Mohon tunggu...
Cahya Ning Tyas
Cahya Ning Tyas Mohon Tunggu... wiraswasta -

entahlah...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hening di Kepala Ricuh

5 April 2014   18:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hening menjadi sisa pelarian dari jejak yang sulit ditelan oleh kerongkongan kering yang gaduh, merayapi tembok bercat putih yang dinodai tapak kaki kelabu. Kadang hening hanyalah sebuah imajinasi, tak nyata, sebab di antara keheningan masih ada kepala yang ricuh.

Semut-semut berbaris saling dorong di kolong kasur, cicak berdecak saat melahap nyamuk. Televisi enggan berkedip, menayangkan sekotak teri nasi yang mendesis. Mataku pejam, tenggelam di dasar ceruk mimpi yang lepuh.

***

19-20 Juli 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun