Mohon tunggu...
Cahya Ning Tyas
Cahya Ning Tyas Mohon Tunggu... wiraswasta -

entahlah...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pulang

5 April 2014   16:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemarin, di bawah rintik hujan yang mulai tersandung cahaya matahari, sepasang kaki bersandal jepit berlomba lari. Di atasnya, tangan pemiliknya mengosongkan tali jemuran. Itu kamu.

Hujan yang panas melelehi wajah-wajah rindu. Membasahi pundak-pundak yang termangu. Sedikit tersentak, kau bergegas melanjutkan berlomba, bersaing dengan hujan. Tak peduli pada gemuruh petir yang tersasar di dadaku.

Titik-titik gelap melebar di tanah, berubah menjadi genangan air di ujung mata. Rindu telah melelehkan semua. Pohon mangga, pintu tertutup, tembok bata dan tali jemuran. Aku menemu jalan kembali. Tubuhmu tergeletak di bawah kakiku. Orang-orang menunjuk padaku, memijiti ibu jari kakimu.

"Aku telah kembali. Sebagai darah beku, sebagai udara. Kembali padamu," kataku.

Tegal, 09 Maret 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun