Ini adalah kisah tentang saya, tetapi akhirnya tentang Anda
Ketika kuliah di Yogyakarta, saya bersama teman-teman menyepakati, "jika di antara kita ada yang putus pacar, maka kita makan-makan untuk merayakan". Konsep kami merayakan karena "bersyukur", yaitu bersyukur putus sekarang, bukan saat sudah menikah. Bahasa kerennya "untung putus sekarang!".
Menilik adanya berita tentang Kaesang dan Felicia yang saat ini sedang ngetrend, maka kata Ghosting itu menjadi pembicaraan orang awam, pakar komunikasi dan pakar psikologi. Ghosting dalam Wikipedia merupakan istilah untuk menggambarkan pemutusan komunikasi sepenuhnya kepada pasangan, pacar, atau teman, tanpa memberitahukan alasan di balik sikap tersebut. Sikap ini juga dapat berwujud pengabaian segala upaya komunikasi yang dilakukan oleh pihak yang digantung. Ketidakjelasan alasan di balik sikap tersebut dapat membuat permasalahan dalam hubungan antarpribadi antara teman, pacar dan pihak lain. Hal ini juga mengingatkan kita pada salah satu lagu dalam album Melly Goeslaw Mind n soul (2007), lagu Gantung bercerita tentang kesedihan yang disebabkan ketidakjelasan hubungan karena digantung oleh seseorang.
Melihat sikap dari berbagai pihak, maka saya bisa mengatakan,
Felicia, bersyukurlah karena mengetahui karakter pacarmu sebelum menikah
Meilia Lau, bersyukurlah karena tahu karakter calon mantu Anda sebelum menjadi suami putri tercinta
Kaesang, bersyukurlah  tidak jadi memiliki ibu mertua yang  bisa mengumbar di muka umum
Pak Jokowi, bersyukurlah  tidak jadi berbesan dengan ibu Felicia
Akhirnya saya bersyukur mengetahui cara pandang teman-teman saya yang sangat emosional terhadap persoalan ini. Ternyata banyak orang tidak memiliki  karakter "self control" dalam dirinya.
Dalam kehidupan ini dikenal adanya "The Seven Universal Emotions" yang tidak diajarkan kepada anak-anak sejak kecil. Padahal cara mengungkapkan emosi itu memengaruhi  keberhasilan kehidupan dan suksesnya seorang pemimpin. Dalam peristiwa ghosting ini para pakar telah menyebutkan alasan melakukan ghosting antara lain: takut, menghindari konflik, kurangnya konsekuensi, lebih mencintai diri sendiri, tahu kelemahan pihak lain dan tidak mau mengubahnya, dan adanya yang lain lebih baik/cocok. Para pakar pun memberi jalan keluar bagi seseorang yang menjadi korban ghosting antara lain: jangan menyalahkan diri sendiri, jangan menghukum diri sendiri dengan tindakan yang tidak baik, menentukan batasan jika ingin memulai hubungan yang baru, beri batas waktu, dan yang lain.
Bagi saya siapa pun yang terlibat dalam ghosting ini dalam pikirannya sedang mengalami rasa tidak aman, rasa cemas, ketakutan, tidak memiliki percaya diri, mengakibatkan keputusan yang diambil dan tindakannya tidak kreatif, tidak sesuai dengan norma-norma secara umum, meniru apa yang telah dilakukan oleh orang lain yang pernah dipelajarinya. Apa yang harus dilakukan untuk menolong semua pihak tersebut?Â