Peninggalan atribut sang maestro Pak Raden, dari pakaian sampai dengan hasil karya-karya beliau yang memukau seni dunia anak. Penampilan boneka tangan berbagai karakter tokoh si Unyil, yang menggambarkan khas wajah Indonesia dari berbagai profesi, ini sangat kreatif dan unik sampai tidak menyadari bahwa jaman dulu ada acara TV yang berkualitas baik, bernilai seni tinggi, dan amat relevan ke anak, dimana jaman sekarang jarang sekali ditemukan seniman pencipta tokoh anak yang ditayangkan televisi dengan dikemas menarik bagi anak.
Ada koleksi kaset video lawas, majalah, film, naskah yang tersimpan rapi dalam pajangan kaca serta lukisan besar beliau yang terpajang di tembok. Beliau adalah seniman besar serba bisa tak hanya sebagai tokoh pencipta si Unyil, beliau juga bisa melukis, mendongeng, dsb. Karya beliau memang tak diragukan lagi, dimana karya beliau sudah malang melintang di layar televisi.
Pak Raden adalah seniman sejati yang luar biasa dalam mendedikasikan hidupnya dalam dunia anak. Karya yang dilakukan beliau memang atas dasar cinta bukan semata-mata materi, tapi sayang karya beliau kurang mendapat tempat dan apresiasi dari negeri sendiri dengan melihat kondisi sepanjang hidup Pak Raden yang jauh dari kemapanan, seharusnya ada penghargaan khusus serta ada penghargaan kepada seniman Indonesia dan generasi selanjutnya untuk menghidupkan kembali dunia seni anak yang lebih berkualitas dan kreatif. Selain itu, patut berbangga dengan sumbangsih beliau yang sudah menghibur dan menemani dunia anak selama ini.
Di lantai dua kami melihat berbagai koleksi wayang golek dari berbagai daerah, termasuk karakter Upin ipin ada disitu. Menurut bapak kurator atau pemandu, bahwa Upin ipin asli berasal dari karya anak bangsa Indonesia. Cerita awal mulanya Upin Ipin ditawarkan di berbagai televisi, tapi ditolak. Akhirnya Malaysia yang tertarik membeli, dan sekarang Upin Ipin menjadi tontonan anak-anak yang terkenal, dan mungkin ada penyesalan dengan menyandingkan Sapo Jarwo yang (masih) kalah jauh. Masih banyak lagi karya anak bangsa lain yang terasing dari negeri sendiri karena tidak mendapat dukungan malah lebih dihargai di negeri lain. Bagai dianaktirikan di negeri sendiri, namun dianakemaskan di negeri lain. Jika demikian, bagaimana menanamkan nilai nasionalisme dan pancasila jika karya anak bangsa sendiri pupus di negeri sendiri?
Di lantai tiga kami melihat ada tambahan koleksi wayang golek, topeng, keris, wayang, ternyata jenis wayang memiliki banyak macam dari berbagai daerah, adat agama, atau bahkan dari negara lain dengan penyajian yang tentu berbeda, gambar wayang di atas menceritakan tentang sejarah awal terbentuknya lambang garuda pancasila, kemudian ada patung figur tokoh terkenal beserta karyanya mulai dari presiden, penyanyi, tokoh kemanusiaan, dsb.
Terdapat juga topeng-topeng khas Jawa Timur, terutama Malang. Pengrajin topeng daerah yang sempat jualan dipinggir jalan, nasib yang begitu miris, mengingat banyak jenis pahatan yang rapi dan halus terpinggirkan, karena kurang adanya perhatian. Menurut info, pengrajin topeng diambil alih oleh pihak museum untuk dipedulikan dan dikembangkan nasibnya agar pengrajin topeng tetap bertahan namun malah dianggap menyalahi aturan karena tanpa izin. Dahlah!
Kamsia....