Bepergian menggunakan moda transportasi pesawat kini menjadi opsi yang masuk akal untuk diwujudkan. Pasalnya harga tiket yang dahulu tergolong mahal kini semakin terjangkau. Situasi tersebut memudahkan setiap orang menikmati layanannya. Waktu tempuh beberapa hari kini bisa dipangkas menjadi beberapa jam saja. Praktis bukan. Supaya keluhan kesehatan tidak dirasakan penumpang selama perjalanan dengan pesawat, perlu dilakukan serangkaian persiapan.
Masih teringat jelas peristiwa yang saya alami tiga tahun lalu saat bepergian ke Lombok. Ketika itu saya menggunakan maskapai yang terbilang bagus.Â
Harapannya kenyamanan yang diperoleh lebih baik dibanding maskapai lain. Nyatanya tak lama setelah pesawat lepas landas, saya merasakan nyeri di kepala yang semakin lama semakin hebat. Selain itu telinga sakit. Sesaat saya tidak bisa mendengar suara di sekitar. Saya berusaha terlelap agar rasa sakit itu hilang. Namun tidak ada perubahan setelah dua jam perjalanan.
Bukan kepuasan yang diperoleh, sebaliknya penderitaan. Menanggapi kondisi tersebut, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mengkampanyekan 'Terbang Selamanya' (selamat, aman, dan nyaman) yang harus dimulai dari diri sendiri. Kampanye tersebut saya ketahui ketika mengikuti Kompasiana Akademi Sobat Aviasi pada 24-25 Maret 2018 lalu yang diadakan oleh Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
Berikut lima tips terhindar dari gangguan kesehatan selama beravonturir menggunakan pesawat:
1. Mandi dengan air hangat sebelum bepergian dengan pesawat atau konsumsi air putih untuk mengurangi sakit kepala.
Meskipun terlihat sepele, sakit kepala di dalam pesawat bisa menjadi gejala awal dari kondisi lain yang mengkhawatirkan. Bila penumpang merasakan sakit kepala tak tertahankan selama penerbangan, kemungkinan mengalami aerosinusitis. Awalnya adalah rasa sakit ringan yang berkembang menjadi rasa sakit menusuk.Â
Penyebabnya adalah perbedaan tekanan udara di dalam tubuh dan di luar pesawat. Untuk itu penumpang juga bisa mengonsumsi obat penghilang rasa sakit atau makanan pedas yang berfungsi membersihkan masalah sinus. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan dan higienitas diri selama di dalam pesawat.
2. Mengunyah permen atau menguap selebar-lebarnya agar tidak mengalami sakit telinga.
Tekanan udara di darat yang lebih tinggi dibandingkan tekanan di langit atau sebaliknya menyebabkan keluhan seperti sakit pada telinga hingga mual. Saat pesawat hendak mendarat terjadi perubahan tekanan udara. Udara dari luar masuk ke telinga dan mendorong gendang telinga yang berakibat telinga sakit.Â
Kondisi tersebut diperparah bila penumpang flu atau alergi. Untuk itu penumpang harus menyamakan tekanan dari sisi lain yaitu saluran tuba eustachius dengan mengunyah permen atau menelan ludah. Jika mengalami pilek, penumpang sebaiknya menunda penerbangan atau mengonsumsi obat pencair lendir.
3. Sebelum berangkat menggunakan pesawat, pastikan tidak ada gigi Anda yang berlubang.
Gigi yang berlubang berpotensi dimasuki udara, membuat udara terperangkap dan ingin keluar. Efeknya muncul rasa sakit ketika terjadi perubahan tekanan udara, terlebih saat take off dan landing. Dalam keadaan normal perubahan tekanan udara memberikan efek tertentu terhadap tubuh. Tekanan udara di dalam kabin yang berubah-ubah menyebabkan tubuh melakukan penyesuaian. Sebaiknya sebelum bepergian dengan pesawat, Anda melakukan perawatan gigi.
4. Penderita asma disarankan membawa obat-obatan.
Sesak napas atau dispnea terjadi ketika pola napas seseorang lebih dari normal, yaitu 16-20 kali per menit. Sesak napas disebabkan oleh penyakit misalnya gangguan di jantung atau paru-paru dan situasi seperti berada di ketinggian 5000 kaki. Sesak napas bisa berakibat fatal, contohnya kejang atau gagal napas yang berujung pada kematian. Lingkungan kabin yang mengandung allergen tertentu dapat memicu asma.Â
Untuk itu penderita asma disarankan membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi dan lebih sering mengonsumsi air selama dalam perjalanan. Pengidap asma ringan dan bugar saat terbang disarankan membawa obat seperti inhaler untuk mengurangi gejala asma ketika kambuh. Perjalanan udara tidak disarankan untuk mereka dengan asma labil dan berat.
5. Menggunakan kaus kaki setinggi lutut oleh ibu hamil untuk menghindari varises.
Sebenarnya bepergian menggunakan pesawat terbilang aman untuk ibu hamil. Disarankan berkonsultasi ke dokter kandungan sebelumnya terlebih bila ibu hamil dengan diabetes, tekanan darah tinggi, atau pernah melahirkan secara prematur. Waktu terbaik bepergian dengan pesawat saat usia kehamilan 14-28 minggu atau trimester kedua. Dengan demikian risiko keguguran dan kelahiran prematur pada ibu hamil menurun.Â
Hindari bepergian dengan pesawat saat trimester pertama karena ibu hamil cenderung mual dan menjelang melahirkan karena cukup melelahkan. Sebaiknya ibu hamil mengonsumsi banyak air agar tidak dehidrasi dan sering berjalan di lorong pesawat untuk melancarkan sirkulasi darah. Ibu hamil juga bisa merenggangkan kaki selama duduk.
Ternyata cukup mudah persiapan yang perlu dilakukan sebelum bepergian menggunakan pesawat. Persiapan yang matang tentu menghasilkan perjalanan yang selamat, aman, dan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H