Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bubur Ase yang Semakin Langka di Tanah Asalnya

2 Agustus 2018   04:07 Diperbarui: 2 Agustus 2018   12:27 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian orang termasuk saya masih asing dengan Bubur Ase, bubur legendaris khas Betawi. Dinamakan Ase yang merupakan kepanjangan dari asinan semur.  

Bubur Ase tidak seperti bubur yang biasa ditemui pada umumnya. Meskipun bahan dasarnya sama dengan bubur kebanyakan, kita tidak akan menemui suwiran ayam pada Bubur Ase. Kuahnya juga bukan kuah santan kuning, melainkan berwarna gelap. Pasalnya Bubur Ase menggunakan kuah semur daging sapi dan tahu.

Uniknya Bubur Ase menempatkan asinan sebagai pelengkap. Asinannya khas Betawi, terdiri dari tauge, lobak, dan sawi asin. Kuah Ase berisi tahu dan kentang. Taburan kacang kedelai dan kerupuk merah menambah rasa gurih. Kalian penggemar pedas bisa menuangkan sambal encer. 

Ci Elis yang asli Banten tapi lahir di Jakarta itu menyampaikan, Bubur Ase dinikmati dengan pendamping sate kikil sapi dan kikil kambing. "Asinan bikin sendiri, kalau beli tidak enak," tutur Ci Elis, ibu dua anak dan nenek lima cucu. Ci Elis mulai memasak Bubur Ase yang akan dijual esok pagi sejak sore hari. Ia menilai cara tersebut bisa membuat kuah meresap. Sementara itu bahan lainnya disiapkan jam 3 pagi, beberapa jam sebelum Ci Elis membuka kedainya. 

Ci Elis menandaskan, pembeda Bubur Ase dan bubur pada umumnya adalah kuah dengan daging sapi dan iga kambing dan topping asinan. Tanpa asinan, Bubur Ase tidak ada bedanya dengan bubur kebanyakan.

Penikmat Bubur Ase tidak hanya berasal dari warga di sekitar Tanah Abang, juga wilayah lainnya seperti Ciledug, Jombang, Pondok Gede, dan Bekasi. Mereka dahulu tinggal bersama orangtua dan menghabiskan masa kecil di Tanah Abang. 

Setelah menikah atau kondisi tertentu, mereka berpindah tempat tinggal. Orang-orang yang tidak lagi tinggal di Tanah Abang itu seolah pulang kampung. 

Mereka rela datang dari jauh ke kedai Ci Elis sekadar melahap Bubur Ase yang mengingatkan akan kampungnya. "Pelanggan yang sudah akrab sejak dulu dengan Bubur Ase naik kereta untuk sampai ke sini," ujar Ci Elis yang ogah dipanggil mpok.

Pahlawan Kuliner

Ci Elis berjualan dari hari Selasa sampai Minggu. Hari Senin kedainya tutup. Sebaiknya kalian tiba sebelum jam 8 pagi.  Di atas jam itu Bubur Ase telah tandas terjual. 

Satu porsi Bubur Ase dijual dengan harga Rp 10 ribu. Sementara itu sate dijual dengan harga Rp 2 ribu per tusuk. "Bubur Ase memang seperti ini dari dulunya," tutur Ci Elis yang berencana mewariskan usaha kepada menantunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun