Saran Wahyu kepada teman-temannya yang berusaha di bidang keramik, sebaiknya  tidak berkiblat kepada keramik dari Tiongkok. Jika produk Tiongkok masuk ke Indonesia tentu mematikan perajin keramik. Wahyu tidak takut bersaing dengan produk dari luar negeri. Pasalnya Indonesia mempunyai bahan baku yang bisa dikerjakan oleh putra bangsa. "Alhamdullilah orang Indonesia suka dengan karya saya yang punya ciri khas. Ini anugerah dari Tuhan," kata Wahyu.
Wahyu mengaku hanya mengandalkan feeling, tidak memiliki konsep khusus. Baginya ide itu berasal dari Tuhan. Produk Patuha Gallery dijual dengan harga Rp 750 ribu sampai Rp 3 juta. Harga tersebut berdasarkan tingkat kesulitan.Â
Wahyu selalu mensyukuri apapun yang diperolehnya. Ke depan Wahyu berharap mampu mengembangkan usaha hingga ke luar negeri dan berbagi ilmu. "Spanyol, Amerika, dan Jerman menjadi pasar produk Patuha Gallery karena mereka menyukai art dan handmade," kata Wahyu.
Menghasilkan
Wiransanti sedari kecil menggemari craft yang dipelajarinya secara otodidak. Craft tersebut mencakup merajut, sulam pita, decoupage, painting, hingga pembuatan sabun. Decoupage yang berasal dari Perancis adalah seni menggunting dan menempel. Decoupage mulanya diaplikasikan di barang-barang usang untuk dipajang. Wiransati menilai Indonesia lebih kreatif.Â
Pasalnya decoupage dapat diaplikasikan pada media, seperti pandan, kayu, hingga kaca. Wirasanti mengamati saat ini peminat decoupage baik yang belajar maupun membeli produk semakin meningkat.
Selain itu ia pernah berpameran di Singapura dan Kuala Lumpur.Wirasanti, lulusan Teknik Kimia ITS Surabaya memandang craft ternyata lebih menghasilkan. Hal tersebut didukung oleh passionnya mengajar craft kepada anak-anak di rumah singgah Yayasan Kanker Indonesia.
Sejak Desember 2015 Wirasanti aktif mengajar. Ia pernah mengajar anak usia lima tahun. Menurut Wirasanti, cat yang menjadi bahan decoupage diminati anak. Bahkan ada seorang peserta kursus berusia 73 tahun penyandang parkinson. Produk hasil karya lansia tersebut biasanya dilelang untuk charity. Mayoritas peserta kursus adalah kaum ibu berusia 30-40 tahun.
Wirasanti selalu mendorong para peserta kursus untuk menjual karyanya, bisa dimulai dengan memamerkannya di Facebook. Ia mengisahkan seorang peserta kursus yang datang dari Banjarmasin khusus belajar decoupage atas anjuran suami.Â