Mohon tunggu...
Endah Wardani
Endah Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

untuk memenuhi tugas Kesuburan dan Kesehatan Tanah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemuliaan Mutasipada Shorgum untuk Perbaikan Tanaman

10 April 2018   15:31 Diperbarui: 10 April 2018   15:58 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: edysof.wordpress.com

Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal tanaman sorghum (Sorghum bicolor L.), akan tetapi konsumsi sorghum sebagai bahan pangan di Indonesia masih sangat terbatas. 

Hal tersebut dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia masih menggunakan beras sebagai bahan makanan pokok. Selain itu juga dikarenakan pertanaman sorghum di Indonesia masih sangat terbatas. 

Pemanfaatan sorghum yang paling memungkinkan adalah sebagai pakan ternak ruminansia yaitu baik sebagai pakan hijauan segar atau melalui proses olahan. Sorghum sebagai pakan ternak sangat mungkin dapat dikembangkan di Indonesia karena tanaman ini memiliki daya adaptasi luas pada berbagai jenis lahan. 

Sorghum sebagai alternatif hijauan pakan ternak perlu dikembangkan khususnya dalam menunjang program peningkatan produktivitas lahan marginal. Selain sebagai upaya pemanfaatan lahan marginal, budidaya sorghum juga jelas akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja dari industri-industri peternakan yang terkait. 

Selain itu tanaman sorghum muda cenderung memiliki kandungan tanin yang relatif tinggi sehingga palatabilitasnya rendah. Namun demikian kandungan tanin pada daun dan batang akan menurun drastis setelah tanaman berumur 40 hari. Metode pemuliaan tanaman dengan mutasi induksi telah banyak dilaporkan dapat memperbesar ragam genetik tanaman dalam program pemuliaan tanaman sorgum. 

Dihipotesakan bahwa mutasi induksi dengan iradiasi gamma juga akan dapat meningkatkan ragam genetik sorghum, sehingga melalui proses penelitian selanjutnya akan dapat dihasilkan varietas sorghum yang unggul sebagai pakan ternak.

Benih sorghum lokal varietas "Keris" dengan kadar air 14% diiradiasi dengan sinar gamma dengan dosis 0,5 kg. Tanaman Ml, M2 dan M3 ditumbuhkan di tempat yang berbeda-beda. Pada umur 40 hari setelah tanam, tanaman M2 dipanen/dipangkas setinggi 20 cm dari permukaan tanah. 

Dua minggu kemudian pengamatan dilakukan terhadap variabel sifat kemampuan tanaman membentuk tunas baru (variabel tunas). Data produksi hijauan dalam bentuk bobot kering (variabel produksi) dikumpulkan setelah tanaman dipanen pada umur 40 hari setelah pemangkasan dan dipanaskan dalam oven 105 C selama 24 jam. Seleksi tanaman dengan intensitas 20% dilakukan terhadap variabel tunas pada sampel tanaman M2. 

Respons seleksi pada M3 bervariasi mulai terendah pada populasi 0,5 kg (R = 0,2116) sampai teringgi pada populasi 0,3 kg (R = 0,8507). Sumbangan faktor genetik terhadap respons seleksi bervariasi mulai dari 7,25% pada populasi 0,5 kg sampai 22,35% pada populasi 0,3 kg. Seleksi terhadap variabel tunas secara langsung telah memberikan dampak positif pada peningkatan variabel produksi di M3.

#FPB #FPBUKSW #UKSW #UKSWSALATIGA 

#MajuKitaSemuaMajuIndonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun