Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Koperasi sebagai Bisnis Kolektiva

20 Agustus 2018   03:48 Diperbarui: 20 Agustus 2018   04:21 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(kiri ke kanan) Ketua Koperasi Baldah Dr. KH I'ie Naseri Muhammad, PR Manager Kosakti Amrul Hakim, Sekretaris Kemenkop UKM Meliadi Sembiring, dan Asisten Deputi Penyuluhan Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop UKM Bagus Rachman. (foto dokumentasi pribadi)

Artinya coworking space dibutuhkan kaum millenial tapi mereka belum tahu bentuknya. Kedua, waktu atau fleksibilitas kolaborasi. Millenial fleksibel dengan waktu. Mereka terbiasa dengan teknologi canggih untuk bekerja kapan pun dan dimana pun melalui koneksi internet. Selain itu generasi millenial sangat memanfaatkan waktu. Makan siang dilakukan bersamaan dengan update status dan mengobrol bersama teman. Melakukan banyak aktivitas dalam satu waktu merupakan karakter generasi millenial. Kreativitas dan kolaborasi menjadi penting.

Ketiga, modal atau semangat co-ownership. Generasi millenial mementingkan passion atau kegemaran ketimbang gaji besar. Mereka ingin terlibat menyelesaikan permasalahan dunia. Millenial mengutamakan kesempatan untuk tumbuh. Mereka rela bekerja di komunitas kecil untuk bersinar. Generasi millenial diidentifikasi sebagai socialpreneur, pengusaha yang tidak hanya mencari keuntungan juga memberdayakan komunitas yang berhubungan dengan usahanya.  "Mereka adalah orang mapan yang mencari persoalan," tutur Amrul.

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang gemar bergotong royong. Semangat kebersamaan itu ada.Kolaborasi itu ditunjukkan dengan mendirikan startup bersama. Tujuannya ada lawan berpikir. Apalagi fitrah manusia itu sosial dan mengayomi, bukan makhluk individual. Oleh karena itu pendidikan koperasi menjadi penting. 

Amrul memaparkan, Kosakti awalnya adalah koperasi ideologis. Dalam perjalanannya, Kosakti menjadi provider bisnis artinya anggota yang punya gagasan berbisnis bisa menawarkan ke Kosakti. Mereka bisa menyampaikan proyeksi hingga sistem bisnis. Koperasi memberi kesempatan eksplorasi diri kepada setiap orang. "Koperasi zaman now itu bisa dikerjakan secara kolektif dan pembagiannya adil. Spirit itu harus didorong," kata Amrul.

Menarik minat generasi millenial untuk ber-kooperasi sama halnya dengan memberi ruang untuk bisa berekspresi dengan pekerjaan secara bebas. Generasi millenial sebaiknya didorong menggeluti koperasi, tidak hanya berpikir mendirikan PT dan MLM. Pasalnya koperasi tidak pernah terlintas di benak mereka. 

Amrul mencontohkan koperasi anak muda yang memberdayakan petani kopi di Mamasa. Mereka membawa kopi tersebut ke kedai. Mental sociopreneur sudah terbentuk tapi mereka belum mengetahui wadah yang sesuai. Mereka memiliki semangat berkolaborasi sebagai socialpreneur. Amrul memaparkan perihal travelpreneur, yakni millenial yang bercita-cita menjadi wirausaha sekaligus hobi piknik ke lokasi penuh tantangan. Profesi yang agak unik itu diilustrasikan dengan travelpreneur yang membantu petani menghitung ongkos produksi dan pemasaran sambil bertualang.

Amrul menyampaikan, Koperasi Sorge yang diinisiasi pada 2014 merupakan organisasi induk dari SorgeMagz, Sorge Records, dan Sorge Visual. Di bawah naungan koperasi yang menyediakan pembiayaan operasional dari usaha anggota, mereka mencoba memutus permasalahan kuasa modal atas media konvensional. Selain itu keputusan tertinggi yang ditentukan dari dan oleh anggota memungkinkan demokrasi terjadi, tak hanya saat pemilihan pimpinan. Hal tersebut menarik sebab generasi millenial berusaha mencari cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi untuk membangun ekonomi kreatif. Mereka mencari tempat yang nyaman dan dinamis guna menciptakan dan mengembangkan ide bisnis.

Koperasi Sorge menunjukkan bahwa koperasi menaruh manusia lebih tinggi dari modal. Millenial membutuhkan sosok pemimpin dan pendidik untuk menjadi mentor yang menjunjung tinggi nilai kebenaran, senantiasa mendengarkan, dan siap menjalin komunikasi terbuka. Pasalnya mereka belum tahu banyak hal. Millenial punya banyak ruang kolektif. Namun dalam praktiknya mereka jarang diberi tempat. Adakah koperasi mapan yang berani berinvestasi pada generasi millenial? Beranikah koperasi mapan memberi ruang kepada millenial untuk berkarya dan menjadi pemilik? "Perlu didorong adanya opinion leader yang menyatakan koperasi menjadi badan hukum yang memfasilitasi millenial," kata Amrul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun