Mohon tunggu...
Michael  Turnip
Michael Turnip Mohon Tunggu... Koki - Chef Turnip

Saya Seorang Chef, dari dapur dan dari memasak saya bisa mengajarkan kepada anak anak saya tentang sebuah proses, tidak hanya menikmati hasil di meja makan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hidup sebagai Pelaut, Harus Siap "Menari di Atas Badai"

24 Oktober 2019   12:56 Diperbarui: 16 April 2021   09:08 2642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pelaut yang sedang dalam masa tugas | dokpri

"Daratan adalah tempat aman dari rumah. Sementara lautan seperti kehidupan, dunia luar, dunia yang tidak dikenal."

Pelaut adalah orang yang bekerja di atas kapal. Kesehariannya berada di lautan luas. Rumah keduanya adalah sebuah kapal, baik itu kapal barang, kapal tanker, kapal pesiar, atau kapal jenis lainnya, sebutannya tetaplah pelaut.

Untuk menjadi seorang pelaut dibutuhkan keterampilan khusus, tidak hanya kecakapan fisik tapi juga mental yang kuat. Karena hidup di lautan tidak sama dengan hidup di darat.

Apakah seorang pelaut harus mempunyai ijazah layaknya orang yang bekerja di darat? Tentu saja jawabannya adalah "Ya" dan wajib memiliki surat-surat atau sertifikat kelautan yang berhubungan dengan kapal. Biaya yang dibutuhkan pun tidak sedikit.

Untuk jaman modern saat ini dan tumbuh pesatnya industri perkapalan, seorang pelaut harus banyak memiliki sertifikat, sesuai bidang dan posisi yang akan diambilnya untuk bekerja di kapal. Seorang pelaut harus siap melupakan daratan. Kita harus membebaskan diri kita dari harapan laut akan tenang.

Kita harus belajar untuk berlayar di angin kencang. Tak jarang jika sebuah kapal bersandar dan para pelaut turun ke darat, bagi mereka daratan itu adalah surga karena bisa berminggu-minggu lamanya bahkan berbulan-bulan tidak menginjakan kaki di daratan. Semua tergantung lamanya kapal itu berlayar.

Seorang pelaut harus siap meninggalkan keluarga, orangtua, istri, dan anak-anak mereka dalam waktu yang lama. Siap untuk menahan rindu yang teramat menyakitkan. 

Sebagian orang yang tidak mengetahui bagaimana hidup di laut, mereka akan mengatakan enak. Mungkin yang dimaksud enak adalah mendapat gaji yang lebih baik dari pada di darat.

Enak bisa berkeliling dunia mengunjungi banyak negara dan tempat-tempat baru. Bicara soal gaji, memang benar gaji seorang pelaut lebih baik daripada di darat. Karena pekerjaan yang dilakukan bisa lebih 2 kali lipat daripada kerja di darat dan tentunya lebih banyak mengadung risiko. Sehingga gaji yang didapat pun berbeda dari yang di darat.

Rumah kedua seorang pelaut adalah kapal. Keseharian waktu dihabiskan di atas kapal, di lautan yang luas. Teman-teman yang ada di atas kapal adalah keluarga, bisa jadi abang, adik, atau kakak.

Kapten adalah orangtua yang mengayomi  dan memberikan nasehat arahan apabila ada seorang pelaut yang salah atau tidak melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan. Si kapten memiliki tanggung jawab yang besar kepada anak buah kapal, agar semuanya berjalan dengan baik. Dibutuhkan kerja sama yang kuat, tidak boleh saling membeci, menyakiti.

Seorang koki di kapal berperan sebagai seorang ibu, yang mempersiapkan makanan untuk anak-anaknya. Mengatur menu yang baik agar anak-anaknya tidak kekurangan. 

Semua anak buah kapal memiliki tanggung jawabnya masing-masing dan selalu bekerja sama, saling menghargai agar semuanya berjalan dengan baik. Sebuah kapal beserta kru yang bekerja di dalamnya layaknya sebuah rumah tangga.

Jika ada sebagian yang sakit atau bersedih, kita turut merasakannya, membantunya, merawatnya, dan menghiburnya, karena di lautan kita adalah keluarga. Kita harus mempunyai hubungan yang baik sesama rekan di atas kapal, karena mereka semua adalah saudara kita.

Jika kita memiliki hubungan sosial yang baik barulah kita bisa disebut seorang pelaut sejati. Di atas kapal semuanya sama, satu keluarga. Kita tidak perduli apa agamamu, sukumu, bangsamu, jabatanmu, atau posisimu, selama kau masih di atas kapal dan di lautan kau adalah saudara dan keluarga kita.

Pelaut tidak harus menunggu badai dan ombak itu berlalu, tapi seorang pelaut harus siap menari di atas badai itu. Sampai pada akhirnya rumah kami atau kapal kami bisa bersandar di pelabuhan yang dituju.

Di pelabuhan pun waktu kami bersandar terbatas, kami tetap sibuk bekerja mempersiapkan segalah sesuatunya untuk pelayaran selanjutnya. Bagi kami para pelaut kapal di pelabuhan sangat aman, tapi kapal dibuat tidak untuk itu. Kalaupun ada yang turun ke darat hanya sekedar cuci mata tidak lebih dari 2-3 orang saja, itu pun dengan waktu yang terbatas.

Baca Juga: Pesan untuk Pelaut Muda

Begitulah hidup kami sebagai seorang pelaut, jauh dari kelurga, meninggalkan keluarga dalam waktu yang cukup lama. Dengan harapan kami bisa kembali dengan keadaan yang baik.

Seorang pelaut adalah pejuang yang tangguh, tangguh menghadapi berbagai ujian di lautan. Karena bagi kami pelaut yang tangguh tidak terlahir di air yang tenang. Tidak ada hal yang menyenangkan selain pulang dan berkumpul bersama kelurga.

Selebihnya kami hanya bekerja dan bekerja sampai tugas kami selesai. Berbulan bulan bahkan ada yang bertahun tahun di atas kapal keseharian kami hanya bekerja dan bekerja. Bagi kami semua hari sama tidak ada yang berbeda.

Tapi kami terus berusaha dan semangat agar anak, istri, dan keluarga bisa bahagia. Semangat kami para pelaut adalah keluarga. Kami bekerja di laut harus ekstra hati-hati karena keluarga menanti kami.

Banyak suka dan duka kami lalui. Sukanya kami bisa mengunjungi dan melihat dunia luar. Melalui laut kami bisa melihat dunia dan berkeliling dunia banyak negara-negara dan tempat-tempat baru yang bisa kami lihat. Mempunyai teman-teman baru dari berbagai penjuru dunia.

Duka yang kami alami adalah jauh dari keluarga. Kami tidak bisa setiap saat bersama mereka. Setiap hari kami harus menahan rindu yang amat berat sampai tugas selesai.

Perselisihan sesama rekan dan anak buah kapal lainnya sudah pasti ada, karena di atas kapal orangnya hanya itu-itu saja. Perselisihan-perselisihan kecil sudah biasa terjadi, tapi tidak selamanya berlanjut. Semua bisa diselesaikan dengan baik.

Bagaimana dengan pekerjaan kami? Kerja di atas kapal sunggulah berat dan keras. Bagaimana para pelaut kok bisa bertahan dengan pekerjaan yang teramat berat itu? Karena kami memiliki mental yang kuat, cita-cita yang ingin digapai. Melalui laut ini tersimpan sebuah harapan agar kelak di saat kami sudah tidak kuat melaut kami bisa kembali ke darat dengan membuka usaha apapun itu sesuai kemampuan kami.

Kami pelaut semua, dalam nadi kami memiliki jumlah persentase garam di dalam darah yang ada di lautan, dan karenanya, kami punya garam dalam darah kami, dalan keringat kami, dalam air mata kami. Kami terikat pada lautan.

Dan ketika kami kembali ke laut, apakah untuk berlayar atau sekadar melihatnya pada hakekatnya kami kembali ke tempat kami berada. Dan yang paling penting mengapa kami masi bertahan di laut adalah karena kami mencintai pekerjaan kami, kami mencintai lautan dengan segalah keindahan nya dan dengan segalah kebuasannya.

Semua itu adalah pilihan masing masing orang, mau apa dan menjadi apa. Di laut, di udara dan di darat semua nya sama memiliki cerita nya masing masing. Apa pun yang kita kerjakan tanpa cinta semua akan terasa berat, sebaliknya jika kita mencintai pekerjaan kita apapun propesimu semua akan menyenangkan.

Dan satu hal yang paling penting adalah bersyukur kepada yang punya lautan dan daratan, kepada sang pemilik kehidupan. Semua orang memiliki takdir nya masing masing. Dan semua orang memiliki kebahagian nya masing masing juga.

Hal yang paling  membahagiakan bagi kami seorang pelaut adalah di saat tugas selesai dan kami pulang ke rumah bertemu dengan keluarga tercinta, itulah bahagia yang sesungguhnya.

Gdynia, Poland. 24-10-2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun