarbelakangi kondisi tersebut, yaitu, pertama, ruang dengan munculnya coworking space atau tempat kerja bersama. Sayangnya beberapa coworking space kosong karena basisnya bukan komunitas. 

Artinya coworking space dibutuhkan kaum millenial tapi mereka belum tahu bentuknya. Kedua, waktu atau fleksibilitas kolaborasi. Millenial fleksibel dengan waktu. Mereka terbiasa dengan teknologi canggih untuk bekerja kapan pun dan dimana pun melalui koneksi internet. Selain itu generasi millenial sangat memanfaatkan waktu. Makan siang dilakukan bersamaan dengan update status dan mengobrol bersama teman. Melakukan banyak aktivitas dalam satu waktu merupakan karakter generasi millenial. Kreativitas dan kolaborasi menjadi penting.

Ketiga, modal atau semangat co-ownership. Generasi millenial mementingkan passion atau kegemaran ketimbang gaji besar. Mereka ingin terlibat menyelesaikan permasalahan dunia. Millenial mengutamakan kesempatan untuk tumbuh. Mereka rela bekerja di komunitas kecil untuk bersinar. Generasi millenial diidentifikasi sebagai socialpreneur, pengusaha yang tidak hanya mencari keuntungan juga memberdayakan komunitas yang berhubungan dengan usahanya.  "Mereka adalah orang mapan yang mencari persoalan," tutur Amrul.

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang gemar bergotong royong. Semangat kebersamaan itu ada.Kolaborasi itu ditunjukkan dengan mendirikan startup bersama. Tujuannya ada lawan berpikir. Apalagi fitrah manusia itu sosial dan mengayomi, bukan makhluk individual. Oleh karena itu pendidikan koperasi menjadi penting. 

Amrul memaparkan, Kosakti awalnya adalah koperasi ideologis. Dalam perjalanannya, Kosakti menjadi provider bisnis artinya anggota yang punya gagasan berbisnis bisa menawarkan ke Kosakti. Mereka bisa menyampaikan proyeksi hingga sistem bisnis. Koperasi memberi kesempatan eksplorasi diri kepada setiap orang. "Koperasi zaman now itu bisa dikerjakan secara kolektif dan pembagiannya adil. Spirit itu harus didorong," kata Amrul.

Menarik minat generasi millenial untuk ber-kooperasi sama halnya dengan memberi ruang untuk bisa berekspresi dengan pekerjaan secara bebas. Generasi millenial sebaiknya didorong menggeluti koperasi, tidak hanya berpikir mendirikan PT dan MLM. Pasalnya koperasi tidak pernah terlintas di benak mereka. 

Amrul mencontohkan koperasi anak muda yang memberdayakan petani kopi di Mamasa. Mereka membawa kopi tersebut ke kedai. Mental sociopreneur sudah terbentuk tapi mereka belum mengetahui wadah yang sesuai. Mereka memiliki semangat berkolaborasi sebagai socialpreneur. Amrul memaparkan perihal travelpreneur, yakni millenial yang bercita-cita menjadi wirausaha sekaligus hobi piknik ke lokasi penuh tantangan. Profesi yang agak unik itu diilustrasikan dengan travelpreneur yang membantu petani menghitung ongkos produksi dan pemasaran sambil bertualang.

Amrul menyampaikan, Koperasi Sorge yang diinisiasi pada 2014 merupakan organisasi induk dari SorgeMagz, Sorge Records, dan Sorge Visual. Di bawah naungan koperasi yang menyediakan pembiayaan operasional dari usaha anggota, mereka mencoba memutus permasalahan kuasa modal atas media konvensional. Selain itu keputusan tertinggi yang ditentukan dari dan oleh anggota memungkinkan demokrasi terjadi, tak hanya saat pemilihan pimpinan. Hal tersebut menarik sebab generasi millenial berusaha mencari cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi untuk membangun ekonomi kreatif. Mereka mencari tempat yang nyaman dan dinamis guna menciptakan dan mengembangkan ide bisnis.

Koperasi Sorge menunjukkan bahwa koperasi menaruh manusia lebih tinggi dari modal. Millenial membutuhkan sosok pemimpin dan pendidik untuk menjadi mentor yang menjunjung tinggi nilai kebenaran, senantiasa mendengarkan, dan siap menjalin komunikasi terbuka. Pasalnya mereka belum tahu banyak hal. Millenial punya banyak ruang kolektif. Namun dalam praktiknya mereka jarang diberi tempat. Adakah koperasi mapan yang berani berinvestasi pada generasi millenial? Beranikah koperasi mapan memberi ruang kepada millenial untuk berkarya dan menjadi pemilik? "Perlu didorong adanya opinion leader yang menyatakan koperasi menjadi badan hukum yang memfasilitasi millenial," kata Amrul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun