Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Film "Negeri Dongeng", Memotret Indonesia yang Sesungguhnya

8 November 2017   22:41 Diperbarui: 9 November 2017   09:21 2298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: superadventure.co.id

Tim juga berkesempatan menonton pertunjukan musik tradisional yang dimainkan warga dengan hiburan tarian dari anak-anak. Di setiap pendakian tim tak lupa bergaul dengan warga sekitar, merasakan hidup tanpa jaringan internet atau memohon doa dari tetua adat agar pendakian berjalan lancar. Makan bersama warga dengan lauk ala kampung. Tidur di rumah panggung sederhana beratap dan berdinding kayu. Mereka bukan lagi satu tim, melainkan satu keluarga yang saling memotivasi.

Dukungan Masyarakat

Karena satu dan lain hal dalam periode beberapa bulan pendakian dihentikan. Selain itu ada pergantian personil seperti Teguh yang terbaring sakit. Jogie juga sempat absen dalam pendakian. Ia mengingatkan rekannya untuk mencari anggota lain sebagai teman curhat. Pendakian yang memakan waktu berbelas hari terkadang dirasakan membosankan. Perlu keteguhan mental. Mencurahkan isi hati melebihi obrolan dengan kekasih. Atau menceburkan diri ke sungai yang dingin untuk menyegarkan pikiran yang mulai jenuh. Atau ngeliwet, makan bersama di atas daun pisang yang semakin menambah kekompakan satu sama lain. Selain itu kewaspadaan terhindar dari pacet yang menghisap darah tanpa ampun seperti yang dialami tim saat mendaki Gunung Bukit Raya Kalimantan (2278 mdpl). Presenter Jejak Petualang Medina Kamil bergabung bersama tim. Pendakian ini terbilang sulit karena harus melewati hutan berlumut yang cukup licin.

Ekspedisi yang ditunggu-tunggu pun tiba, Gunung Carstensz (4884 mdpl). Putri Indonesia 2005 Nadine Chandrawinata yang hobi bertualang ikut dalam rombongan. Kekuatan masyarakat Papua dinilai tim luar biasa. Sebagai porter, mereka terlatih melewati lahan kering maupun sungai tanpa alas kaki. Saat beristirahat terkadang mereka saling bercanda, seolah lupa dengan beban barang yang harus dipikul. Masyarakat tua, muda dengan senyum  lebar mengantarkan tim menuju titik awal pendakian.

Udara dingin tak menyurutkan semangat tim melangkahkan kaki menuju puncak. Menaiki bukit yang terjal dengan batu yang tajam. Menyeberang melalui tali yang direntangkan di antara dua tebing yang berseberangan. Ketegangan dan keseruan bercampur menjadi satu. Lelah terbayar, tim berpelukan saat bendera kebanggaan bangsa Indonesia berkibar di Puncak Jaya yang tertutup salju abadi. Tim mengajak generasi muda menjaga dan melestarikan alam agar salju itu tidak lenyap akibat pemanasan global.

Film Negeri Dongeng hendak menyampaikan pesan bahwa yang terpenting dari sebuah pendakian adalah perjalanannya, bukan puncak yang akan dituju. Nikmati setiap proses. Selesaikan apa yang dimulai. Hidup adalah melakukan hal yang tidak disukai hingga akhir. Mendaki gunung itu menaklukkan diri sendiri. Belum ada buku yang mengajarkan bahwa mendaki gunung itu tidak mudah. Mengutip puisi yang ditulis Sapardi Djoko Damono,

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun