Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

UKM Berbasis Budaya Lokal Bali

13 Juli 2018   21:28 Diperbarui: 13 Juli 2018   22:08 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dua UKM berikut membuktikan bahwa membangun usaha dengan basis budaya lokal bukan hal yang mustahil. Mereka yakin usaha tersebut mampu menggerakkan dan memperkaya khazanah budaya serta membawa kesejahteraan.

Pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 yang mengangkat tema Teja Dharmaning Kauripan, Api Spirit Penciptaan penulis berkesempatan mewawancarai dua pelaku UKM di stand Dekranasda Kabupaten Badung. Acara yang  berlangsung pada 23 Juni-21 Juli 2018 di Institut Seni Indonesia Denpasar tersebut dibuka oleh Presiden Joko Widodo. PKB merupakan agenda rutin tahunan Pemerintah Provinsi Bali. PKB diadakan dengan tujuan mewadahi aktivitas dan kreativitas para seniman dalam mendukung program pemerintah terkait pengembangan nilai-nilai seni budaya Bali. PKB merupakan media dan sarana untuk menggali dan melestarikan seni budaya sekaligus meningkatkan kesejahteraan. 

(Alm) Ida Bagus Mantra menggagas dan memprakarsai PKB pada 1979. Saat itu PKB tak ubahnya pesta rakyat. Setiap tahun PKB memberikan kesempatan untuk menampilkan karya seni terbaik, termasuk kesenian klasik yang hampir punah. Penyelenggaraan PKB dari tahun ke tahun menampilkan tema yang berbeda-beda. PKB mendorong masyarakat Bali selalu beraktivitas dan berkreativitas untuk menghasilkan karya cipta dan seni. Mereka mengembangkan gagasan-gagasan baru untuk mengimbangi distribusi budaya asing sebagai akibat globalisasi. Pembukaan PKB tidak hanya diikuti oleh seniman lokal, juga seniman dari daerah lain. PKB diisi oleh berbagai kegiatan, antara lain lomba gender wayang remaja, parade gong kebyar, parade drama gong, parade wayang kulit babad, hingga sajian tari musikal. 

Usaha Bali Candle Craft (BCC) didirikan pada 2013. Misi BCC adalah menggerakkan dan memperkaya khazanah budaya serta menjadi bagian dari penjaga kelestarian alam dengan memproduksi karya seni yang bermanfaat dan ramah lingkungan. Karyawan BCC Eka menyampaikan, sang pemilik melihat peluang yakni spa yang membutuhkan lilin aeromaterapi. Selain spa, produk didistribusikan ke hotel-hotel di Bali. 

Pemasaran dilakukan dengan mendatangi hotel dan spa serta online melalui media sosial Instagram. Melalui pemasaran digital, BCC telah merambah  Jepang. "Setiap tahun ada dua kali pengiriman ke Jepang. Itu berlangsung sejak lima tahun yang lalu," kata Eka yang ditemui penulis pada 30 Juni 2018.

Respon pasar di Jepang cukup bagus. Eka menilai penyebabnya di sana banyak spa. BCC tidak sendiri, banyak lilin aeromaterapi dari Bali yang dipasarkan di Jepang. Sementara itu pasar dalam negeri kurang antusias terhadap candle craft. Masyarakat membandingkan produk tersebut dengan lilin berharga murah yang dijual di warung. "Mereka tidak melihat dari nilai seninya. Itu tantangannya," kata Eka.

BCC yang terbuat dari bahan alami  yaitu lebah dan olahan kelapa dengan tambahan aeromaterapi bisa bertahan 4-5 hari. Aeromaterapi yang digunakan, diantaranya sandalwood, lemongrass, hingga vanilla. Rata-rata semua aroma diminati konsumen, seperti lavender dan cempaka. Aroma yang dicampur ke dalam lilin berkualitas baik dan tahan lama. BCC mengelola limbah produksi dengan memanfaatkannya sebagai produk olahan daur ulang yang masih memiliki nilai seni dan manfaat.  

Sumbu BCC aman dinyalakan karena bebas merkuri. Selain itu BCC menggunakan pewarna yang aman dan tahan terhadap sinar ultraviolet. Setiap produk BCC disertai label dengan standar internasional yang berisi keamanan dalam penggunaan. Sebelum dipasarkan setiap lilin harus lolos uji sample.

Semua produk yang dihasilkan BCC dibuat oleh masyarakat lokal Bali. Dalam prosesnya mereka mengimplementasikan tradisi sehingga menjaga keutuhan seni Bali itu sendiri. Eka menjelaskan, usaha lilin aeromaterapi di Bali bisa dihitung dengan jari. Mungkin hanya dua atau tiga usaha. Oleh karena itu pemilik BCC antusias membangun bisnis. Walaupun skalanya masih kecil, pemilik yakin bisa. "PKB ke-40 adalah kesempatan pertama kami mengikuti pameran. Kami UKM yang mewakili Dekranasda Kabupaten Badung. Pengunjung heran saat melihat produk BCC," ujar Eka. 

Menurut Eka, prospek pasar candle craft sendiri cukup besar. Lilin aeromaterapi selain mempunyai aspek dekoratif yang menambah kenyamanan dan keindahan ruangan juga bisa menjadi pilihan untuk souvenir dalam segala perayaan. BCC berencana melakukan inovasi produk dan menambah desain. Namun sebelumnya mereka melihat minat pasar. Sementara itu desain bergantung pada pesanan atau selera dan inspirasi pemilik. "Candle craft ini fungsional. Wadahnya selain keramik, juga gelas dan keben," kata Eka.

Terinspirasi Pengalaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun