Mohon tunggu...
budi dewobroto
budi dewobroto Mohon Tunggu... -

Professional coach on corporate, career, human resources development executive, business and life. Accredited coach training by International Coach Federation (ICF)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Learning from Team Leadership Triangle for Community

18 Februari 2015   22:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:56 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Learning from Team Leadership Triangle for Community

Konsep kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro dan Teamwork Lencioni ini seharusnya bisa dibawa ke dimensi yg lebih luas. Bukan hanya didalam suatu organisasi bisnis yang terbatas tapi bahkan ke tingkat masyarakat lebih jauh lagi ke tingkat pemerintahan negara.  Masyarakat Indonesia saat ini sebagaimana dikenal layaknya masyarakat Asia, dipersepsikan bersifat komunal tapi juga akhir-akhir ini bisa digolongkan sebagai low trust society.  Masyarakat menjaga keharmonisan komunalnya dengan sebisa mungkin menghindari konflik.

Bila dilihat dari teori team dari Lencioni, perilaku menghindari konflik ini karena rasa saling percaya antar individu dalam kelompoknya kurang. Dalam dimensi yang lebih luas, terjadinya pertikaian antara kelompok dalam hubungan ketata masyarakatan karena ketidakpercayaan terhadap sistem bahwa permasalahan antar mereka akan diselesaikan dengan adil.  Sebagai contoh, keributan antar unsur negara seperti polisi dan TNI, golongan tertentu dengan Polisi Pamongpraja, hingga tragedi KPK vs Polri semakin menunjukkan bahwa tingkat nilai-nilai (value) dalam masyarakat menurun menjadi semakin primitif.

Dalam masyarakat sosial dan negara yang sudah mapan, maka hubungan antar masyarakat dan unsur negara diatur dalam sistem ketatanegaraan, hukum dan undang-undang.  Dalam hal ini nilai-nilai yang dianut sudah pada taraf nilai level 4 atau 5 yang mengacu pada sistem yang disebut dalam The Evolution of Value dari Claire Gave System sebagai System Oriented atau Materialistically Oriented.  Tata hubungan antar unsur dalam masyarakat dan negara diatur dalam sistem yg disetujui bersama, paling tidak antara pimpinan pemerintahan negara dan pihak yang dianggap mewakili masyarakatnya.  Lebih tinggi lagi, pada beberapa Individu dan hubungan antar negara telah mencapai value level 6, Social Network yang disebut Group & Cause Oriented, atau bahkan di level 8, Global Flux dimana batasan sudah semakin tipis dan istilah 'the world is flat' menjadi praktek kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, dalam hal value level system oriented, kita mundur ke value level 3, Aggression Oriented, bahkan lebih mundur lagi pada beberapa kasus ke value level 2, Tribal Oriented, agresi dan kesukuan dalam hal ini bukan bicara etnis tapi komunitas. Kenapa bisa terjadi? Karena para pemimpin di negeri ini sekarang tidak lagi bisa menjaga trust yang pernah ada di masyarakat. Trust kepada pemimpinnya dan kepada sesama warga negara.  Tanpa memiliki trust, jangan harap untuk bisa mengelola konflik secara positif apalagi meminta komitmen.  Tanpa komitmen tak akan bisa diminta pertanggung jawaban, apalagi keinginan untuk bersama-sama mencapai tujuan.

Seperti dibahas dibagian pertama tulisan ini. 5 dysfunction of team Lencioni ini dibingkai dalam 3 sifat kepemimpinan yang menunjang high trust society. Dukungan, inspirasi dan teladan. Masyarakat merasa kehilangan dukungan dari para pemimpinnya.  Dukungan sumber daya, sistem, ekonomi dan hukum.  Masyarakat telah terpersepsi bahwa mereka harus mendapatkan dukungan tersebut dengan cara mereka sendiri, survival of the fittest. 
Masyarakat juga merasa tidak pernah lagi melihat, mendengar dan merasakan hal2 yang memotivasi, mengilhami dan menginspirasi dari pemerintahnya dalam kehidupan sehari-hari.  Masih untung banyak individu-individu luar biasa di negeri ini yang secara sadar atau tidak, sengaja atau tidak, bisa memberi inspirasi positif bagi sebagian orang.  Tapi itu sangat terbatas karena jumlah mereka yg memang tidak besar, akses yang terbatas dan tidak berjalan dengan sistemis, sesuatu yg sebenarnya bisa dilakukan dan merupakan kewajiban penyelenggara negara. 
Terakhir, masyarakat tidak lagi melihat role model dari para pemimpin negara ini.  Semua sibuk dengan agenda pribadi dan kelompoknya, dan memperlihatkan itu sebagai teladan kepada masyarakat.  Pantas bila banyak yang mengatakan bahwa negara ini negara autopilot. Berjalan sendiri tanpa ada yg mengarahkan.

Dalam hal kepemimpinan nasional ini, yang dibutuhkan sekarang bukan Lencioni dari Indonesia atau Ki Hajar Dewantoro modern, tapi orang yang memiliki pengetahuan, kesadaran, nilai, kemampuan dan kemauan untuk menerapkan hal tersebut disini, saat ini.  Sebelum pesawat auto pilot bernama Indonesia ini hancur menabrak gunung karena gagal melihatnya sebagai rintangan.

Budi Dewobroto, CCP. CEC

Leadership, corporate, HR, career coach

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun