Di tahap percobaan, hasilnya cukup menggembirakan. Dari target 100 orang yang mendaftar dalam dua minggu ada 2.000 orang. Tidak hanya dari seluruh Indonesia, juga orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Novis berharap kerja sama tidak hanya dengan perguruan tinggi, juga dengan siapa pun yang punya kurikulum training offline. Nantinya ada training dan certification. HarukaEdu melihat 10 tahun mendatang skill lebih penting dari ijazah. Tujuan akhirnya adalah life long learning yang mudah untuk semua orang di satu platform. “Membantu orang lain yang terbatas materi atau uang,” kata Novis.
Novis mengakui selama ini tidak sulit mendapatkan investasi karena demand pendidikan ini sangat pesat. Selama demandnya besar, investor mau memberikan dana. Aplikasi yang dibuat HarukaEdu bisa berjalan tanpa koneksi internet. Selain itu ada beberapa content bisa disave di smartphone. Misalnya siswa saat bekerja di kantor download materi ke laptopnya. Malamnya ia bisa belajar tanpa koneksi internet. Aplikasi pun dibuat seminim mungkin, jauh lebih ringan.
HarukaEdu sempat bekerjasama dengan JobsDB, memberikan informasi lapangan pekerjaan untuk kualifikasi tertentu. Rencananya dibuat platform Online Career Center. Selain itu pelatihan membuat resume, job interview, hingga cover letter secara gratis. Untuk mengatasi kendala komunikasi verbal dalam kuliah e-learning, LSPR dengan program Master of Arts in Communication Studies menugaskan siswanya melakukan presentasi melalui video. Selanjutnya video itu dikomentari oleh dosen dan teman-teman.
Jangan takut dengan teknologi karena teknologi tidak bisa dihindarkan dan teknologi tidak akan menggantikan manusia. Namun kita wajib menguasai teknologi supaya kita tidak dikuasai teknologi.
Tertarik mengikuti kelas online di HarukaEdu?
https://www.facebook.com/harukaedu
https://twitter.com/harukaedu_id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H