Kemarin, di bawah rintik hujan yang mulai tersandung cahaya matahari, sepasang kaki bersandal jepit berlomba lari. Di atasnya, tangan pemiliknya mengosongkan tali jemuran. Itu kamu.
Hujan yang panas melelehi wajah-wajah rindu. Membasahi pundak-pundak yang termangu. Sedikit tersentak, kau bergegas melanjutkan berlomba, bersaing dengan hujan. Tak peduli pada gemuruh petir yang tersasar di dadaku.
Titik-titik gelap melebar di tanah, berubah menjadi genangan air di ujung mata. Rindu telah melelehkan semua. Pohon mangga, pintu tertutup, tembok bata dan tali jemuran. Aku menemu jalan kembali. Tubuhmu tergeletak di bawah kakiku. Orang-orang menunjuk padaku, memijiti ibu jari kakimu.
"Aku telah kembali. Sebagai darah beku, sebagai udara. Kembali padamu," kataku.
Tegal, 09 Maret 2014